Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pasangan Setia: "Atut Runtut Pindha Mimi dan Mintuna"

12 April 2016   19:44 Diperbarui: 13 April 2016   01:52 3501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Datan ginggang sarambut, aku tidak ingin berjauhan darimu walau hanya berjarak sehelai rambut, Dinda. Aku tidak ingin ada sekat komunikasi, atau ada sumbatan yang membuat tidak nyaman hati. Kita harus membongkar semua benteng yang menyekat antara diriku dengan dirimu. Kita harus membuang segala rintang yang menghalangi hatiku dengan hatimu. Tidak boleh ada jarak di antara kita berdua, yang membuat ada orang ketiga hadir di antara kita. Tidak boleh, kita harus berpegangan erat-erat. Jangan ada celah yang membuat orang lain merusak keutuhan keluarga kita”.

“Lamun adoh caketing ati, Dinda, jika pun kita terpaksa berjauhan karena sesuatu urusan, namun kita selalu dekat secara perasaan. Suatu ketika kita harus berpisah secara fisik, karena aku harus bekerja di tempat yang berbeda denganmu. Atau aku ada tugas ke luar kota yang membuat kita terpaksa harus berpisah, yakinlah itu hanya sementara. Aku pasti akan kembali pulang. Aku akan selalu merindukan dirimu. Walau fisik kita berpisah tempat, namun jiwa kita selalu bersama. Aku akan selalu mendoakanmu, dan aku berharap engkaupun mendoakan aku”.

“Yen cedhak tansah mulat, Dinda, jika tengah berdekatan, maka kita akan semakin bisa saling menjaga, saling mencinta, saling memberikan kehangatan. Dalam kedekatan fisik, terdapat pula kedekatan hati, pikiran dan perasaan. Kita bisa bercengkerama, bercanda, tertawa, berkegiatan bersama. Aku ingin selalu menjagamu, sebagaimana aku ingin engkau selalu menjagaku. Aku tidak akan membiarkanmu kesepian, aku tidak akan membiarkanmu merasa sendirian. Sida asih tuhu, Dinda, jadilah kita pasangan yang saling mengasihi dan mencintai dengan sepenuh hati”.

“Pindha Mimi lan Mintuna, Dinda, aku ingin hidup kita indah seperti Mimi dan Mintuna. Saling percaya, saling menghormati, saling menghargai, saling menghormati. Kita hadapi semua masalah bersama-sama, kita jalani kehidupan bersama-sama, kita bangun peradaban di rumah kita. Marilah Dinda, kita membangun hidup berumah tangga dengan sepenuh kebahagiaan. Agar hidup kita selalu dalam keberkahan, selalu sakinah, mawaddah wa rahmah. Bahagia selamanya hingga ke surga”.

Gambaran Mimi dan Mintuna demikian kuat melekat dalam benak masyarakat kita, yang menghendaki kehidupan keluarga penuh kebahagiaan dan keindahan. Demikianlah semestinya orang hidup berumah tangga. Menikah itu untuk bahagia, menikah itu untuk saling mencinta, menikah itu untuk saling menerima. Bukan untuk saling melukai, saling menyakiti, saling mengkhianati, saling merendahkan, saling melecehkan dan saling menjatuhkan.

Harapan Istri Terhadap Suami

Setelah selesai bawa, dilanjutkan dengan langgam atau tembang Setya Tuhu, yang merupakan suara hati sang istri, sebagai berikut:

..........

Aku kang setya satuhu

Kawit mbiyen nganti saiki

Bebasane peteng kepapag obor sumunar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun