Sering saya sampaikan bahwa hendaknya suami istri itu saling menjadi sahabat satu dengan yang lainnya. Ini karena corak interaksi yang sangat khas dan intim antara suami dengan istri, yang tidak sama dengn corak interaksi antarmanusia pada umumnya. Bukan seperti interaksi dalam perusahaan, dalam organisasi, dalam pemerintahan, atau dalam hubungan bisnis. Corak interaksi dan komunikasi suami istri sangat dekat, sangat intim dan tanpa sekat dan jarak.
Istilah “suami” dan “istri” itu adalah pernyataan hukum, yang menandakan bahwa di antara mereka berdua telah terikat oleh pernikahan yang sah. Namun hakikatnya, mereka harus menjadi sahabat yang sanga istimewa. Bukan saling asing atau saling menjadi orang lain, namun saling mendekat dan tidak berjarak. Jika suami dan istri saling jaim, menjaga jarak satu dengan yang lain, membuat interaksi mereka menjadi sangat formal dan tidak memiliki kedekatan dan keintiman.
Surat nikah hanyalah bukti legal formal bahwa mereka berdua sudah sah sebagai suami dan istri, namun kehidupan pernikahan tidak bisa bahagia hanya karena mereka memiliki surat itu. Yang membahagiakan mereka adalah corak interaksi dan komunikasi yang mereka bangun setiap hari. Yang berkesan dan melanggengkan kebahagiaan mereka adalah kualitas persahabatan antara suami dan istri. Jika mereka tidak memiliki tingkat persahabatan yang bagus, maka ikatan yang ada hanyalah legal formal. Hanya bicara hak dan kewajiban. Yang menunaikan sejumlah peran, tanpa kehadiran perasaan dan kehadiran jiwa di dalamnya.
Rumah tangga akan kering, gersang, mekanistik, dan sekedar berjalan tanpa ada sentuhan keindahan. Hidup berumah tangga seperti ini akan cepat membuat lelah kedua belah pihak.
Siapakah Sahabat?
Jika ada dua orang bersahabat karib, apakah yang terjadi di antara mereka? Apa yang menjadi ciri sebuah persahabatan, yang membedakan dengan hubungan antarmanusia pada umumnya? Perhatikan ciri-ciri sahabat berikut ini.
1.Sahabat itu saling berbagi
Disebut sahabat, karena mereka saling berbagi rasa dalam suka dan duka. Mereka saling membantu dan saling meringankan beban, karena kuatnya ikatan perasaan yang ada pada diri mereka. Saat memiliki keluangan rejeki, ingin berbagi. Saat sedang kekurangan, sahabat adalah tempat yang tepat untuk berkeluh kesah. Saat pergi rekreasi, ingin membelikan hadiah untuk sahabat. Saat sedang haji, ingat mendoakan sahabat.
Demikian pula suami istri. Semestinya mereka saling berbagi dalam suka dan duka, dalam canda dan airmata, dalam derita dan bahagia. Suami dan istri harus saling bisa berbagi dalam segala sisi, baik perasaan, materi, fasilitas, dan lain sebagainya. Suami dan istri itu tidak pelit, tidak rumit dalam berbagi, dan memudahkan semua urusan. Sampai pun dalam hal yang teknis dan praktis, bisa makan sepiring berdua, minum segelas bersama, tidur satu selimut, menggunakan sabun dan pasta gigi yang sama, dan lain sebagainya.
Jika suami istri tidak mau peduli dan saling berbagi, berarti mereka belum saling menjadi sahabat. Mereka masih mementingkan diri sendiri, masih sangat kuat keakuan dan kekamuan, belum menyatu menjadi kita.
2.Sahabat itu saling curhat