[caption id="attachment_220548" align="aligncenter" width="307" caption="ilustrasi - http://www.cartoonstock.com"][/caption]
Membandingkan, tentu maksudnya adalah memberikan semangat dan motivasi untuk menjadi lebih baik. Namun tidak jarang, karena merasa dibandingkan, isteri anda marah dan memunculkan cemburu yang berlebihan. Ia menganggap anda memberikan perhatian yang berlebihan kepada perempuan lain yang anda gunakan sebagai pembanding tersebut.
Ini kisah keluarga Budi dan Novi. Tidak sengaja, atau tidak sadar, suatu ketika Budi menyampaikan kepada Novi, “Lihat Ma, Shinta itu sudah berumur empat puluh tahun tapi tetap langsing dan tubuhnya kelihatan sangat seksi”. Shinta, tetangga sebelah rumah, isteri pak Bambang, saat itu tengah melintas di halaman rumah mereka.
“Mama kok gak kayak dia ya...” lanjut Budi sembari memperhatikan tubuh Novi yang gendut.
Kontan Novi marah. Ia merasa telah dibandingkan dengan perempuan lain. Dengan ketus ia menjawab, “Maksudmu apa ? Jadi aku harus bilang waww gitu ? Sambil lompat?”
“Dasar laki-laki mata keranjang. Matanya suka jelalatan kalau melihat perempuan”, lanjut Novi masih dengan nada emosi.
“Kok Mama marah sih ? Aku kan cuma berkomentar....” ungkap Budi.
“Itu bukan cuma, Papa !” sahut Novi ketus.
Dan sore itu, mereka berdua tenggelam dalam pertengkaran yang tidak produktif. Bahkan makan malam dalam suasana yang saling diam dan tidak berbicara hingga saat tidur tiba.
Tidak Suka Dibandingkan
Pada dasarnya, kebanyakan orang tidak suka dibandingkan dengan orang lain. Semua orang memiliki ego, yang tidak ingin dirinya direndahkan atau dikalahkan. Suami tidak suka dibandingkan dengan lelaki lain, isteri tidak suka dibandingkan dengan perempuan lain. Bahkan anak-anak kita, mereka tidak suka dibandingkan dengan anak-anak lain. Membandingkan anak-anak kita sendiri, bisa berdampak mengangkat satu anak, namun menjatuhkan anak yang lain.
“Kakak ini bagaimana, masak sudah kelas lima kalah sama adik yang baru kelas dua ? Lihat, adik selalu menaruh gelas kotor di tempat cuci. Kakak tidak pernah melakukan itu”, ungap seorang ibu. Ia membandingkan kedua anaknya dalam perilaku keseharian.
Cara membandingkan dua anak ini, menyebabkan kakak merasa terjatuhkan di depan adiknya. Jika hal ini konsisten dilakukan, akan bisa membuat si kakak merasa selalu dikalahkan, dan akan muncul perasaan dendam dalam dirinya. Mungkin tidak terekspresikan, namun kebencian muncul diam-diam dan terpendam dalam lubuk jiwanya.
Jangan membandingkan dengan cara seperti itu. Jika ingin memotivasi anak, katakan saja sering-sering, “Kakak, setiap selesai makan dan minum, piring dan gelas langsung ditaruh di tempat cuci ya ... Itu namanya kakak sudah membantu ibu”.
Tindakan Nyata
Demikian pula ketika ingin isteri tampak langsing dan seksi, ajak saja ke salon kecantikan yang menawarkan banyak jasa. Tanpa perlu membandingkan dengan perempuan lain, anda langsung melakukan aktivitas yang produktif.
“Ma, ayuk kita rawat tubuh agar tetap segar dan bugar. Kita pergi ke salon kecantikan yuk, biar Mama tambah cantik dan seksi. Papa siap mengantar Mama rutin untuk melakukan perawatan.”
“Mama selalu tampak cantik, dan akan bertambah cantik lagi kalau Mama bersama Papa mengikuti program perawatan tubuh. Nanti kita akan tampak lebih muda dan segar”.
Kalimat itu lebih produktif dibandingkan dengan sindirian atau perbandingan secara langsung dengan perempuan lain. Tidak menyakiti hati, tidak pula menimbulkan kecemburuan. Tindakan nyata, mengajak isteri anda melakukan suatu aktivitas perawatan tubuh, akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
Jika suami terlalu sering membandingkan dengan perempuan lain, nanti akan menjadi sebuah kebiasaan buruk yang berkembang. Menjadi bahan cemoohan secara tidak proporsional antara suami dan isteri. Lama kelamaan berubah menjadi peperangan sengit.
“Papa kan tahu, Mama dulu juga langsing dan seksi. Kalau sekarang Mama seperti ini, itu kan karena Papa tidak pernah memperhatikan Mama. Waktu Papa habis untuk ngurus pekerjaan, tidak sempat ngurus isteri. Itu Shinta tubuhnya bisa terawat dan seksi, karena pak Bambang selalu memperhatikan isterinya. Papa kan tidak seperti pak Bambang, bagaimana Mama disuruh seperti Shinta?”
Kalimat-kalimat itu hanya saling menyakiti antara suami dan isteri. Sudahlah, tidak perlu pertengkaran yang tidak berguna semacam itu. Lakukan saja tindakan nyata untuk membuat perubahan sebagaimana dikehendaki. Penyebutan person untuk membuat perbandingan, lebih sering ditangkap dengan makna yang berbeda oleh pasangan kita. Maka, jangan bandingkan isteri anda dengan perempuan lain, jangan bandingkan suami anda dengan lelaki lain.
Nikmati saja semuanya yang ada pada isteri dan suami anda, sembari mengusahakan agar selalu tambah baik dan menarik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H