Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pilih Calon Istri yang Salihah dan Tidak Bikin Susah

3 Agustus 2016   08:23 Diperbarui: 3 Agustus 2016   08:32 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sesungguhnya isteriku tidak menolak jamahan orang", ujarnya.

"Ceraikan saja", jawab Nabi Saw.

"Saya khawatir hati saya tidak sanggup berpisah," jawabnya.

"Kalau begitu peliharalah ia," jawab Nabi Saw. Kisah ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dan An Nasa'i.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya memberikan komentar atas hadits tersebut, bahwa ungkapan "isteriku tidak menolak jamahan orang", maksudnya adalah perilaku wanita tersebut yang seakan-akan tidak menampik laki-laki yang datang. Bukan berarti bahwa si wanita telah melakukan tindakan mesum atau asusila, sebab tidak mungkin Nabi saw membiarkan ada sahabatnya berperilaku seperti itu, dengan mengatakan "Kalau begitu peliharalah ia". Jika wanita tersebut ahli maksiat tidak mungkin Nabi menyuruh sahabat untuk memeliharanya.

Bisa jadi wanita tersebut memiliki wajah yang cantik menarik, kepribadian yang ramah, supel, mudah bergaul, murah senyum sehingga setiap laki-laki yang bertemu dan berinteraksi dengannya merasa “diberi dan mendapat kesempatan”. Kondisi ini mengkhawatirkan sang suami, sehingga demi ketenangan rumah tangga Nabi saw menganjurkan agar bercerai saja. Akan tetapi karena sang suami amat mencintai isterinya, ia juga khawatir bahwa dengan bercerai hatinya masih tertambat kuat pada wanita tersebut.

Rasa cinta sang suami itu sudah pasti, dan tampak dari kekhawatiran dia bahwa hatinya tidak sanggup berpisah. Sedangkan penyimpangan wanita tersebut belumlah pasti, karena baru merupakan kekhawatiran suami saja. Oleh karenanya sesuatu yang sudah pasti harus ditetapkan, dan tidak boleh dikesampingkan oleh sesuatu yang masih meragukan. Ia tidak menceraikan sang istri, namun memilih untuk menjaga dan melindunginya. Ia sedemikian khawatir istrinya akan jatuh ke pelukan lelaki lain. Padahal setting waktu itu sangat berbeda dengan zaman cyber saat ini.

Cobalah anda bayangkan kondisi sang suami dalam hadits di atas.  Anggaplah isterinya sedemikian cantik, bahkan menarik banyak orang. Satu sisi sang suami merasakan kecintaan yang besar kepada sang isteri, akan tetapi di sisi lain ia khawatir akan gangguan laki-laki akan mempengaruhi isterinya. Mungkin ia merasa kesulitan untuk menjaga dan melindungi sang istri. Apalagi jika hal itu terjadi di zaman sekarang. Kecantikan sang istri yang disebar melalui Fesbuk atau Instagram, semakin menimbulkan daya tari bagi banyak laki-laki untuk mengerubutinya.

Diantara pelajaran dari kisah ini adalah, semakin cantik dan menarik seorang wanita, akan semakin banyak pula lelaki yang tertarik dan menghendakinya. Bahkan ketika wanita ini sudah berstatus sebagai istri yang sah, masih banyak lelaki yang mengharapkan bisa memilikinya. Ada “falsafah” laki-laki nekat seperti yang ditulis di belakang bak truk, “Kutunggu jandamu”. Bisa dibayangkan betapa sulit menjaga dan merawat istri yang dikejar banyak lelaki. Ini bisa menjadi penyakit tersendiri bagi suami, karena istrinya memiliki banyak fans setia, yang menunggu kabar kapan menjanda.

Istri yang baik akhlaqnya serta bisa menjaga diri, sebagaimana dalam kisah di atas, sudah menimbulkan “penderitaan” tersendiri bagi suami. Apalagi jika istri memang tidak baik akhlaqnya, bertipe penggoda, senang dipuja laki-laki, tentu akan semakin menyengsarakan suami. Mungkin banyak lelaki merasa bangga dan makin prestige karena memiliki istri yang “sangat super cantik banget”, namun di saat yang sama ia juga berpotensi mudah terkena stroke atau sakit jantung karena terlalu banyak lelaki menggoda sang istri.

Kecantikan yang tidak didasari kebaikan agama, tidak akan membawa ketenangan dan ketentreraman dalam keluarga. Justru potensial menimbulkan bencana. Maka salihah adalah kriteria utama, adapun kecantikan tubuh dan kebeningan penampilan, adalah tambahan saja. Tidak akan berkurang kebahagiaan keluarga, jika tambahan itu tidak didapatkan. Jika hanya memiliki nilai tambah saja, namun tidak memiliki kualifikasi yang mendasar, akan membuat kesengsaraan keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun