[caption caption="ilustrasi: skimon.com"][/caption]Pada zaman cyber ini, komunikasi sudah sangat mudah dengan menggunakan berbagai fitur yang disediakan oleh teknologi. Dengan smartphone dan gawai canggih, komunikasi suami istri menjadi semakin lancar dan mudah. Namun, di balik kemudahan dan kelancarannya, juga terdapat sisi bahaya yang ada di dalamnya.
Misalnya saat anda mengirim pesan kepada pasangan melalui SMS, WA, Line, Telegram, BBM atau fitur komunikasi lainnya, kemudian pasangan anda tidak membalasnya, bagaimanakah perasaan anda? Anda mengirim pesan waktu pagi hari. Ternyata sampai malam pasangan anda belum juga membalasnya. Pasti anda merasa tidak nyaman dengan kejadian ini. Bahkan pada beberapa orang, bukan saja merasa tidak nyaman, namun terasa menyakitkan.
Beberapa fitur komunikasi, seperti WhatsApp, sudah memberikan informasi lengkap tentang kapan terakhir dilihat, apakah sedang online atau tidak, apakah pesan sudah sampai atau belum, apakah pesan sudah dibaca atau belum. Bahkan ketika pasangan anda sedang mengetik saja, sudah diinformasikan oleh WA. Informasi lengkap semacam ini membuat tidak ada yang bisa disembunyikan. Semua ketahuan.
Untuk menghindari berbagai kesalahpahaman dalam berkomunikasi melalui teknologi dengan pasangan, semestinya kedua belah pihak selalu menjaga etika komunikasi. Bagaimana etika komunikasi melalui teknologi agar tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada pasangan?
Sepuluh Etika Membalas Pesan Pasangan
Berikut sepuluh etika membalas pesan pasangan saat melakukan komunikasi melalui teknologi agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan ketidaknyamanan pada pasangan.
1. Cepat Balas Pesan Pasangan
Segera balas pesan pasangan anda, walau hanya dengan jawaban singkat. Jangan suka menunda-nunda, karena nanti bisa terlupa. Walau hanya dengan menulis kata-kata pendek, itu sudah menandakan adanya “quick respon” dari anda terhadap pesan pasangan. Suasana yang muncul adalah, pasangan merasa diperhatikan dan diutamakan.
Balasan pendek namun dilakukan dengan cepat, sudah sangat memadai. Dibanding dengan jawaban panjang tapi sangat lama melakukannya. Contoh jawaban pendek seperti ini:
“Ok.”
“Ya”.
“Yes”.
“Oche”.
“Hmmm”.
“Ha ha ha...”
Bahkan hanya dengan mengirim emoticon sekalipun. Atau dengan tanda jempol. Jangan menunda membalas pesan pasangan agar tidak menimbulkan dugaan dan syak wasangka berlebihan.
Dengan jawaban cepat ini pasangan anda merasa nyaman karena mengetahui anda memperhatikan dan mengutamakannya. Lebih dari itu, pasangan anda mengerti bahwa pesan sudah sampai dan sudah anda pahami.
2. Beritahukan Jika Belum Sempat Menjawab
Jika pesan dari pasangan memerlukan balasan panjang namun anda belum sempat menuliskannya, tetap beritahukan kepada pasangan. Jangan menunda membalas yang berdampak anda terlupa dan akhirnya tidak pernah membalas pesannya.
"Maaf ya sayang. Aku balas nanti ya. Ini masih belum sempat menulis jawaban...."
“Sebentar ya Bang, nanti segera aku jawab setelah turun dari angkot....”
“Sebentar dik, aku lagi di toilet nih....”
Dengan demikian pasangan anda tidak cemas dan tidak gelisah menunggu jawaban. Ia mengerti bahwa pesan sudah sampai kepada anda hanya saja anda belum sempat menjawab lengkap.
3. Gunakan Kalimat Positif
Cobalah selalu menggunakan kalimat yang positif dan menyenangkan perasaan pasangan, baik waktu mengirim pesan maupun membalas atau menjawab pesan pasangan. Kalimat positif yang dimaksud adalah kalimat yang mengandung makna dan rasa kebaikan.
Contoh kalimat positif adalah yang mengandung pengertian, pemahaman, permaafan, pujian, doa, dan lain sebagainya. Perhatikan kalimat positif berikut ini:
"Maafkan aku ya Sayang.... Nanti kita bicarakan lagi kalau aku sudah sampai di rumah ya..."
"Aku mengerti Mama sedih. Tapi kita selesaikan nanti malam ya. Aku lagi sibuk sekarang..."
“Abang baik banget, mau mengerti aku. Nanti deh aku ceritakan kalau Abang sudah pulang...”
Kalimat positif akan mengirimkan emosi positif dan menimbulkan perasaan nyaman pada pasangan.
[caption caption="ilustrasi: pinterest.com"]
Hindari kalimat negatif dan menyakiti hati pasangan, waktu menulis pesan maupun membalas atau menjawab pesan pasangan. Kalimat negatif yang dimaksud di sini adalah kalimat yang mengandung makna dan rasa yang negatif.
Contoh kalimat negatif adalah yang mengandung emosi, tuduhan, caci maki dan kemarahan. Perhatikan kalimat berikut ini:
"Kamu ribut melulu sih... Aku gak suka kalau kamu selalu begini..."
"Kamu memang menyebalkan. Menyesal aku dulu menikah denganmu...."
Kalimat negatif akan mengirim emosi negatif. Pasangan menjadi tidak nyaman dan justru menimbulkan permasalahan dengan pasangan atau bahkan memperparah permasalahan yang sudah ada sebelumnya.
5. Hindari Tanda Baca yang Tidak Tepat
Sewaktu menulis pesan kadang menggunakan tanda baca yang tidak pada tempatnya. Hal ini bisa mengubah makba atau rasa bahasa. Untuk itu hindari penggunaan tanda baca seperti tanda seru dan tanda tanya yang tidak tepat dalam menuliskan pesan maupun menjawab pesan. Karena bisa menimbulkan ketidaknyamanan pada pasangan anda.
"Cukuuuuuppp !!!!! Jangan ganggu aku lagi !!!! Aku lagi kerja, tau????!!"
Rasa bahasa dari tulisan tersebut sangat berbeda dengan tulisan berikut ini:
"Cukup dulu ya sayang. Aku masih ada pekerjaan ini. Kamu pasti juga lagi sibuk dengan anak-anak.... Daaag..."
Kalimat yang dibubuhi tanda seru berlebihan akan menimbulkan kesan emosi dan kemarahan bahkan kebencian.
“Iyyyaaa !!!!! Aku sudah ngerti !!!!!!!”
Berbeda rasa bahasanya dengan :
“Iya Sayang.... Aku mengerti....”
6. Hindari Menulis dengan Huruf Kapital Semuanya
Pilihan huruf saat menulis pesan melalui teknologi komunikasi sangat menentukan rasa bahasa. Menulis pesan dengan menggunakan huruf kapital semuanya, memberikan kesan anda sedang marah atau emosi. Padahal situasinya tidak selalu seperti itu. Bahkan kadang hanya karena faktor teknis, seperti kepencet mode “Caps Lock” yang membuat semua huruf menjadi kapital.
Perhatikan perbedaan rasa bahasa dari pesan yang ditulis dengan normal, dan ditulis dengan serba kapital. Jika pesan ditulis dengan huruf kapital semua, menimbulkan suasana tertentu:
“AKU LAGI RAPAT. JANGAN GANGGU”.
Rasa bahasanya menjadi berbeda dengan pesan yang ditulis secara normal :
“Aku lagi rapat. Tolong jangan diganggu dulu ya....”
“CEPAT PULANG ! PENTING !”
Rasa bahasanya menjadi berbeda dengan tulisan normal :
“Pa, cepat pulang ya... Ada yang penting...”
7. Hindari Singkatan yang Tidak Lazim
Kadang demi kepraktisan, kita suka menulis pesan dengan singkatan. Jika singkatan tersebut lazim digunakan, tentu mudah dipahami maksudnya. Namun jika semua serba singkatan, dan singkatan yang tidak lazim, akan membuat kebingungan dalam membaca. Bahkan bisa menimbulkan salah paham dan salah mengerti maksud pesan.
Pesan yang ditulis dengan serba singkatan membuat tidak nyaman dalam membaca. Perhatikan pesan berikut:
“Aq tdk mgrt mksd km. Mgp km brskp spt it kpdq. Aq tdk bs trm”.
“Aq nt plg tlbt. Mgkn sp rmh sdh mlm”.
“Mm dmn skrg?”
“Bs jpt aq?”
Walaupun si pembaca pesan bisa memahami maksudnya, tetap saja menimbulkan suasana yang tidak nyaman. Kesannya, menulis dengan malas, tidak punya semangat berkomunikasi. Apalagi jika menimbulkan salah persepsi.
8. Hindari Membalas dalam Suasana Tergesa-gesa
Suasana tergesa-gesa bisa muncul dalam berbagai peristiwa. Misalnya membalas pesan sembari berkendara. Menulis pesan sambil berkendara motor atau mobil sangat membahayakan keselamatan diri dan orang lain. Berapa banyak kecelakaan lalu lintas terjadi karena pengemudi tengah menulis pesan melalui handphone atau gadget sehingga kehilangan konsentrasi.
Jika anda tengah berkendara, bisa berhenti terlebih dahulu untuk membalas pesan pasangan. Misalnya tengah naik motor atau mobil, dan mendengar notifikasi pesan dari pasangan. Anda bisa memanfaatkan waktu berhenti di trafict light, atau sengaja menepi dan berhenti demi membalas pesan pasangan dengan cermat dan tidak tergesa-gesa.
Dampak dari tergesa-gesa bisa menimbulkan salah tulis yang fatal. Hanya karena kurang kata “TIDAK”, bisa berdampak sangat panjang. Karena mengubah arti dengan sangat jauh berbeda maksudnya. Pesan berikut ini bisa menimbulkan pertengkaran hebat pada pasangan suami istri.
“Aku pernah selingkuh. Kamu sudah tahu itu”.
Padahal maksudnya ingin menulis pesan:
“Aku tidak pernah selingkuh. Kamu sudah tahu itu”.
Pesan berikut juga potensial menimbulkan pertengkaran suami istri:
“Aku membencimu. Aku hanya sedang lelah”.
Padahal maksudnya ingin menulis pesan:
“Aku tidak membencimu. Aku hanya sedang lelah”.
Maka menulislah dalam suasana yang tenang dan tidak tergesa-gesa. Karena kesalahan tulisan bisa berdampak fatal.
9. Bicara Saja di Telepon
Kadang ada jawaban yang sulit untuk dituliskan. Mungkin karena berupa rangkaian cerita atau karena terlalu panjang jika harus dituliskan. Jika tidak bisa menuliskan jawaban, bagus kalau dijawab langsung lewat telpon. Kadang ada bias dalam memahami tulisan, yang bisa menimbulkan kesalahpahaman. Dengan bicara melalui telpon, akan lebih bisa memberikan penjelasan yang diperlukan.
10. Hindari Salah Kirim
Ada satu tambahan etika lagi, yaitu : pastikan anda benar-benar mengirim pesan tersebut ke nomer pasangan anda. Jangan salah kirim. Bisa menjadi masalah baru jika pesan anda salah kirim :)
Anda merasa sudah menjawab dan membalas pesan WA dari pasangan, padahal ternyata anda salah mengirim balasan ke nomer orang lain, atau justru mengirim ke sebuah grup WA yang baru saja anda buka. Dampaknya, pasangan anda menunggu jawaban, dan mengira anda tidak mempedulikannya.
Segera balas pesan pasangan anda dengan sepuluh etika tersebut. Jangan suka menunda membalas pesan pasangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H