Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Enam Etika Konflik Suami Istri

19 Februari 2016   17:28 Diperbarui: 20 Februari 2016   02:12 2461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

3. Jangan melakukan konflik terbuka di depan anak

Walaupun sedang konflik dengan pasangan, jangan melakukan konflik terbuka di depan anak-anak. Hal itu akan menyebabkan munculnya kekecewaan, ketakutan dan trauma dalam kehidupan anak di masa depan mereka. Pertunjukan “peperangan” baik secara fisik atau adu mulut antara suami dan istri yang dilihat anak-anak, sama dengan mengajarkan kekerasan, permusuhan dan kebencian pada benak mereka.

Suami dan istri harus mampu meredam konflik secara dewasa, menyelesaikan permasalahan secara bijak. Jangan sampai pertempuran dahsyat justru ditampakkan di hadapan anak-anak. Mereka tidak siap dan tidak sanggup menyaksikan berbagai konflik di antara orang-orang yang sangat mereka cintai. Mereka tidak akan sanggup untuk memilih antara ayah atau ibu. Trauma dalam waktu panjang bisa muncul akibat anak-anak terbiasa menyaksikan kekerasan di antara ayah dan ibu mereka.

Jangan biarkan anak-anak menyaksikan pertengkaran kedua orang tuanya. Bahkan pertengkaran dalam bentuk diam-diaman sekalipun. Anak-anak akan cepat menangkap bahwa antara ayah dan ibu mereka ada sesuatu, karena sudah tidak bisa saling berbicara satu dengan yang lain. Tidak bisa saling tertawa satu dengan yang lain. Ini akan menyakitkan bagi anak-anak yang masih sangat berharap mendapat kehangatan kasih sayang kedua orang tua secara utuh dan penuh.

4. Jangan menampakkan konflik terbuka di depan umum

Konflik suami dan istri tidak patut di buka di depan umum. Ada suami istri bertengkar di depan rumah mereka sehingga menjadi tontonan tetangga. Ada suami dan istri bertengkar di stasiun kereta api, terminal bus, bahkan bandara. Ada suami istri bertengkar hebat di hadapan karyawan dan anak buah perusahaan. Pemandangan seperti ini tentu sangat tidak layak dipertontonkan.

Ada pula suami dan istri yang berantem melalui sosial media, saling berbalas status fesbuk yang membuat konflik mereka meluas dan diketahui secara terbuka. Istri menulis kekecewaan terhadap suami secara terbuka di status fesbuknya. Saat sang suami membaca, segera ia balas status istrinya dengan gantian menulis status fesbuk kalimat caci maki yang pedas untuk sang istri. Fesbuk yang merupakan media sosial terbuka, digunakan untuk saling menyerang antara suami dan istri.

Hal seperti ini tidak patut dilakukan, karena konflik dengan pasangan bukanlah tontonan atau entertainment. Konflik dengan pasangan semestinya dikelola di ruang privat sembari mencari solusi bersama, bukan diumbar melalui jejaring sosial. Apalagi kalau sekaligus menggalang dukungan, tentu sudah sangat jauh dari etika.

5.    Jangan cepat-cepat curhat

Saat tengah konflik dengan pasangan, jangan cepat-cepat curhat kepada pihak lain, apalagi “curhat jalanan” kepada pihak yang tidak berkompeten. Tindakan curhat jalanan setiap mengalami konflik ini justru bisa semakin memperluas medan konlik, bukan menyelesaikan.

Suasana hati suami dan istri itu cepat sekali berubah. Dalam hitungan menit bahkan detik, kemarahan bisa berubah menjadi kehangatan kasih sayang. Istri yang marah atas perilaku suami, tiba-tiba bisa hilang lenyap kemarahannya berganti kasih sayang, saat suami dengan tulus memeluk dan mengucapkan kata cinta. Karena situasi hati suami istri mudah sekali berbolak-balik, maka saat tengah menghadapi konflik, jangan mudah curhat dan menceritakan konflik itu kepada orang lain. Situasinya bisa sangat cepat berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun