Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menikah untuk Melawan Kesepian

3 April 2014   15:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:08 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu memerlukan orang lain, memerlukan lingkungan untuk mengekspresikan kebutuhan sosial dalam dirinya. Pada saat yang bersamaan, Allah memberikan berbagai indera dan organ tubuh yang memudahkan dan membantu manusia dalam melakukan interaksi sosial.

Salah satu musuh terbesar manusia adalah rasa kesepian. Manusia tidak akan tahan hidup sendirian, mengisolasi diri, tidak memiliki lingkungan pergaulan, berdiam diri dalam waktu lama. Perasaan kesepian secara pasti akan mempercepat munculnya masalah kesehatan dan bahkan mempercepat kematian.

Karena manusia adalah makhluk sosial, maka memiliki pasangan hidup, memiliki sahabat, mengobrol, berdiskusi dan berkomunikasi menjadi kebutuhan yang mendasar. Pasangan hidup, keluarga, sahabat, tetangga, teman kerja adalah orang-orang yang bisa diajak untuk melawan kesepian.

Dampak Kesehatan dari Perasaan Kesepian

Orang yang kesepian sering terbangun di malam hari dan rata-rata memiliki kualitas tidur yang jelek. Mereka menyimpan perasaan gelisah yang membuat sulit tidur, sehingga memiliki waktu istirahat yang kurang. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kesepian dapat membuat kesehatan memburuk dan bahkan menuju pada kesepian yang lebih jauh lagi.

Seorang psikolog sosial dari Universitas Chicago, John Cacioppo, telah mempelajari efek biologis dari kesepian. Cacioppo menemukan hubungan kesepian dengan sejumlah penyakit, seperti pengerasan pembuluh darah yang menyebabkan tekanan darah tinggi, peradangan dalam tubuh, dan bahkan masalah pada proses belajar dan memori. Cacioppo dan tim meneliti bagaimana sistem kekebalan tubuh berubah dari waktu ke waktu pada orang yang terisolasi secara sosial.

Pada orang kesepian yang melihat dunia sebagai tempat yang mengancam, sistem kekebalan tubuh memilih untuk fokus pada ancaman bakteri daripada virus. Tanpa perlindungan antivirus dan antibodi tubuh terhadap berbagai penyakit, seseorang lebih rentan untuk menderita semua penyebab kematian, seperti kanker, infeksi dan penyakit jantung.

Selain itu, kesepian juga akan meningkatkan kadar hormon stres kortisol dalam sirkulasi darah. Hormon ini akan memicu peningkatan tekanan darah ke dalam zona bahaya untuk menyebabkan serangan jantung dan stroke. Peningkatan tekanan darah akan menyebabkan otot jantung bekerja lebih keras dan pembuluh darah akan mudah mengalami kerusakan karena turbulensi aliran darah.

Studi ini juga menemukan bahwa orang kesepian cenderung menilai interaksi sosial dengan negatif dan membentuk kesan buruk dari orang yang mereka temui. Hal ini menyebabkan otak terus waspada terhadap ancaman sosial, yang selanjutnya dapat menghasilkan hiper-reaktifitas pada perilaku negatif orang lain. Dampaknya, memudahkan orang kesepian tersebut untuk terjatuh pada kesepian yang lebih dalam lagi.

Kesepian Memacu Bunuh Diri

Bukan hanya menimbulkan masalah kesehatan, perasaan kesepian bahkan telah memacu tingginya angka bunuh diri di Jepang. Sebagaimana diketahui, Jepang adalah negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi di dunia, menurut Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). Sebuah survei yang diberitakan kantor Berita Agence France Presse (AFP) di Tokyo tahun 2012 menunjukkan bahwa lebih dari seperempat warga Jepang berusia 20-an berpikir untuk mengakhiri hidup.

Survei menemukan 28,4 % responden di usia 20-an ingin bunuh diri. Ini merupakan angka tertinggi dari segala tingkatan usia. Sebab terbesar dari keinginan bunuh diri adalah rasa kesepian.

"Data menunjukkan bahwa anak muda enggan berbicara satu sama lain ketika mereka menghadapi problem, atau jika ada yang mau bicara mereka tidak menemukan orang yang mau mendengar. Alasannya, mereka ini hanya memiliki hubungan dangkal antara satu dengan lainnya," demikian hasil survei yang dilakukan Kantor Kabinet Jepang.

"Mereka cenderung tersiksa sendirian," lanjut keterangan Kantor Kabinet itu. Secara keseluruhan, sekitar 23,4 % dari 2.000 responden dari seluruh usia yang disurvei menyatakan berniat bunuh diri.

Bahaya Kesepian bagi Lansia

Studi yang dilakukan American Association for the Advancement of Science di Chicago menyebut, bahaya kesepian bisa dua kali lipat dari obesitas, terutama, bagi orang-orang lanjut usia. Studi meneliti lebih dari dua ribu orang berusia 50 tahun ke atas. Hasilnya, orang yang merasa kesepian berisiko meninggal lebih cepat dibanding orang yang tidak merasa kesepian. Resikonya lebih tinggi 14 %. Sedangkan resiko kematian akibat obesitas, justru dua kali lebih kecil dari itu.

Dalam buku Loneliness, John Cacioppo, seorang psikolog di University of Chicago, mengatakan, rasa sakit saat kesepian mirip dengan ketersiksaan fisik. Cacioppo melanjutkan, mereka yang telah pensiun sering menjadi jauh dari lingkungannya. Mereka juga cenderung menjadi penyendiri. Cacioppo menyarankan pentingnya para pensiunan untuk terlibat dalam banyak kegiatan di sekitarnya. Itu bisa membuat mereka lebih banyak berinteraksi dan hidupnya lebih bersemangat.

Maka Menikahlah untuk Melawan Kesepian

Para bujang, para jomblo, para janda, para duda, menikahlah. Karena menikah adalah salah satu cara melawan kesepian. Hubungan antara pernikahan dengan hilangnya kesepian, bisa dijelaskan dengan dua kondisi berikut ini :

Pertama, jika pernikahan anda bahagia, anda akan terbebas dari kesepian, karena selalu bisa berkomunikasi dan berinteraksi secara positif dengan pasangan. Pernikahan yang bahagia selalu bisa dinikmati oleh suami dan istri. Mereka merasa nyaman untuk selalu berkomunikasi, mengobrol berlama-lama, berdiskusi, berbincang tentang masa depan. Mereka tidak pernah merasa kesepian, karena ada pasangan hidup yang menyenangkan.

Kedua, jika pernikahan anda berantakan, anda tetap terbebeas dari kesepian, karena setiap hari anda akan bertengkar dan berantem dengan pasangan. Rumah anda tidak akan pernah sepi. Setiap saat terdengar suara kemarahan, suara pertengkaran, suara keributan dari suami dan istri. Bahkan kadang suara “piring terbang”. Bukan hanya rumah tangganya sendiri yang ramai dan bebas dari kesepian, bahkan rumah tetangga ikut ramai karena suara keributan mereka terdengar sampai rumah-rumah sekitar.

Tentu saja kita semua ingin kondisi yang pertama. Ingin keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Keluarga yang bahagia dan penuh berkah. Keluarga harmonis yang rejekinya melimpah. Keluarga yang berkualitas dan anaknya salih serta salihah. Keluarga seperti inilah yang akan membuat hidup selalu bergairah. Kesepian tidak akan dijumpai karena komunikasi selalu terjalin dengan meriah.

Selamat pagi sahabat semua, selamat beraktivitas.

Sumber Rujukan :

Studi Kesepian, Dua Kali Lebih Bahaya Dibanding Obesitas

Waspada Terhadap Bahaya Kesepian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun