Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Persahabatan Abadi Suami Istri

13 Agustus 2016   15:26 Diperbarui: 13 Agustus 2016   15:32 3081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: www.pinterest.com

Jika ada seseorang sedang memiliki masalah, ia paling mudah curhat kepada sahabatnya. Sahabat adalah seseorang yang kita rela menceritakan semua masalah hidup kita. Sahabat adalah seseorang yang kita rela membuka semua aib kita hanya kepadanya. Berbagai macam hal tentang kesedihan dan kebahagiaan bisa disampaikan kepada sahabat dengan leluasa. Tanpa ada perasaan tidak nyaman atau sungkan, karena kuatnya ikatan diantara mereka.

Demikian pula suami istri. Semestinya mereka saling curhat, saling membuka diri, saling menyampaikan kegelisahan dan kebahagiaan, saling merenda harapan. Berbagai masalah, berbagai kesulitan, berbagai kesenangan, bisa diobrolkan dengan santai. Semua bisa diselesaikan dengan nyaman dan menyenangkan. Suami dan istri harus memiliki tradisi mengobrol dan saling bercerita, tanpa ada perasaan takut atau beban berat. Suami dan istri harus leluasa menyampaikan keluhan, perasaan, pikiran, keinginan, harapan, tanpa merasa takut atau khawatir yang berlebihan.

Jika suami dan istri tidak bisa saling curhat, atau ada suasana tidak nyaman saat curhat, menandakan mereka belum mencapai kondisi sahabat. Ketika ada masalah bukan curhat kepada pasangan, justru curhat kepada sahabat yang ada di luar rumah. Justru curhat melalui chatting dengan orang lain. Harusnya sahabat sejati yang harus dicurhati pertama kali adalah suami atau istri, bukan orang lain.

3.Sahabat itu senang dan betah menemani

Dua orang atau lebih yang bersahabat, mereka saling senang untuk menemani kegiatan yang lain. Kadang hanya sekedar menemani makan siang atau makan malam, kadang hanya menemani jalan-jalan, atau menemani belanja, atau menemani olah raga. Jika tidak menjadi sahabat, menemani adalah aktivitas yang tidak menyenangkan dan membosankan. Namun karena saling bersahabat, maka menemani adalah kegiatan yang membahagiakan untuk semua.

Demikian pula suami istri. Semestinya mereka bisa saling menemani. Suami senang menemani kegiatan istri, sebagaimana istri senang menemani kegiatan suami. Walaupun kegiatan itu tampak tidak penting, atau kegiatan rutin, namun mereka saling menikmati. Suami tidak tersinggung saat diminta mengantar istri belanja, karena merasa diperlakukan seperti sopir atau suruhan. Justru suami merasa senang menemani istri mengerjakan kegiatannya. Jika lebih senang sendiri-sendiri, mereka bukanlah sahabat.

Bahkan ketika sekedar duduk-duduk saja di teras belakang rumah, tanpa kata-kata, tanpa ada cerita. Kebersamaan mereka bukan hanya karena ada yang perlu diomongkan atau dicurhatkan. Kebersamaan mereka ada dalam segala suasana, sehat maupun sakit, suka maupun duka, dalam gerak maupun diam. Karena ada masa dimana suami istri sudah kehabisan cerita, kehabisan kata-kata, yaitu saat tua renta. Mereka tidak perlu lagi bercerita seperti anak muda, namun tetap bisa meikmati kebersamaan walau dalam diam.

Jika suami dan istri tidak betah menemani, bahkan lebih senang jika sendiri, artinya belum menjadi sahabat bagi pasangan. Apalagi jika merasa tersiksa saat bersama pasangan, ini sangat jauh dari makna sahabat.

4.Sahabat itu tidak banyak bertanya

Sahabat itu tidak banyak bertanya. Jika ada dua orang yang bersahabat karib, mereka akan sangat mudah untuk saling mengerti kesenangan ataupun ketidaksenangan tanpa banyak tanya. Jika salah satu dari mereka mengajak pergi, maka sahabat tidak perlu banyak bertanya. Tidak perlu ribut mendefinisikan tujuan pergi, karena sudah saling mengerti tempat favorit, menu favorit, lagu favorit, dan lain sebagainya.

Suami dan istri semestinya tidak perlu banyak bertanya. Jika mereka berdua sudah menjadi sahabat setia satu dengan yang lain, maka setiap ajakan suami akan mudah direspon istri dan setiap ajakan istri akan mudah direspon suami tanpa banyak bertanya lagi. “Ayuk kita pergi jalan-jalan yuk”, ajak sang istri. Dengan cepat sanag suami menyahut, “Ayuk....” tanpa harus banyak bertanya atau meributkan soal kemana atau untuk apa. Hal itu karena mereka sudah saling mengerti akan pergi kemana, atau jalan-jalan kemana, atau bahkan tidak kemana-manam karena hanya ingin menikmati suasana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun