Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Masih Adakah Suami Bervisi Surga?

5 Maret 2015   15:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:08 2119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14255174731836487931

[caption id="attachment_400955" align="aligncenter" width="482" caption="www.wikihow.com"][/caption]

Apakah masih relevan menetapkan motivasi surga di dalam kehidupan keluarga modern? Pada saat surga dan neraka bagi masyarakat modern dianggap hanya semacam dongeng atau cerita orang terdahulu. Seakan hanya sebagai ‘mitos ‘ keagamaan yang digunakan untuk menakut-nakuti atau menjanjikan keindahan kelak ketika sudah mati dan sudah tiba kiamat. Seakan-akan kematian, kiamat, pembalasan, surga dan neraka hanya semacam daftar ensiklopedia yang sudah khatam dipelajari maka kemudian ditutup dan disimpan.

Sebagai bangsa yang religius, masyarakat Indonesia tentu sangat yakin akan surga dan neraka. Masyarakat Indonesia yang agamis pasti memiliki harapan untuk menggapai surga dan terjauhkan dari neraka. Ini bukan soal masyarakat modern atau kuno, namun soal keyakinan nilai yang menjadi pondasi dalam kehidupan. Keyakinan iman yang akan membingkai kehidupan, termasuk dalam pernikahan dan berumah tangga, sehingga membuat semua anggota keluarga memiliki perilaku lurus dan mulia.

Dalam berbagai Pelatihan Wonderful Family sering saya sampaikan bahwa visi surga adalah pilihan visi yang sangat agung dan kokoh untuk membangun keluarga. Dengan visi ini, semua anggota keluarga akan terbimbing langkahnya menuju surga, sebuah keindahan tiada tara, baik di dunia maupun di akhirat. Semua pertanyaan, semua permasalahan, semua pertengkaran, akan bisa dikonfirmasi dengan jawaban surga.

Ketika seorang suami memimpin rumah tangga, ia takut berlaku zhalim kepada anak dan isterinya, karena ia sangat ingin masuk surga. Ia khawatir kalau berperilaku jelek, akan menyebabkan masuk neraka. Demikian pula seorang isteri yang cinta surga, akan berlaku baik dalam rumah tangga. Ia takut kalau membangkang dan durhaka kepada suami akan membuatnya terjauhkan dari surga.

Pintu Surga Itu di Depan Matanya

Saya ajak anda menengok kondisi keluarga Anwar dan Tati. Sebuah keluarga yang hidup di abad ini, di zaman cyber, di zaman teknologi. Bukan di zaman Nabi, bukan di zaman batu, bukan di zaman prasejarah. Bukan di awang-awang atau di negeri dongeng. Mereka adalah keluarga yang tinggal di bumi, di planet yang kita huni bersama ini. Mereka bukan manusia langit yang datang dari planet lain, namun manusia biasa saja, seperti kita semua.

Anwar mendapatkan cobaan berat dalam hidup. Tati menderita depresi semenjak hamil anak pertama, karena ada permasalahan dengan orang tua, hingga berlanjut kepada penyakit jiwa yang lebih kompleks. Orang menyebutnya sebagai ‘gila’. Jika ada pemicu tertentu pada Tati, langsung tampak gejala kegilaannya. Ia bicara sendiri, tertawa sendiri, berperilaku aneh dan tidak terkendali. Sudah berapa dokter jiwa dikunjungi Anwar untuk menyembuhkan sang isteri, sudah berapa rumah sakit jiwa didatangi untuk menuntaskan kelainan sang isteri, namun belum ada hasil yang memuaskan.

Menurut dokter, Tati menderita penyakit skizofrenia. Dalam kamus medis dinyatakan skizofrenia adalah gangguan jiwa psikotik dengan gejala delusi, halusinasi, hilangnya perasaan afektif atau respons emosional, menarik diri dari hubungan antarpribadi normal, bicara tidak teratur, perilaku tidak teratur, katatonik atau tidak ada gerakan sama sekali, kesulitan bicara, atau kurangnya perilaku bertujuan atau kesulitan mendapatkan hal-hal untuk dilakukan. Seseorang dikatakan menderita skizofrenia jika gejala-gejala tersebut sudah dialami sekurangnya satu bulan dan gejala menetap sekurangnya enam bulan.

Sehari-harinya Anwar adalah pejabat di instansi pemerintah. Orangnya supel, ramah, cukup tampan, dan memiliki posisi sosial yang dihormati masyarakat sekitar, karena memang ia seorang pejabat. Setiap hari ia bekerja di kantor pemerintah, dan jika di rumah ia berlaku sebagai pengasuh bagi isteri dan tiga anak-anaknya. Kondisi Tati tidak memungkinkan untuk bisa mengelola anak-anak. Semua urusan anak dan kerumahtanggaan dilakukan oleh Anwar dengan penuh tanggung jawab sebagai suami dan bapak.

Hal yang kadang membuat Anwar sedih adalah apabila ada kegiatan di instansi tempatnya bekerja untuk menghadiri acara family gathering yang melibatkan keluarga. Ia hadir bersama tiga anaknya, karena tidak bisa membawa sang isteri, sementara teman-teman dan anak buah di kantor hadir beserta isteri dan anak-anak. Kondisi ini akhirnya dimaklumi semua teman kerjanya. Mereka bahkan berempati terhadap kondisi keluarga Anwar.

Suatu saat ada seorang teman yang bergurau, “Sudahlah pak Anwar, nikah lagi saja, daripada punya isteri tapi tidak berfungsi”.

Ada pula teman iseng menyarankan, “Ayo cari cewek pak Anwar. Untuk hiburan saja.... Menghilangkan kepenatan mengurus kantor dan keluarga. Bersenang-senanglah, jangan serius terus..... Banyak kok cewek yang mau diajak senang-senang....”

Ada lagi yang bahkan menyarankan dengan serius, “Ceraikan saja Tati, pak Anwar, dan kirim ia ke rumah sakit jiwa.....”

Tahukah anda, apa jawaban Anwar atas semua saran seperti ini? Coba dengarkan baik-baik.....

“Saya tidak pernah berpikir menceraikan Tati. Saya juga tidak berpikir akan menikah lagi. Saya berharap, dengan cara inilah Allah akan memberikan surga bagi saya....”

Masyaallah! Anwar melihat dengan jelas, pintu surga itu ada di depan matanya. Ia tidak perlu mencari surga di tempat yang jauh. Ia tidak perlu mencari surga dengan berbagai amal yang hebat dan spektakuler. Ia meyakini, Tati itulah pintu surga baginya.

“Kalau saya menikah lagi, atau saya ceraikan Tati, siapa yang akan mengurus dia nanti. Bagaimanapun kondisinya sekarang ini, saya pernah menikmati kebahagiaan optimal bersamanya, terutama saat dulu ia masih normal. Saya tidak mau menyakiti hatinya...” lanjut Anwar.

Saya menangis pertama kali mendengar kisah keluarga Anwar. Saya tidak membayangkan ada lelaki di zaman gadget ini yang berhati semulia Anwar. Dengan posisi di instansi tempatnya mengabdi, sangat mudah bagi dia untuk selingkuh, jajan, bersenang-senang dengan banyak perempuan, atau menikah lagi. Ada banyak “alasan” yang bisa dipahami masyarakat, terutama terkait kondisi Tati.

Masih adakah lelaki di dunia ini yang berjiwa besar seperti Anwar? Saya yakin masih sangat banyak. Cobalah sekali lagi memahami jawaban Anwar atas berbagai saran yang ditujukan kepada dirinya:

“Saya tidak pernah berpikir menceraikan Tati. Saya juga tidak berpikir akan menikah lagi. Saya berharap, dengan cara inilah Allah akan memberikan surga bagi saya....”

Ia hanya berharap surga. Dan menurut saya, ia pantas mendapatkannya....

“Surga Dunia” yang Menyengsarakan

Kisah Anwar di atas, pada zaman sekarang ini, seakan hanya dongeng. Seakan hanya sebuah fiksi yang tidak ada contoh nyatanya. Padahal itu kisah nyata. Kisah tentang kesetiaan. Kisah tentang suami bervisi surga. Kisah yang benar-benar ada di dekat kita. Bukan orang nun jauh di sana. Ternyata masih ada ---bahkan saya yakin masih banyak--- kisah-kisah serupa. Suami yang melihat dengan jelas, pintu surga itu ada di depan matanya.

Namun dunia memang sudah benar-benar berubah sekarang. Kondisinya menjadi sering terbalik-balik. Di zaman cyber ini, banyak orang berseloroh, selingkuh adalah ‘surga dunia’. Tidaklah disebut lelaki kalau tidak berani selingkuh. Bahkan suami setia yang bervisi surga sering dikatakan sebagai kolot dan sok suci. Suami yang dianggap tidak mengerti kesenangan. Banyak orang modern mengejar ‘surga dunia; dengan berselingkuh dan bersenang-senang dengan berganti-ganti pasangan.

Kembali saya cuplikkan berita di sebuah kota kecil di luar Jawa. Terlalu banyak suami selingkuh, mencari ‘surga dunia’, dan ternyata berujung petaka. Rumah tangga mereka harus kandas karena gugatan cerai dari istri yang tidak rela dikhianati. Berikut cuplikan beritanya dari Merdeka.com, Jumat, 19 September 2014, 10:38:08. Tajuk yang diangkat adalah “Perselingkuhan Marak, Istri Ramai-ramai Gugat Cerai”, sebagai berikut:

Merdeka.com - Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sangatta Utara Syarifuddin Nur, mengungkapkan 90 persen istri yang menggugat cerai karena suami selingkuh. Sementara penyebab lainnya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan masalah ekonomi.

"Dari 90 persen kasus selingkuh dilakukan suami, sehingga rata-rata yang mengajukan gugatan cerai adalah istri," kata Syarifuddin Nur, seperti dilansir Antara, Jumat (19/9/2014).

Syarifuddin Nur mengatakan, tingginya angka kasus gugatan perceraian pasangan suami istri ini patut menjadi perhatian semua pihak. Ini masalah besar yang dihadapi dan dibutuhkan penanganannya agar tidak terus terjadi. Meski baru menjabat beberapa bulan di KUA Sangatta, dirinya mengaku prihatin. Dalam seminggu pihaknya menerima 3 hingga 4 gugatan cerai.

"Kami tetap berupaya melakukan mediasi agar kembali bersatu dalam keluarga bahagia. Namun yang berhasil hanya sedikit sekali," ujar dia.

Dia menjelaskan, salah satu penyebab dari tingginya kasus selingkuh dan gugatan cerai pasangan suami istri karena penggunaan handphone/telepon seluler dan perkembangan kota Sangatta. "Karena pengaruh menggunakan handphone dan perkembangan kota inilah menurut saya menjadi penyebabnya selain karena rendahnya iman. Kalau iman kuat insya Allah keluarga akan kuat apapun godaan itu," katanya.

Berita di atas adalah sebagian contoh kondisi dunia saat ini. Betapa banyak orang mengejar ‘surga dunia’, namun ternyata harus kehilangan keluarga yang susah payah dibangunnya. Harus kehilangan harta yang paling berharga yang sudah dimilikinya, yaitu keluarga. Harus menorehkan luka pada jiwa anak-anak yang kehilangan kepercayaan kepada orang tuanya.

Selingkuh jelas bukan surga dunia. Selingkuh adalah jalan menuju petaka. Maka jika anda ingin hidup bahagia, milikilah visi surga, dan wujudkan bersama keluarga anda.

Bahan Bacaan :

Merdeka.com, Jumat, 19 September 2014, 10:38:08, Perselingkuhan Marak, Istri Ramai-ramai Gugat Cerai, http://iorg.merdeka.com/peristiwa/perselingkuhan-marak-istri-ramai-ramai-gugat-cerai.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun