Inilah spiritualitas keputusan itu. Dengan istikharah, akan menggenapkan usaha kemanusiaan yang bisa kamu lakukan dalam rangka mengambil keputusan sebelum menikah. Istikharah adalah usaha spiritual untuk memantapkan usaha kemanusiaan atas sesuatu hal yang tidak semuanya berada dalam jangkauan pengetahuan kita. Bukankah kamu tidak tahu, benarkah calon suami atau calon istri kamu itu benar-benar jodoh terbaik kamu? Maka mintalah petunjuk dariNya dengan istikharah.
2. Membuat keputusan lebih bertanggung jawab
Banyak orang menikah tanpa keputusan yang bertanggung jawab. Hanya karena sudah terlanjur terjadi “kecelakaan” sebelum menikah, lalu seorang lelaki dipaksa menikahi seorang perempuan. Bahkan ada pula kasus ketidakjelasan tentang siapa ayah dari janin dalam kandungan perempuan tersebut, sehingga beberapa lelaki yang dianggap ikut punya andil harus diundi untuk menikahi si perempuan. Ketika undian dilakukan, maka lelaki yang mendapat “kemenangan” undian ini yang harus bertanggung jawab menikahi si perempuan, dan sekaligus menjadi ayah dari janin yang dikandungnya. Pernikahan seperti ini sangat jauh dari keputusan yang bertanggung jawab.
Dengan istikharah, keputusan menikah dengan seseorang bisa lebih bertanggung jawab. Bukan hanya pertanggungjawaban terhadap manusia, terlebih pertanggungjawaban di hadapan Allah. Istikharah adalah langkah untuk mendapatkan keputusan terbaik yang bisa diambil oleh manusia, dengan demikian kualitas keputusan yang dihasilkan lebih bisa dipertanggungjawabkan.
3. Menjauhkan keraguan
Di antara persoalan yang dihadapi banyak kalangan yang hendak melaksanakan pernikahan adalah munculnya perasaan keraguan. Ada banyak jenis keraguan yang muncul, misalnya ragu apakah si dia memang jodoh yang tepat? Lebih baik mana antara si A, si B atau si C untuk menjadi pendamping hidupku? Apakah menikah dengan si dia ini memang keputusan yang benar? Apakah nanti akan bisa bahagia menikah dengan si dia? Apakah nanti akan bisa membentuk keluarga yang sakinah dengannya? Dan seterusnya, berbagai jenis keraguan menjelang pernikahan.
Dengan istikharah, akan lebih mampu menjauhkan seseorang dari keraguan. Namun jika berkali-kali istikharah hasilnya tetap keraguan, tidak ada kemantapan, itupun bisa menjadi isyarat jawaban. Bahwa tidak ada kemantapan hati kamu untuk menikah dengan si dia, sehingga harus diupayakan untuk menghilangkan hal apa yang menjadi keraguan tersebut. Atau justru bisa dijadikan sebagai landasan untuk memutuskan tidak tidak memilih si dia sebagai calon suami atau istri, karena tidak adanya kemantapan hati.
4. Menjauhkan dari dominasi syahwat
Sahabat muda, karena menikah adalah sebuah peristiwa sakral yang berdimensi Ketuhanan, maka kamu tidak boleh terjebak dalam dominasi syahwat sesaat. Jangan terjebak dalam upaya pencarian kesenangan dan pemuasan nafsu semata-mata. Menikah harus dengan kesadaran transendental, bahwa pilihan untuk menikah, pilihan untuk menikahi seseorang, adalah sebuah pelaksanaan syariat agama. Sebuah pelaksanaan tuntunan Allah Ta’ala yang dicontohkan oleh Nabi Saw. Sebuah ibadah untuk membentuk peradaban yang bermartabat.
Istikharah membuat keputusan menikah berdimensi transendental dan bisa menjauhkan seseorang dari dominasi syahwat. Ada kesadaran yang kuat bahwa mengambil keputusan untuk menikah dengan seseorang memiliki dampak jangka panjang, maka harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan penuh kesadaran ruhaniyah. Bukankah kamu tidak mengetahui apakah pilihan calon pendamping hidup kamu ini memang tepat? Maka mintalah bimbingan Allah dengan istikharah.
5. Mendapatkan petunjuk Allah