Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pembinaan Sepanjang Rentang Kehidupan Manusia

29 Juli 2016   08:41 Diperbarui: 29 Juli 2016   21:58 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.yourtea4er.blogspot.com

Untuk mewujudkan ketahanan keluarga, ada beberapa aspek yang sangat penting dan signifikan untuk mendapatkan perhatian. 

Pada 8 postingan terdahulu, berturut-turut telah saya sampaikan tentang tentang aspek persiapan menjelang pernikahan, aspek pembinaan hidup berumah tangga, aspek pemberdayaan keluarga, aspek pencegahan, aspek penyelesaian masalah, aspek pemulihan, aspek penyegaran, dan aspek penyehatan keluarga.

Pada kesempatan kali ini akan saya sampaikan tentang aspek pembinaan sepanjang rentang kehidupan manusia. Keberadaan manusia di muka bumi ini memiliki makna yang sangat agung, yaitu sebagai khalifah yang harus memimpin dan mengelola alam semesta ini dengan baik dan benar. Maka agama, negara, dan ideologi-ideologi dunia selalu memberikan posisi penting bagi pembinaan kehidupan manusia, bahkan telah menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut kelahirannya.

Keluarga adalah kumpulan dari individu-individu yang memiliki peran dan fungsi saling melengkapi, dan saling terhubung satu dengan yang lainnya. Maka, keluarga akan menjadi sehat dan produktif apabila terdiri dari individu yang sehat dan produktif pula. Demikian pula sebaliknya, keluarga akan menjadi sakit dan rentan, apabila terdiri dari individu yang sakit serta rentan. Kondisi dan situasi yang ada pada diri suami, akan berpengaruh pada istri. Kondisi dan situasi yang ada pada istri, akan berpengaruh kepada suami. Demikian pula antara orang tua dengan anak secara timbal balik. Mereka selalu saling terhubung.

Sejak Belum Ada Kehidupan

Di sisi yang lain, manusia selalu berada dalam situasi yang terus-menerus tumbuh dan berkembang sesuai fase-fase kehidupan yang harus dilaluinya. Maka setiap anak manusia harus mendapatkan bimbingan dan pembinaan secara memadai, untuk bisa melewati semua fase hidup dengan baik. Secara umum, pembinaan manusia sepanjang rentang kehidupannya, dilakukan dengan sepuluh bagian sebagai berikut:

Ini adalah bagian paling awal dari proses pembinaan manusia di sepanjang rentang hidupnya. Bahkan dilakukan sejak belum terjadi pembuahan dan belum ada janin. Pembinaan ini dilakukan terhadap pasangan suami-istri atau calon pasangan suami-istri, untuk memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam menyiapkan kehamilan. Bagaimana kehamilan bisa terjadi dan bagaimana mempersiapkan kehamilan dengan sebaik-baiknya. Calon orang tua sudah harus memiliki kesiapan lahir batin untuk menyambut kehamilan sehingga akan bisa menerima hadirnya janin dengan sikap yang positif.

Setelah terjadi kehamilan, janin mulai diasuh dan dijaga dengan penuh kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Dalam ajaran agama, nilai-nilai spiritual sudah bisa ditanamkan sejak janin masih dalam kandungan. Perhatian terhadap gizi, kesehatan dan pola hidup sehat terutama pada ibu hamil, menjadi satu bagian penting dalam membentuk janin yang tengah tumbuh di dalam perut. Di sini diperlukan pembinaan bagi calon ayah dan calon ibu untuk bisa memerankan fungsi mereka dengan baik. Peran suami dalam mendampingi istri yang tengah hamil sangat penting dalam memberikan perasaan aman dan nyaman pada ibu hamil, yang akan berdampak terhadap kesehatan ibu maupun bayi.

Pada saat ibu melahirkan bayi hendaknya mendapatkan support secara penuh oleh ayah. Agama memberikan tuntunan yang detail terhadap kelahiran bayi, sejak dari ritual kelahiran hingga beberapa hari setelah kelahirannya. Hendaknya bayi telah dikenalkan dengan nilai-nilai ketuhanan, maka sebagian masyarakat muslim menyambut kelahiran bayi dengan adzan di telinga kanan bayi dan iqamah di telinga kiri. Hal ini bagian pembinaan nilai-nilai kebaikan pada diri anak sejak dini.

Setelah janin lahir, dilanjutkan dengan pembinaan pada hari-hari awal kehidupannya. Sangat penting untuk memberikan pendidikan keimanan sejak dini, pada anak sejak hari kelahiran hingga lima tahun yang merupakan usia emas dalam kehidupan manusia. Anak balita sudah harus dikenalkan dengan nilai ibadah, akhlaq, juga berbagai sisi keterampilan praktis seperti berbicara, membaca, berhitung dan lain sebagainya. Hingga menyiapkan anak untuk memasuki Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Playgroup dan Taman Kanak-kanak.

Pada saat anak sudah masuk pendidikan sekolah dasar, orang tua tetap membina dan mendampingi untuk menguatkan dan mengoptimalkan berbagai potensi positifnya. Orang tua tidak boleh merasa cukup hanya dengan menitipkan anak pada lembaga pendidikan, karena sesungguhnya pendidik yang paling utama adalah orang tua. Maka harus diperhatikan penanaman nilai-nilai yang fundamental dalam diri anak, memberikan pelajaran yang lebih detail tentang syari’ah, aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’amalah. Memberikan makanan yang halal dan thayib, memberikan kasih sayang yang membuat anak selalu berada di jalan yang benar.

Masa remaja merupakan fase yang rumit dan sulit pada diri anak yang harus dilalui dengan baik. Anak-anak sudah memasuki bangku sekolah menengah, yang mengalami berbagai perubahan dan perkembangan sangat signifikan, seiring dengan pertambahan usianya. Lingkungan pergaulan dan pengaruh teknologi yang sangat hebat saat ini, membuat orang tua harus terus-menerus mendampingi dan mengarahkan dengan cara yang bijak dan tapat. Anak remaja tidak suka indoktrinasi, maka metode dialogis menjadi hal yang bisa mendekatkan orang tua dengan anak remaja.

Lulus Sekolah Lanjut Tingkat Atas, saatnya anak memasuki bangku kuliah, sebagian yang lain memilih untuk mencari kerja. Pada waktu itu anak-anak harus disiapkan untuk memasuki kehidupan yang lebih dewasa. Mereka bukan lagi anak-anak dan juga sudah mulai meninggalkan masa remaja. Kini mereka harus mulai bertanggung jawab terhadap berbagai keputusan besar yang akan berdampak panjang dalam kehidupannya kelak. Mereka harus mampu memilah dan memilih, mampu mengambil keputusan dengan benar, dan bersedia menanggung resiko atas segala keputusan serta tindakan yang dilakukannya.

Pada masa itu juga anak sudah saatnya memasuki kehidupan baru dengan proses pernikahan. Orang tua harus mendampingi anak yang sudah dewasa untuk mengetahui prinsip, langkah dan tatacara pernikahan menurut aturan agama dan negara. Anak-anak harus didampingi dalam memilih dan memutuskan calon pendamping hidupnya, serta menentukan batas waktu kesiapan menikah. Jangan sampai anak terjebak dalam pergaulan bebas yang membuatnya berkubang dalam kemaksiatan dan salah dalam menentukan pilihan. Matangnya persiapan sangat penting untuk membentuk kebahagiaan hidup berumah tangga.

  • Menyiapkan Masa Tua

Pada akhirnya, ditinjau dari segi orang tua, setelah mulai menikahkan anak, berarti mereka mulai memasuki masa tua. Mungkin mereka mulai menyiapkan diri untuk pensiun atau mengakhiri pekerjaan karena sudah mencapai umur untuk itu. Memasuki masa tua harus disiapkan dengan baik agar tetap sehat, segar dan produktif. Pada saat sudah berusia tua itu, mereka masih harus tetap belajar menjadi mertua yang baik, dan menjadi kake atau nenek yang baik. Mereka dituntut untuk memberikan teladan dalam kebaikan bagi anak-anak dan cucu serta cicit.

  • Menyiapkan Ditinggal Pasangan

Semua manusia pasti akan meninggal dunia, hanya masalah hitungan usia yang tidak bisa diketahui bilangannya. Mungkin suami meninggal dunia terlebih dahulu atau istri meninggal dunia terlebih dahulu. Ini tidak bisa diketahui oleh semua manusia. Oleh karena itu, harus ada persiapan mental spiritual yang baik untuk ditinggal orang-orang yang kita cintai. Tidak mudah untuk menerima kenyataan melanjutkan sisa hidup sendiri tanpa pasangan yang telah berpuluh tahun setia menemani. Banyak orang yang mengalami kesedihan berkepanjangan bahkan depresi karena ditinggal pasangan, ini karena kurang menyiapkan diri secara mental dan spiritual.

  • Menyiapkan Akhir yang Baik (Husnul Khatimah)

Pada ujungnya semua manusia akan kembali menghadap Tuhan Yang Maha Esa, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka perlu menyiapkan bekal yang mencukupi untuk bisa kembali dalam keadaan sebaik-baiknya, mencapai kondisi akhir yang baik, dan bisa menghadap Allah dalam situasi yang terbaik. Inilah yang dimaksud sebagai husnul khatimah atau akhir hidup yang baik. Setiap pribadi wajib menyiapkan diri sebaik-baiknya dengan iman dan amal shalih, karena hanya itu yang akan dibawa mati. Bukan kekayaan dan harta benda.

Sepuluh bagian tersebut menjadi tanggung jawab setiap pribadi dan setiap keluarga untuk mewujudkannya. Namun Pemerintah dan pihak-pihak terkait bisa membantu untuk memberikan pembinaan berkelanjutan terhadap semua anak manusia di sepanjang rentang kehidupan mereka, mengingat kebaikan sumber daya manusia menjadi modal utama kebaikan bangsa dan negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun