Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tanjung Menangis : Ketika Kasih Tak Sampai

30 Desember 2011   01:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:35 3832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_159945" align="aligncenter" width="655" caption="Tanjung Menangis"][/caption]

Syahdan. Sultan Samawa sangat sedih menyaksikan putrinya yang terbaring sakit. Ia telah berusaha tanpa kenal lelah guna mencarikan pengobatan bagi putri tercinta agar segera sembuh. Berbagai cara pengobatan telah dilakukan berharap Sang Putri bisa pulih seperti sedia kala, namun sudah sekian lama belum menunjukkan hasil yang berarti.

Akhirnya Sultan menggelar sayembara, barangsiapa bisa menyembuhkan putrinya, jika lelaki akan dijodohkan dengan Sang Putri. Sandro atau dukun dari berbagai penjuru Tana Samawa berlomba untuk menyembuhkan sang putri. Silih berganti sandro berusaha mengobati Sang Putri, namun tidak seorangpun yang berhasil. Sampailah seorang sandro dari rantau datang. Namanya Zainal Abidin, dari tanah Sulawesi. Ternyata ia berhasil menyembuhkan sang putri.

Sayang, Sultan mangkir terhadap janjinya sendiri untuk menikahkan Sang Putri dengan sandro yang mampu menyembuhkan penyakit putrinya. Zainal Abidin adalah sandro muda yang tampan. Sang Putri pun bahkan jatuh cinta dengan sandro. Sultan bersikeras tidak mau menikahkan Sang Putri dengan sandro, bahkan tega mengusir sandro agar pulang ke tanah asalnya.

Karena diusir oleh Sultan, sandro melangkah menuju laut untuk naik kapal kembali ke negerinya, Sulawesi. Sang Putri yang terlanjur jatuh cinta mengejar sandro, tak tahu ia harus kemana, hingga sampailah ia di sebuah tanjung. Sesampai di tanjung tersebut, sandro ternyata sudah naik perahu meninggalkan Tana Samawa.

Tinggallah Sang Putri seorang diri di tanjung merenungi nasibnya karena kasih tak sampai. Ia menangis tanpa henti di tanjung itu.  Sementara sambil berlayar di atas perahu, sandro menembangkan sebuah lawas (puisi):

Kumenong si sengo sia, intan e

Leng Poto Tanjung Menangis

Kupendi Onang ku Keme...

Sang Putri menunggu berhari-hari di tanjung itu, sambil tetap menangis. Akhirnya masyarakat menyebut tanjung itu dengan sebutan Tanjung Menangis.

**********

Hari Sabtu 24 Desember 2011 yang baru lalu, saya berkesempatan mengunjungi pantai Tanjung Menangis di wilayah Sumbawa. Tanjung Menangis (Cape Weep), masuk wilayah kecamatan Sumbawa Besar, Kabupaten Sumbawa, provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pantai ini sungguh indah, tampak sangat bersih, airnya bening, tampak biru, dengan pasir yang sangat indah. Berwarna coklat muda, hampir ke putih, dan memenuhi sepanjang pantai. Di seberang sana, nun jauh, tampak Pulau Moyo yang terlihat indah, menambah keindahan pemandangan pantai.

Saya segera penasaran dengan nama pantai yang terasa “aneh” itu. Pantai yang indah, tapi namanya Tanjung Menangis. Pasti ada sejarahnya. Ternyata seperti itulah legenda Tanjung Menangis, sebuah kisah sedih yang mengharukan. Judulnya, “kasih tak sampai”, selanjutnya kita sebut KTS.

*********

Kisah cinta Sang Putri dengan seorang sandro muda nan tampan tersebut hanyalah legenda, atau dongeng yang beredar dari mulut ke mulut. Sangat sulit untuk memastikan kebenaran kisahnya, karena memang tidak tercatat dalam buku-buku sejarah resmi. Namun KTS alias “kasih tak sampai” adalah tema besar yang selalu terulang sepanjang zaman, oleh putri dan sandro zaman sekarang.

Di Jogja Family Center banyak anak muda mengadukan persoalan KTS yang sering mengharubiru perasaan. Seorang perempuan muda usia mengadukan kesedihan hati, karena merasa dicampakkan oleh kekasihnya. Semula ia sangat yakin lelaki idamannya benar-benar setia. Harapan telah dipupuk dengan subur, hingga hatinya terlanjur tertambat kuat kepada sang kekasih. Namun ternyata ia salah. Sang kekasih meninggalkan dirinya dan menikah dengan perempuan lain.

Pada kisah KTS hampir selalu kita dapatkan aroma ketidaksetiaan atau pengkhianatan, walau ada juga sebab lain. Pada kisah Tanjung Menangis di atas, tampak Sultan Samawa mengkhianati janjinya sendiri. Pada kisah perempuan muda yang saya ceritakan, tampak ada ketidaksetiaan sang kekasih. Korbannya, adalah seseorang yang tersakiti hatinya. Terlukai jiwanya. Terenggut kebahagiaannya.

**********

Kisah KTS sangat merugikan kaum perempuan. Karena secara umum kaum perempuan lebih dominan menggunakan potensi perasaan dan hatinya dalam menjalin hubungan dan komunikasi. Ketika seorang perempuan mengalami kejadian KTS dengan sebab apapun, ia akan terluka dan menderita, lebih berat dibandingkan apabila hal itu dialami oleh lelaki.

Bahkan ada dugaan kuat, lelaki yang pertama kali dicintai dan memasuki hati seorang perempuan, akan sulit dilupakan seumur hidupnya. Kecuali apabila perempuan ini mampu membersihkan hati dengan kegiatan ibadah dan ruhaniyah, sehingga hatinya terbersihkan dari kenangan masa lalu yang membelenggu. Tentu saja lelaki juga punya kenangan kepada perempuan yang pertama kali dicintai dan memasuki hatinya, namun karena lelaki banyak menggunakan potensi logika maka hal itu tidak terlalu membekas di hati dalam waktu lama.

Maka berhati-hatilah menjaga hati. Jangan mudah jatuh cinta, jangan mudah memberi harapan. Saya selalu menasehati anak-anak muda dengan sebuah rumus sederhana, “jangan memastikan sesuatu yang belum pasti”.

Misalnya seorang perempuan memiliki kekasih, dan mereka sudah bersepakat untuk meneruskan hubungan ke jenjang pernikahan. Ingat, itu sesuatu hubungan yang belum pasti, maka jangan pernah memastikan bahwa akan sesuai harapan. Jika perempuan ini terbuai, ia rela menyerahkan semua yang dimiliki, sampai kehormatannya, kepada sang kekasih. Padahal hubungan mereka hanya sebatas janji dan kesepakatan atau komitmen.

Apabila kekasih mengingkari janji, jadilah ia perempuan yang merana dan sudah ternoda. Lelaki bejat ini tidak kelihatan “bekas” apapun dalam dirinya, atas pebuatan tidak bertanggung jawab yang telah ia lakukan. Ia bisa mengulang hal serupa kepada ribuan perempuan yang tidak tahan rayuan, dan selalu melakukan perbuatan di luar batas kepada setiap perempuan yang berhasil dibujuknya. Lagi-lagi, tidak tampak “bekas” atas kebejadan yang ia lakukan.

Namun berbeda dengan perempuan. Ada “bekas” nyata yang bisa dialaminya. Hamil di luar nikah. Zaman dulu, peristiwa hamil di luar nikah merupakan aib keluarga, sangat memalukan dan mencoreng semua anggota keluarga. Namun di zaman sekarang, seakan sudah menjadi tradisi yang lumrah. Apalagi banyak iklan terang-terangan menawarkan jasa aborsi, sehingga banyak kalangan tidak khawatir jika terkena hamil di luar nikah, karena sudah menemukan solusi. Aborsi. Na’udzu billah....

Ada bekas lain pada perempuan, yaitu goresan luka di hati. Merasa dikhianati, merasa ditipu. Sakit hati tidak terperi.

*******

Mari berhati-hati menjaga hati. Jangan mudah menyerahkan hati kepada seseorang yang hanya mengobral janji. Jangan pernah memastikan sesuatu yang belum pasti.

Dalam kaitan relasi lelaki dan perempuan untuk menuju jenjang pernikahan, yang disebut sebagai pasti adalah apabila sudah terlaksana akad nikah yang sah sesuai aturan agama dan negara. Jika belum melaksanakan akad nikah, maka semua belum pasti. Semua kemungkinan masih bisa terjadi. Jangan melakukan perbuatan bodoh dan tidak bertanggung jawab dalam menjalin hubungan dengan kekasih hati.

Tidak layak kita berpikir “cinta tak mesti memiliki”, karena sulit memisahkan hati dari badan. Anda akan semakin sakit dan senewen, jika mencintai seseorang yang bukan milik anda. Mencintai isteri orang lain, mencintai suami orang lain, menjalin hubungan diam-diam dengan alasan cinta tak mesti memiliki. Hentikan saja khayalan semacam itu. Hiduplah di alam nyata, cinta itu aktivitas hati, pikiran dan badan. Jangan dipisah-pisahkan.

Jika anda sadar bahwa hubungan yang anda bangun akan mengarah kepada kisah KTS, segera hentikan. Ya, segera berhenti, jangan diteruskan. “Aku akan tetap mencintaimu seumur hidupku, walau tak pernah memilikimu”, buang kalimat seperti itu. Karena itu mustahil bin bohong bin dusta. Jangan biarkan anda merana karena mencintai seseorang yang tidak mungkin menjadi milik anda. Semakin anda teruskan, semakin membuat sakit perasaan.

Kisah KTS selalu menimbulkan korban sakit hati. Kata orang masih lebih ringan sakit gigi daripada sakit hati. Sedemikian sakit, sampai menimbulkan tangis yang sulit berhenti, hingga menjadi legenda Tanjung Menangis.

Cukuplah Tanjung Menangis menjadi saksi sakitnya hati akibat kasih tak sampai. Jangan ada yang mengalaminya lagi. Maka, mari berhati-hati menjaga hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun