Dulu saya mengelola blog pribadi. Kini sudah tidak lagi. Saya merasa sudah "at home" sejak bergabung di Kompasiana. Saya merasa, ini sudah menjadi rumah sendiri. Maka saya tidak perlu lagi mengelola web atau blog pribadi. Semua tulisan saya posting di Kompasiana.
Setelah semakin banyak tulisan saya muncul di Kompasiana, berbagai kemudahan pun saya dapatkan. Misalnya, kemudahan untuk dikenal secara lebih luas. Jelas saya bukan orang terkenal, namun saya merasa bahagia ketika saya dikenal. Ada semakin banyak orang mengenal saya melalui tulisan di Kompasiana.
Suatu ketika saya mendapatkan undangan untuk mengisi berbagai forum di Amerika dan Kanada. Masyarakat Indonesia yang tinggal di dua negara itu mengundang saya beserta istri untuk diajak berdiskusi dalam tema-tema problematika hidup berumah tangga. Yang membuat saya heran, panitia lokal meminta saya menyampaikan tema-tema yang sangat spesifik. Ketika saya tanya, bagaimana bisa meminta tema-tema tersebut, mereka menjawab, "Kami membaca tulisan Pak Cah di Kompasiana".
Waw, keren. Ternyata tema yang mereka inginkan bersumber dari judul-judul tulisan saya di Kompasiana. Sejak zaman dulu saya sudah sering diundang untuk membedah buku yang saya tulis. Forum bedah buku seperti itu sudah sangat biasa dan lazim saja. Ternyata sekarang saya diminta bedah tulisan-tulisan yang ada di Kompasiana. Ini jelas tantangan yang sangat menarik.
Pada kesempatan lain, saya mendapat kiriman pesan dari seorang pembaca Kompasiana. Beliau mengirim email kepada saya, memperkenalkan diri, dan menyampaikan apresiasi. "Saya seorang ibu rumah tangga, tinggal di Denpasar Bali. Saya seorang penganut Hindu, namun saya sangat menikmati tulisan Pak Cah di Kompasiana. Saya tahu Pak Cah muslim, namun tulisan Pak Cah tentang keluarga selalu menginspirasi kehidupan saya. Terimakasih Pak Cah sudah berbagi ilmu dengan kami".
Alhamdulillah, Kompasiana membuat saya bisa memberikan kemanfaatan yang lebih luas. Melalui nasihat-nasihat sederhana yang saya dapatkan dari ruang-ruang konseling dan dari forum-forum pelatihan keluarga. Saat menerima konseling, saya mendapatkan banyak pelajaran dan hikmah dari permasalahan para klien. Saat mengelola pelatihan Wonderful Family, saya mendapatkan banyak masukan yang sangat berharga dan para peserta. Dari situlah saya semakin mendapatkan pendewasaan dan kematangan dalam melihat persoalan hidup berumah tangga.
Suatu saat, seorang lelaki yang tidak saya kenal sebelumnya menyapa saya di Bandara Soekarno Hatta.
"Ini Pak Cah ya?" tanyanya.
"Benar Pak", jawab saya.
"Alhamdulillah, tadi saya hanya menebak saja", lanjutnya.
"Dari mana Bapak mengenal saya?"