Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Semua Gara-gara Kompasiana

18 November 2015   07:36 Diperbarui: 18 November 2015   08:15 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="ilustrasi : www.kompasiana.com"][/caption]Indahnya bangun berpagi-pagi sebelum Subuh.... Saya selalu mengusahakan melaksanakan shalat tahajud di akhir waktu malam, sesaat sebelum masuk waktu Subuh. Usai tahajud dan witir, tak lama kemudian adzan Subuh pun berkumandang.

Adzan Subuh itu pertanda saya harus segera menghidupkan komputer kerja di rumah....

Saya biarkan saja komputer loading. Bergegas berjalan menuju masjid untuk menunaikan shalat Subuh berjama'ah. Diteruskan dengan dzikir dan wirid pagi. Alangkah sejuknya hati ini....

Pulang dari masjid suasana demikian tenang dan damai. Sesampai di rumah langsung duduk di depan komputer yang sudah siap untuk diajak bekerja.

Menulis, menulis, dan terus menulis. Itu yang saya lakukan setiap pagi selepas Subuh.

Saya bisa menikmati aktivitas rutin ini semenjak anak-anak sudah mulai beranjak dewasa. Dulu saat anak-anak masih kecil, saya tidak bisa santai di rumah, apalagi di saat pagi hari. Saya harus membantu istri menyiapkan keperluan anak-anak untuk berangkat sekolah. Sibuk sekali, tak ada waktu untuk sedikit bersantai.

Sekarang mereka sudah mulai dewasa. Bahkan anak saya yang paling kecil sudah bisa diurus oleh kakak-kakaknya. Ini memberikan kesempatan dan keleluasaan bagi saya dan istri untuk menikmati waktu pagi.

Saya merasa nyaman menulis di waktu pagi. Pada suasana pagi, ada kesejukan dan kedamaian. Apalagi setelah menjalankan rangkaian ibadah sejak tahajud, Subuh berjama'ah di masjid, serta membaca do'a dan dzikir pagi. Rasanya sangat ringan untuk menuangkan ide ke dalam tulisan.

Jika saya banyak menulis tema pernikahan dan keluarga, ini karena dikondisikan oleh kegiatan keseharian yang saya jalani. Bersama istri dan tim voulentir, kami mengelola Jogja Family Center yang melayani konseling serta melaksanakan program pembinaan keluarga. Setiap akhir pekan kami selalu berkeliling memenuhi undangan untuk mengisi kegiatan seminar serta pelatihan keluarga. Kami menyebutnya sebagai Pelatihan Wonderful Family.

Dari banyaknya aktivitas mengurus problmetikan kehidupan berumah tangga, dan dari banyaknya aktivitas mengelola pelatihan Wonderful Family, saya merasa ada sangat banyak pengalaman bisa saya share. Maka saya mulai bertutur. Menasehati diri sendiri. Semoga bisa membawa kebaikan kepada diri, keluarga dan masyarakat pada umumnya.

Saya memimpikan Indonesia yang kokoh, dimulai dari kekokohan keluarga. Saya memimpikan Indonesia yang kuat dan sejahtera, dimulai dari keharmonisan dan kebahagiaan keluarga. Ini yang memotovasi saya untuk terus berbagi. Ada saatnya saya berbagi melalui forum-forum. Ada saatnya saya berbagi melalui tulisan.

Dulu saya mengelola blog pribadi. Kini sudah tidak lagi. Saya merasa sudah "at home" sejak bergabung di Kompasiana. Saya merasa, ini sudah menjadi rumah sendiri. Maka saya tidak perlu lagi mengelola web atau blog pribadi. Semua tulisan saya posting di Kompasiana.

Setelah semakin banyak tulisan saya muncul di Kompasiana, berbagai kemudahan pun saya dapatkan. Misalnya, kemudahan untuk dikenal secara lebih luas. Jelas saya bukan orang terkenal, namun saya merasa bahagia ketika saya dikenal. Ada semakin banyak orang mengenal saya melalui tulisan di Kompasiana.

Suatu ketika saya mendapatkan undangan untuk mengisi berbagai forum di Amerika dan Kanada. Masyarakat Indonesia yang tinggal di dua negara itu mengundang saya beserta istri untuk diajak berdiskusi dalam tema-tema problematika hidup berumah tangga. Yang membuat saya heran, panitia lokal meminta saya menyampaikan tema-tema yang sangat spesifik. Ketika saya tanya, bagaimana bisa meminta tema-tema tersebut, mereka menjawab, "Kami membaca tulisan Pak Cah di Kompasiana".

Waw, keren. Ternyata tema yang mereka inginkan bersumber dari judul-judul tulisan saya di Kompasiana. Sejak zaman dulu saya sudah sering diundang untuk membedah buku yang saya tulis. Forum bedah buku seperti itu sudah sangat biasa dan lazim saja. Ternyata sekarang saya diminta bedah tulisan-tulisan yang ada di Kompasiana. Ini jelas tantangan yang sangat menarik.

Pada kesempatan lain, saya mendapat kiriman pesan dari seorang pembaca Kompasiana. Beliau mengirim email kepada saya, memperkenalkan diri, dan menyampaikan apresiasi. "Saya seorang ibu rumah tangga, tinggal di Denpasar Bali. Saya seorang penganut Hindu, namun saya sangat menikmati tulisan Pak Cah di Kompasiana. Saya tahu Pak Cah muslim, namun tulisan Pak Cah tentang keluarga selalu menginspirasi kehidupan saya. Terimakasih Pak Cah sudah berbagi ilmu dengan kami".

Alhamdulillah, Kompasiana membuat saya bisa memberikan kemanfaatan yang lebih luas. Melalui nasihat-nasihat sederhana yang saya dapatkan dari ruang-ruang konseling dan dari forum-forum pelatihan keluarga. Saat menerima konseling, saya mendapatkan banyak pelajaran dan hikmah dari permasalahan para klien. Saat mengelola pelatihan Wonderful Family, saya mendapatkan banyak masukan yang sangat berharga dan para peserta. Dari situlah saya semakin mendapatkan pendewasaan dan kematangan dalam melihat persoalan hidup berumah tangga.

Suatu saat, seorang lelaki yang tidak saya kenal sebelumnya menyapa saya di Bandara Soekarno Hatta.

"Ini Pak Cah ya?" tanyanya.

"Benar Pak", jawab saya.

"Alhamdulillah, tadi saya hanya menebak saja", lanjutnya.

"Dari mana Bapak mengenal saya?"

"Dari Kompasiana. Ada foto profil Pak Cah di Kompasiana", jawabnya.

Wah, semakin tersanjung saya. Ternyata Kompasiana membuat saya bisa dikenal orang. Lelaki tersebut adalah seorang pembaca setia Kompasiana, meski tidak memiliki akun dan tidak pernah menulis di Kompasiana.

Bahkan tak jarang saya mendapatkan request dari pembaca.

"Pak Cah tulis dong tentang indahnya poligami," kata seorang suami.

"Pak Cah, tulis dong tentang perasaan istri yang tak rela dipoligami", kata seorang istri.

Wah, bagaimana harus memadukan hal-hal seperti ini? Jelas ini menjadi tentangan tersendiri bagi saya. Semakin banyak request, semakin terpacu pula saya dalam mempelajarinya.

Semua gara-gara Kompasiana.......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun