Jika Kartini dianggap memiliki pembelaan yang kuat terhadap Islam, Rohana Kudus juga memiliki visi keislaman yang tegas.
“Perputaran zaman tidak akan pernah membuat wanita menyamai laki-laki. Wanita tetaplah wanita dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah wanita harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Wanita harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan”, begitu kata Rohana Kudus.
Dewi Sartika (1884-1947) bukan hanya berwacana tentang pendidikan kaum perempuan. Ia bahkan berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautamaan Istri yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung. Sekolah ini merupakan Sekolah Perempuan pertama di tanah Jawa, bahkan Sekolah Perempuan pertama se-Hindia Belanda. Sekolah ini bediri di tahun wafatnya Kartini.
Ratu Perempuan Terlama
Di Sulawesi Selatan tercatat nama Siti Aisyah We Tenriolle, seorang Ratu dari Kerajaan Tanette yang menjadi ratu perempuan terlama di Indonesia (1855-1910). Siti Aisyah We Tenriolle adalah seorang ratu yang cerdas. Tak hanya cakap di bidang pemerintahan, ia juga berhasil menyelamatkan sastra warisan dunia I La Galigo. Suatu epos terpanjang di dunia.
I La Galigo adalah suatu sajak mahakarya, yang mencakup lebih dari 6.000 halaman folio. Setiap halaman naskah tersebut terdiri dari 10-15 suku kata yang berarti cerita I La Galigo ditulis dalam sekitar 300.000 baris panjangnya. Satu setengah kali lebih panjang dari epos terbesar anak Benua India, Mahabharata yang hanya terdiri dari 160.000-200.000 baris.
Tidak hanya cerdas di bidang kesusateraan, Siti Aisyah We Tenriolle juga cerdas di bidang pemerintahan dan pendidikan. Aisyah berhasil mendirikan sekolah bagi rakyatnya. Sekolah tersebut tidak hanya diperuntukan bagi laki-laki, tetapi juga perempuan. Meski kurikulumnya masih sangat sederhana, hanya membaca, menulis dan berhitung tapi pada masa itu tergolong sudah sangat hebat.
Karena pada masa itu anak perempuan banyak tidak bersekolah. Aisyah lah tokoh yang pertama kali mendirikan sekolah yang menerima murid putra dan putri dalam satu kelas. Dia berhasil mewujudkan kesetaraan hak pendidikan bagi laki-laki dan perempuan jauh sebelum Kartini dilahirkan. Aisyah menginginkan rakyatnya melek pendidikan, tidak terkecuali perempuan.
Panglima Malahayati yang Dahsyat
Di Aceh terdapat banyak sekali perempuan-perempuan hebat nan heroik dalam melawan penjajah Portugis maupun Belanda. Mereka terjun langsung dalam pertempuran sengit bahkan menjabat sebagai panglimanya. Misalnya Malahayati yang tercatat sebagai Laksamana Perempuan Pertama di dunia. Dialah yang memimpin armada perang Kesultanan Aceh menggempur armada-armada Portugis dan Belanda di Selat Malaka. Armadanya terdiri dari 100 buah kapal. Tiap kapal terdiri dari 400-500 pasukan.
Nama Malahayati sangat ditakuti oleh Armada-armada Portugis, Belanda dan Inggris. Karena Malahayati lah yang berhasil membunuh Cornelis De Houtman di tahun 1599. Cornelis De Houtman adalah orang Belanda yang pertama kali menancapkan kuku imperialisme di Indonesia. Sungguh sangat sulit mencari perempuan segagah Malahayati di zaman sebelumnya atau sesudahnya.