Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sudah Menikah Kok Tidurnya Memeluk Guling

21 Maret 2016   14:40 Diperbarui: 21 Maret 2016   15:12 3582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

[caption caption="ilustrasi : https://www.loveandcupcakesblog.com"][/caption]Di ruang konseling, kami banyak menemukan fenomena, pasangan yang tengah menghadapi konflik, lebih memilih untuk tidur sendiri-sendiri. Kalaupun tidur satu ranjang, memilih posisi yang berjauhan dan berpunggungan. Tidak saling bersentuhan fisik, tidak saling berdekatan, dan saling tidak mempedulikan satu dengan yang lain. Cara tidur seperti ini mereka lakukan karena ada perasaan tidak nyaman satu dengan yang lain.

Celakanya, ketika kebiasaan itu mereka biarkan, akan membentuk pola tidur. Suami dan istri akhirnya lebih menikmati tidur sendiri-sendiri. Mengambil kamar terpisah, atau satu kamar tetapi dengan ranjang terpisah, atau satu ranjang dengan posisi yang sangat terpisah. Lama kelamaan hal seperti ini dianggap sebagai kelaziman dan dinikmati sebagai privasi yang nyaman. Mereka hanya tidur bareng hanya apabila menghendaki hubungan seksual saja. Jika tidak menghendaki, tidurnya sendiri-sendiri.

Peristiwa tidur mungkin dianggap hal yang sepele dan remeh bagi sebagian orang. Padahal sebenarnya cara tidur pasangan suami istri bisa mencerminkan kualitas hubungan mereka. Suami istri yang terbiasa tidur bersama dengan bergandengan atau berpelukan, menandakan tidak ada sekat, tidak ada jarak, tidak ada persoalan serius di antara mereka. Sebaliknya suami dan istri yang tidak bisa tidur bersama bisa menandakan adanya sekat atau jarak di antara mereka berdua.

Manfaat Tidur Bersama Pasangan

Coba anda perhatikan kebiasaan hidup anda bersama pasangan selama ini. Apakah anda masih suka tidur sendiri ketimbang tidur bareng pasangan? Apakah anda lebih suka tidur memeluk guling ketimbang memeluk pasangan? Jika masih demikian kebiasaan anda, segera tinggalkan kebiasaan buruk tersebut. Karena anda menjadi kehilangan banyak manfaat positif dari tidur bersama pasangan.

[caption caption="ilustrasi : https://www.biensoeur.blogspot.com"]

[/caption]Kelihatannya sangat sederhana, sekedar tidur bersama. Namun ternyata ada sangat banyak manfaat yang didapatkan dari kebiasaan tersebut. Di antaranya adalah:

1.    Menguatkan kebersamaan

Pasangan suami istri yang tidur bersama dengan bersentuhan fisik, akan menguatkan makna ikatan dan kebersamaan di antara mereka berdua. Bahwa setelah menikah itu ada kebersamaan hati, kebersamaan jiwa, kebersamaan arah tujuan, termasuk kebersamaan fisik. Tidur bersama pasangan semakin menegaskan ikatan kebersamaan antara suami dan istri, bahwa mereka benar-benar pasangan yang seiya sekata, pasangan yang saling memerlukan, saling melengkapi, saling membutuhkan satu dengan yang lain.

2.    Menciptakan relaksasi

Pasangan suami istri yang tidur bersama dalam satu ranjang dan satu selimut bisa mengurangi tingkat stres. Hal itu disebabkan karena pelukan dan sentuhan fisik merupakan cara alami untuk relaksasi. Ketika kondisi jiwa berada dalam kondisi rileks, maka akan terjauhkan dari stres. Berbagai beban persoalan dalam kehidupan seakan menjadi terlupakan, karena menikmati kebersamaan dengan pasangan. Ada suasana santai dan rileks karena merasa mendapat dukungan dari pasangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun