Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menjadi Istri yang Menyenangkan jika Dipandang

14 Januari 2015   14:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:10 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_390668" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)"][/caption]

Pendahuluan

Tumben nulis di Kompasiana ada bagian Pendahuluan :) Seingat saya tidak pernah saya lakukan sebelumnya. Namun untuk tema kali ini, harus saya berikan sedikit catatan Pendahuluan sebelum memulai pembahasan.

Pada periode September - Oktober 2011 saya telah mem-posting di Kompasiana berturut-turut mengenai sepuluh karakter suami ideal. Dalam hitungan saya, ada tiga belas (13) naskah yang sudah saya posting berturutan, semua terkait tema karakter suami ideal. Banyak sahabat bertanya kepada saya mengapa hanya menulis karakter suami? Jawaban saya, karena saya seorang lelaki dan berusaha ingin selalu menjadi suami yang baik bahkan lebih baik.

Banyak pula sahabat yang bertanya kapan saya menulis tentang karakter istri ideal? Memang sangat ingin saya menuliskannya, namun ternyata tidak cukup mudah. Ada banyak kendala pada saya untuk menuliskan tema istri ideal, karena akan mudah dicap sebagai "bias laki-laki" dalam menuturkan karakter istri ideal. Menuturkan sifat istri ideal, namun di saat yang sama --sebagai lelaki-- seakan saya tengah menghadirkan kelelakian saya untuk menuntut istri agar memiliki sifat tertentu, sesuai dengan keinginan dan bayangan saya.

Ini menjadi kendala yang tidak mudah bagi saya untuk mengatasinya. Maka saya meminta kepada istri saya --Ida Nur Laila-- untuk menuliskan tema karakter istri ideal, agar hal ini ditulis oleh seorang perempuan yang sekaligus istri dan ibu. Namun sekian lama saya menunggu istri saya menuliskannya, ternyata ia lebih asyik menulis tema yang sesuai dengan keinginannya. Tidak selesai juga tulisan bertema istri ideal tersebut. Semakin kuat dugaan saya bahwa tema menjadi istri ideal itu memang hal yang berat untuk dituturkan :)

Hari berganti hari, bulan berganti, dan tahun pun sudah berganti. Empat kalender sudah saya habiskan untuk menunggu istri saya menulis tema istri ideal, dan sampai sekarang belum ada hasilnya. Maka akhirnya saya memutuskan untuk menulis sendiri tema ini. Menuturkan karakter istri ideal, ditulis oleh seorang laki-laki yang sekaligus juga suami dan ayah. Terpaksa ini saya lakukan agar di sisa hidup saya masih sempat menuturkan sosok istri ideal, sebagai penyeimbang dan pengimbang dari tulisan saya tentang suami ideal.

Mulai hari ini, saya akan berusaha menuturkan karakter istri ideal, namun sepertinya tidak akan bisa berturut-turut sebagaimana saya menuliskan karakter suami ideal tiga tahun yang lalu. Mengapa tidak bisa berturut-turut? Karena saya sudah bisa membayangkan tingkat kesulitan dan kerumitannya. Jadi perempuan itu rumit ya? Itu karena saya laki-laki. Menurut perempuan, justru laki-laki yang rumit. Coba saja kita mulai.... :)

[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="ilustrasi : koleksi pribadi"]

142119582496668270
142119582496668270
[/caption]

Karakter Istri Ideal

Jika saya menggunakan istilah ideal, ini semata-mata untuk memudahkan penyebutan, agar kita mengetahui seperti apa idealnya sosok istri. Rujukan yang paling kuat untuk memahami idealitas ini adalah pengarahan Gusti Allah Swt dan Kanjeng Nabi Saw. Dalam kajian agama, istri ideal sering disebut sebagai istri salihah. Ada banyak karakter istri salihah yang disebutkan di dalam Al Qur'an dan Hadits Nabi. Salah satu karakter istri salihah adalah "menyenangkan apabila dipandang".

Hal ini sebagaimana telah disabdakan Nabi Saw, “Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang sebaik-baik harta pusaka seseorang? Yaitu wanita shalihah, yang menyenangkan jika dipandang, menaati jika diperintah suami, dan bisa menjaga (harta dan kehormatan) jika ditinggal pergi.” (HR. An-Nasa'i dan Imam Ahmad. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).

Dari hadits tersebut bisa disimpulkan bahwa wanita (istri) salihah memilliki beberapa sifat atau karakter, yang salah satunya adalah "menyenangkan jika dipandang". Kalimat ini seakan-akan sederhana dan biasa saja, padahal jika direnungkan secara mendalam akan tampak bahwa ini bukan perkara yang biasa, namun luar biasa. Ada sejumlah tuntutan dan konsekuensi bagi para istri untuk mewujudkan karakter ini.

"Menyenangkan" dalam Bingkai Pasangan Suami Istri

Hal pertama yang harus diperhatikan dalam memaknai sifat ini, bahwa subyek dan obyeknya adalah pasangan suami-istri. Jadi harus dibaca dan dipahami seperti ini: "istri yang menyenangkan suami ketika dipandang suami". Bukan seorang istri yang menyenangkan lelaki lain saat dipandang oleh lelaki lain. Bukan pula istri yang menyenangkan orang banyak saat dilihat oleh orang banyak. Salihahnya seorang istri salah satunya diukur dari sejauh mana mampu menyenangkan suami ketika suami memandangnya.

"Menyenangkan suami" menjadi ukuran utama bagi para istri dalam mematut diri, baik di rumah maupun di luar rumah. Tentu saja jauh sebelum itu sudah ada batasan yang menjadi fondasi kehidupan semua insan beriman, yaitu bahwa semua harus taat kepada aturan agama. Artinya, sejauh tidak melanggar hukum agama dan kepatutan sosial, tindakan untuk menyenangkan suami tentu diperbolehkan. Bukan saja boleh, namun hal ini menjadi tuntutan sikap bagi para istri salihah.

Yang dilarang adalah, ketika suami menghendaki istri untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan dirinya, namun hal itu melanggar hukum agama. Tentu hukum agama harus dimenangkan di atas kemauan suami. Sebagai contoh, suami senang ketika istrinya tampil seksi dengan pakaian mini saat bepergian keluar rumah. Ini bukan saja tidak sesuai dengan ajaran agama, namun juga tidak sesuai dengan kepatutan sosial. Fondasi agama ini mengatur suami dan istri, sehingga kesenangan suami tetap dalam koridor yang dibenarkan ajaran agama, dan kepatuhan istri tetap dalam koridor yang dibenarkan agama.

Dalam koridor inilah, istri salihah berusaha untuk menjadikan kesenangan suami sebagai tolok ukur. Bukan semata-mata kesenangan dirinya. Perhatikan frasa "menyenangkan suami", yang menunjukkan bahwa tolok ukur penampilan dan kepatutan istri adalah penilaian dari suami. Dengan demikian penampilan istri saat di dalam rumah maupun di luar rumah, harus selalu berusaha menyenangkan suami.

Istri salihah berusaha mematut diri sendiri agar selalu menyenangkan saat dipandang suami. Secara teknis bisa menanyakan kepada suami, penampilan seperti apa yang menyenangkannya saat di rumah dan di luar rumah? Pakaian seperti apa, dandanan seperti apa, riasan wajah seperti apa, yang menyenangkan suami. Parfum seperti apa, bedak seperti apa, asesoris seperti apa yang menyenangkan suami. Warna pakaian, model pakaian, cara memakai pakaian seperti apa yang menyenangkan suami.

Tentu saja istri salihah memiliki hak dan privasi, sesuatu yang "gue banget" dan sesuatu yang "enggak banget" bagi dirinya. Namun ia tidak bisa selalu menjadi dirinya sendiri ketika sudah dihadapkan pada kesenangan suami. Mungkin ada warna dan model baju yang ia tidak suka, namun suami sangat menyukainya. Sebaliknya, mungkin ada warna dan model pakaian yang ia sangat suka, namun suami tidak menyukainya.

Mungkin ada bentuk dandanan atau riasan tertentu yang ia suka, namun suami tidak suka. Sebaliknya mungkin ada bentuk dandanan atau riasan tertentu yang ia tidak suka namun ternyata suami suka. Nah dalam hal yang ada perbedaan seperti tentu saja bisa terjadi negosiasi dengan cara yang halus dan lembut. Bukan menolak keinginan suami, namun mendialogkan kesenangan suami agar bisa lebih match dengan kesenangan dirinya. Ini adalah hal yang bersifat teknis yang bisa disiasati oleh kedua belah pihak dengan cara yang bijak.

Suasana ini berbeda pada perempuan yang masih lajang. Pada perempuan lajang, penampilan dirinya ditentukan oleh selera dirinya sendiri. Namun ketika sudah menikah, maka penampilan dirinya banyak ditentukan oleh suami. Ia tidak lagi memiliki ruang kebebasan yang penuh, karena telah terikat oleh akad pada sebuah kehidupan baru bernama rumah tangga. Maka harus ada kerelaan pada diri setiap istri untuk sharing dengan kesenangan suami, tidak lagi berpikir kesenangan dirinya sendiri. Ini yang membedakan antara sudah menikah dengan belum menikah.

Dengan demikian fokus berdandan dan berhias pada istri salihah adalah untuk suami. Bukan untuk khalayak umum, bukan untuk fans, bukan untuk publik. Semestinya istri salihah berusaha berdandan dan berhias diri secantik mungkin guna menyenangkan suami. Dengan cara seperti ini dipastikan para suami akan selalu senang berada di dekat istri, baik di rumah maupun ketika keluar rumah.

Mohon maaf, jika ada istri keluar rumah dengan berdandan "menor", bernampilan super seksi, membuatnya dipelototi banyak laki-laki, "menyenangkan" orang banyak yang memandangnya, sebenarnya apa yang tengah diinginkannya? Istri salihah selalu mengonfirmasi keindahan dan kepatutan penampilannya, baik di dalam dan di luar rumah, kepada suami. Mereka berdua akan selalu tampil serasi dan seimbang, jika istri selalu mengonfirmasi dandanan dan penampilannya kepada suami.

Penampilan istri yang menyenangkan suami inilah yang menjadi salah satu kunci daya tahan atau imunitas kehidupan rumah tangga. Istri salihah tidak perlu menyediakan golok, pedang, clurit atau alat pemukul untuk menjaga suaminya agar setia. Istri salihah tidak perlu menyediakan kamera CCTV dan alat penyadap untuk memantau kegiatan suami sehari-hari. Istri salihah tidak perlu menyewa satpam dan pengawal pribadi untuk menjaga suami agar tidak pindah ke lain hati.

Ia hanya perlu berhias, berdandan, berpenampilan yang menyenangkan hati suami. Ia hanya perlu selalu memperbaiki komunikasi, penampilan dan pelayanan yang memikat hati suami. Ini yang akan menjadi imunitas di dalam kehidupan berumah tangga, yang melindungi mereka dari serangan dan gangguan aneka jenis "virus rumah tangga".

Jika imunitas dalam kehidupan suami-istri kuat, maka sebanyak apa pun virus di luar sana tidak akan mengganggu kebahagiaan mereka. Jika imunitas lemah, terkena gangguan virus sedikit saja sudah langsung terinfeksi. Kalau pun infeksi sudah bisa disembuhkan, akan bisa terinfeksi virus yang lain lagi. Maka sibukkan diri dengan menciptakan imunitas keluarga, jangan menyibukkan diri hanya untuk membunuh dan mengusir virus yang bertebaran di udara.

....Bersambung.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun