2. Temukan Momentum yang Tepat
Menemukan momentum yang tepat bukanlah misteri atau main tebak tepat. Momentum yang tepat untuk berkomunikasi dengan pasangan bisa anda temukan dengan cara mengenali mood pasangan. Jika anda lihat mood pasangan sedang bagus, itulah momentum yang tepat untuk berkomunikasi dengan lancar. Dalam situasi mood yang bagus, semua hal akan bisa diterima dan diapresiasi secara positif. Sebaliknya, dalam situasi mood yang buruk, semua hal mudah diterima dan diapresiasi secara negatif.
Kapan pasangan memiliki mood yang bagus, bisa anda ketahui dari bahasa tubuh dan suasana yang melingkupinya. Orang Jawa menyebut ilmu seperti ini sebagai “titen” atau “niteni”, yaitu memperhatikan dan mengenali tanda-tanda. Maka kenali dengan baik tanda-tanda pada pasangan anda, kapan dan bagaimana cirinya ia tengah memiliki mood yang bagus. Saat itulah anda akan nyaman berkomunikasi dengannya secara leluasa.
Suasana jiwa atau mood sangat berpengaruh pada diri seseorang. Jika anda berbicara dalam suasana, waktu dan kondisi yang tidak tepat, akan mudah mendapatkan respon negatif dari pasangan. Maka jangan mengabaikan suasana mood anda dan pasangan anda, karena itu sangat menentukan kualitas komunikasi dan kualitas respon dari pasangan anda.
3. Memberi Tahu Pasangan tentang Reaksi yang Diharapkan
Hal yang akan membuat suasana nyaman dalam komunikasi adalah apabila reaksi pasangan sesuai dengan yang anda harapkan. Maka buatlah kesepakatan, tentang reaksi yang anda harapkan dari pasangan, dan reaksi yang diharapkan pasangan dari anda. Dengan cara membuat kesepakatan seperti ini, reaksi yang muncul dari pasangan akan lebih memungkinkan untuk selalu sesuai dengan apa yang anda harapkan. Kadang pasangan tidak tahu apa yang anda inginkan, dan sebaliknya kadang anda tidak tahu apa yang pasangan inginkan.
Misalnya, sejak awal berkomunikasi anda sudah langsung menyampaikan kepada pasangan bahwa ketika curhat, anda ingin didengarkan dulu, bukannya langsung dikomentari. Istri bisa menyampaikan kepada suami dan suami bisa menyampaikan kepada istri, harapan seperti ini:
“Aku hanya ingin engkau mendengarkan ceritaku, bukan mengomentari...”
“Biarkan aku bicara dulu, jangan engkau potong dan jangan engkau beri nilai...”
Bagaimanapun, antara laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan cara berkomunikasi yang berbeda.
4. Komitmen tentang Respon Pasangan Disampaikan di Awal