Pemberdayaan keluarga semestinya mengacu pada Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang menyatakan, “Keluarga sebagai wahana untutk mendidik, mengasuh dan sosialisasi anak, mengembangkan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik serta memberikan kepuasan dan lingkungan sosial yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera”. Pemberdayaan berorientasi memampukan keluarga dalam menghadapi situasi kenelangsaan dan kesulitan, hingga mampu keluar dari kondisi sulit itu.
Untuk mencapai berbagai tujuan mulia tersebut, menurut Prof. Euis Sunarti, bisa dilakukan melalui tiga program, yaitu peningkatan kapasitas SDM anggota keluarga, penguatan ekonomi keluarga, serta kegiatan pendukung. Contoh kegiatan peningkatan kapasitas SDM anggota keluarga adalah dengan program penguatan motivasi, pelatihan enterpreunership dan kewirausahaan untuk menciptakan jiwa wirausaha serta jiwa kemandirian. Semua anggota keluarga harus memiliki semangat bekerja, berusaha, dan memiliki kemampuan untuk mengelola kehidupan berumah tangga tanpa mengabaikan semua sisinya.
Contoh kegiatan penguatan ekonomi keluarga adalah pelatihan ketrampilan aneka kreasi, yang bisa memberikan ketrampilan praktis sebagai bekal berproduksi secara mandiri. Ada sangat banyak jenis kegiatan kreatif dalam rumah tangga yang bisa melibatkan seluruh anggota keluarga untuk berproduksi.
Pengolahan barang-barang bekas menjadi sesuatu yang produktif sudah banyak contoh keberhasilannya, bahkan dari sampah sekalipun. Jika semua anggota keluarga memiliki mental wirausaha dan memiliki ketrampilan kreatif, akan membuat keluarga mampu mandiri bahkan bisa memberdayakan masyarakat sekitar.
Keluarga yang terberdayakan semua potensinya, membuat mereka sibuk dalam hal-hal yang produktif. Dengan cara itu, keluarga menjadi tidak sempat mempersoalkan hal-hal sepele dalam kehidupan, karena semua memiliki kegiatan positif yang menyibukkan.
Sebaliknya, keluarga yang tidak berdaya, membuat suasana sangat sensitif di antara anggotanya. Mereka mudah saling menyalahkan satu dengan yang lainnya, dan akhirnya mudah terjatuh dalam persoalan-persoalan yang rumit.
Bahan Bacaan :
- Cahyadi Takariawan, Wonderful Family, Era Adicitra Intermedia, Solo, 2013
- Euis Sunarti, Program Pemberdayaan dan Konseling Keluarga, Makalah di Fakultas Ekologi Manusia IPB, Bogor, 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H