Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Istri Salihah, Madrasah Terbaik untuk Anak

4 Februari 2015   13:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:51 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_394786" align="aligncenter" width="451" caption="ilustrasi : www.flickr.com"][/caption]

Pada postingan sebelumnya, telah saya sampaikan di antara karakter istri salihah adalah mendidik anak dengan sepenuh jiwa. Pada kesempatan kali ini masih akan saya teruskan pembahasan mengenai peran istri salihah dalam mendidik anak-anak menuju keberhasilan dan kebaikan mereka di dunia hingga di akhirat. Pada postingan bagian pertama, telah saya sampaikan beberapa pondasi mengenai pendidikan anak yang dimulai dari dalam rumah, dan lebih banyak dilakukan oleh ibu.

Pada kesempatan ini akan saya sampaikan beberapa contoh keberhasilan ibu dalam mendidik anak mereka, padahal anak-anak mereka terlahir dalam keadaan yang memiliki berbagai keterbatasan. Kisah ini bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita semua, bahwa anak-anak sangat tergantung pada usaha orang tua mereka. Dalam keadaan cacat sekalipun, mereka bisa dicetak menjadi orang hebat yang memberikan banyak manfaat bagi masyarakat.

Terimalah Anak dengan Segala Potensinya

Anak adalah amanah dari Allah, maka terimalah anak dengan sepenuh hati anda. Mereka adalah buah hati anda, bagaimanapun kondisi fisiknya. Penerimaan anda kepada mereka, akan menjadi kunci keberhasilannya. Jika orang tua menolak kondisi anak, justru akan membuat anak-anak semakin jauh dari keluarga. Bagaimana jika orang tua diberi karunia anak yang istimewa? Bukan istimewa karena ketampanan atau kecantikan bayi yang dilahirkan, namun istimewa karena ada kekurangan sejak kelahiran.

Ibunda yang melahirkan Hirotada Ototake adalah contoh orang tua yang bersedia menerima anak dengan segala kondisinya. Oto terlahir 6 April 1976, tanpa tangan dan kaki yang normal. Kaki hanya sampai lutut dan tangannya hanya sampai siku. Tanpa jari-jari. Ibunya menggambarkan Oto-chan seperti boneka panda yang lucu dan menggemaskan. Orangtuanya selalu memerkenalkan Hirotada kepada tetangga, kenalan, kerabat sebagai anak normal. Dia juga diperlakukan sebagai anak yang normal. Diajari berbagai ketrampilan motorik.

Akhirnya tumbuhlah rasa percaya diri yang sangat besar, bahkan menurut pengakuan Oto sendiri, rasa percaya dirinya ’terlalu besar’. Dia selalu belajar di sekolah anak-anak normal. menjalani hobi jurnalistik, fotografi, naik gunung dan memasuki klub basket. Hirotada selalu lulus dengan nilai yang memuaskan sampai ke perguruan tinggi. Kini, ia menjadi motivator kelas dunia dengan kadaan fisiknya yang terbatas.

Pada bulan April 2007, Oto, untuk pertama kalinya, menjalani profesi baru sebagai guru SD full-time. Oto mendapatkan kepercayaan dari Dinas Pendidikan Tokyo untuk mengajar olahraga dan kesehatan di SD Suginamiku, Tokyo. Sebelumnya, selain menulis buku dan artikel, Ototake adalah pekerja paruh waktu di sekolah itu.

Oto pertama kali dikenal publik Jepang pada 1998. Saat itu, dia menulis buku berjudul Gotai Fumanzoku, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Nobody’s Perfect. Buku yang mengisahkan perjalanan hidup Oto itu mengilhami Pemerintah Jepang untuk memperlakukan para penyandang cacat dengan sebaik-baiknya. Banyak fasilitas umum seperti mal, gedung perkantoran, dan sekolahan di Jepang yang awalnya tidak dilengkapi fasilitas khusus penyandang cacat akhirnya membangun fasilitas itu.

Dengan perjuangan yang luar biasa dari kedua orang tua Oto –terutama sang ibunda—telah membentuk seorang Hirotada Ototake dewasa yang mengagumkan dunia. Oto telah keliling ke berbagai negara untuk memberikan motivasi hidup dan motivasi kerja kepada orang-orang normal, yang tidak cacat. Sikap penerimaan orang tua Oto yang sangat memberikan pengaruh besar dalam jiwa Oto hingga dewasa.

Penderita Cerebral Palsy Spastik yang Hafal Al-Quran

Semua orang tua menghendaki anaknya lahir dengan normal dan sehat. Namun harapan itu tidak selalu terwujud. Realitas seperti ini dialami oleh Heny Sulistiowati, saat mendapati lambannya tumbuh kembang anak ketika memasuki usia bulan ketiga. Fajar Abdurokhim, anak ibu Heny, dilahirkan 2 Oktober 2003 dengan berat lahir hanya 1,6 kilogram. Dengan kondisi tersebut Fajar harus berada di ruangan khusus (NICU), terpisah dari sang ibu.

Tim Akademi Hufazh Indonesia melaporkan, setelah melalui serangkaian pemeriksaan medis, ternyata Fajar mengalami cerebral palsy spastik. Tentu saja orang tua dan keluarga sangat sedih dengan kenyataan ini. Namun mereka memiliki semangat yang besar untuk mengusahakan kesembuhan dan kebaikan bagi ananda tercinta. Heny, ibunda Fajar, menerima kondisi ini dengan tabah dan penuh kerelaan akan karunia Allah.

Suatu ketika, saat mengantar ASI untuk sang bayi di ruang NICU, Heny mendengar suara musik mengalun di ruangan khusus tersebut. Ia merasa tidak nyaman dengan suara itu. Bayi yang baru lahir saja ada anjuran untuk memperdengarkan suara adzan dan iqamah di telinganya, ini menandakan pentingnya menyeleksi suara yang masuk ke telinga bayi. Karena itu pasti akan berpengaruh terhadap kejiwaan bayi sampai masa tumbuh kembang nantinya.

Dengan keyakinan itu, Heny meminta izin kepada dokter dan perawat untuk memperdengarkan murottal (bacaan) Al-Quran di telinga si buah hati. Alhamdulillah permintaan itu bisa disetujui. Satu keyakinan mereka, Al-Quran sebagai syifa (obat), penyembuh segala penyakit. Berharap semoga ada kebaikan dengan langkah spiritual tersebut.

Pulang dari rumah sakit, dengan penuh kasih sayang, mereka berkomitmen untuk terus memperdengarkan murottal Al-Quran tiada henti-hentinya. Mereka pun memutuskan untuk tidak memiliki televisi dan tidak memperdengarkan musik di rumah. Heny menyampaikan, "Anak harus diperdengarkan yang baik-baik. Apa yang keluar dari Quran kan kebaikan. Itulah yang terbaik."

Memasuki usia tahun ketiga, saat Fajar mulai tertarik dengan gambar, Heny membelikan Compact Disk (CD) interaktif Al-Quran yang bisa disetel di laptop. Suatu ketika Heny terkesima saat Fajar bisa menirukan akhir ayat dari Murottal Al-Quran yang diperdengarkan. Nyaris hampir setiap ayat bisa ditirukan. Berselang waktu, mulai bisa menirukan awal dan akhir ayat dan kemudian bisa menirukan secara utuh seluruh ayat.

Di usia Fajar 5 tahun, Heny memanggil guru Al-Quran untuk memastikan apakah benar Fajar sudah hafal Al-Quran. Setelah enam bulan dibimbing, guru Al-Qur’an menyampaikan bahwa Fajar sudah hafal 80 - 90 % isi Al-Quran, tetapi belum bisa runut. Ia merekomendasikan agar Fajar terus menerus dibimbing sampai bisa hafal dengan urut.

Setelah berganti beberapa guru, pada bulan Desember 2012, di usianya yang kesembilan, Fajar benar-benar hafal Al-Quran dengan runut. Subhanallah ! Ternyata anak yang mengalami keterbatasan karena cerebral palsy spastik, mampu menghafalkan seluruh Al-Qur’an.

Bukan sekedar hafal Al-Qur’an, Fajar paling suka bila diajak bermain tebak-tebakan ayat, ia bisa melanjutkan setiap penggalan ayat dan bisa menyebutkan nama surahnya. Yang juga menakjubkan, saat usia tiga tahun, diotak Fajar ada gelombang kejang. Juga ada rongganya. Biasanya, orang yang demikian akan mengalami hydrocephalus –yaitu kondisi dimana otak membengkak akibat tumpukan cairan, yang berakibat pada besarnya kepala penderita. Namun saat dilakukan tes Magnetic Resonance Imaging (MRI), semua itu sudah hilang.

Saat ini Fajar masih menjalani fisioterapi dan belajar di sekolah umum. Prestasi akademiknya juga luar biasa walau ia belajar hanya dengan mengandalkan ingatan, karena sampai sekarang belum bisa menggenggam alat tulis. Fajar punya cita-cita besar dan sangat luar biasa. Ketika diminta menyebutkan cita-citanya, inilah yang disampaikan oleh Fajar : bisa berjalan, bisa pergi ke Mekah, bisa bertemu Imam As-Sudais, bisa menjadi Imam Masjidil Haram, bisa menulis buku, bisa membuat mobil, bisa membuat jalan tol, bisa membangun jembatan yang besar.

Luar biasa perjuangan Heny, ibunda Fajar. Ia gigih berjuang mendampingi Fajar agar menjadi anak salih yang berguna bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan agama. Dalam berbagai keterbatasan Fajar, terdapat hal-hal luar biasa bahkan yang tidak dimiliki oleh orang pada umumnya.

Temani Anak untuk Tumbuh dan Berkembang

Ibu memiliki peran yang luar biasa besarnya dalam menemani tumbuh kembang anak. Tentu saja tidak bermaksud mengesampingkan peran ayah, namun kali ini kita fokus membahas peran ibu dalam membersamai proses tumbuh kembang anak. Di depan telah diberikan contoh ibunda yang melahirkan Hirotada Ototake dan ibunda yang melahirkan Fajar Abdurokhim, betapa mereka berjuang untuk menemani tumbuh kembang anak yang mengalami keterbatasan. Dengan ketekunan pada ibunda itu, hasilnya sungguh mengagumkan.

Sekarang kita belajar dari ibunda yang melahirkan dan menemani tumbuh kembang Hee Ah Lee, seorang gadis Korea Selatan. Saat ini masyarakat dunia mengenal Hee Ah Lee sebagai pianis dunia, yang sering berkeliling dunia untuk mengadakan konser piano. Dia bahkan pernah bermain piano di Gedung Putih.

Hee Ah Lee lahir lahir tahun 1985 dari seorang ibu bernama Woo Kap Sun, dengan kedua tangan menderita lobster claw syndrom di mana masing-masing tangannya hanya memiliki dua jari yang bentuknya mirip capit udang. Selain itu, kedua kakinya hanya sampai batas lutut. Yang lebih menyedihkan, Hee Ah Lee juga mengalami keterbelakangan mental. Benar-benar lengkaplah penderitaannya. Tapi Woo Kap Sun, sang ibunda, merawatnya dengan penuh kasih sayang.

Pada usia enam tahun, Hee Ah Lee belum bisa memegang pensil. Untuk menguatkan otot tangan dan kakinya, serta untuk melatih gerakan motorik tangan dan kakinya, maka dokter menganjurkan agar Hee Ah Lee bermain piano. Tak disangka-sangka, keterampilan bermain piano ini ternyata nantinya akan membuka jendela dunia bagi Hee Ah Lee.

Meskipun melalui perjuangan berat dan air mata, Hee Ah Lee berlatih piano setiap hari. Kadang-kadang untuk memainkan sebuah lagu, dia memerlukan waktu satu tahun. Malah untuk memainkan salah satu karya Chopin, dia berlatih sekitar lima sampai sepuluh jam setiap hari selama lima tahun. Untuk satu buah lagu. Luar biasa kesabaran ibunda Hee Ah Lee menemani proses belajar putri tercinta ini.

Keterbatasan yang dimilikinya tidak membuat ia merasa minder. Hee Ah Lee yang tingginya hanya 104 cm berjalan sendiri naik ke atas panggung dan berbicara kepada para penonton dengan penuh percaya diri. Ini buah perjuangan yang luar biasa dari ibunda yang amat sabar menemani Hee Ah Lee dalam masa tumbuh kembangnya. Sehari-hari Woo Kap Sun, ibunda yang luar biasa, telah mendedikasikan waktu dan perhatiannya untuk membersamai Hee Ah Lee.

Hindari Penyebab Terbentuknya Kenakalan Anak

Jika anak-anak yang memiliki berbagai keterbatasan saja bisa dididik dan dicetak menjadi sukses dan bermanfaat bagi orang banyak, maka semestinya anak-anak pada umumnya bisa menjadi lebih hebat dari itu. Bukannya justru menjadi sumber masalah yang meresahkan rumah, masyarakat, sekolah bahkan pemerintah. Keadaan anak-anak sangat ditentukan oleh pola pendidikan yang diterapkan kedua orang tuanya, sejak di rumah, dan dikuatkan oleh para pendidik di sekolah, serta ditambah lingkungan yang kondusif di tengah masyarakat, juga peraturan yang mendukung dari pemerintah.

Problematika kenakalan anak dan remaja sudah menjadi kegelisahan masyarakat dunia. Departemen Kepolisian Texas pernah melakukan serangkaian upaya untuk propa­ganda anti anak nakal. Hal itu dipacu oleh kegelisahan pemerintah kota Houston, Texas, lantaran banyaknya kejahatan yang dila­kukan oleh anak-anak belia, hingga akhirnya dibuatlah kampanye dan propaganda besar-besaran untuk menekan jumlah kejahatan mereka.

Departemen Kepolisian Texas melakukan kampanye anti anak nakal, dengan merilis postulat “Cara Mencetak Anak Nakal”. Kampanye itu dilakukan masif dan besar-besaran melalui berbagai media massa, untuk memberikan peringatan kepada masyarakat tentang perilaku yang bisa mencetak kenakalan anak dan remaja. Berikut cuplikan dari postulat tersebut.

1. Sejak bayi, berikan kepada anak segala yang ia inginkan. Dengan demikian, ia akan percaya bahwa dunia berhutang budi kepadanya.

2.Pada waktu ia mengucapkan kata-kata yang tidak patut, tertawakanlah ia, agar ia merasa bahwa ia lucu.

3.Jangan pernah memberi pendidikan ruhaniah kepada anak. Tunggulah sampai ia berumur  21 tahun baru kemudian ia akan memil­ih untuk dirinya sendiri.

4.Jangan pernah mengatakan “salah” kepadanya. Kata itu akan mengembangkan rasa bersalah yang kompleks. Hal itu menjadikan ia di kemudian hari apabila ditangkap karena mencuri mobil akan merasa bahwa penangkapan itu merupakan penganiayaan.

5.Biarkan saja dia berbohong. Lakukanlah segalanya bagi anak, agar ia berpengalaman melemparkan tanggung jawab kepada orang lain.

6.Biarkan ia membaca apa saja yang dapat ia peroleh sen-diri. Biarkan pikirannya berpesta pora di keranjang sampah.

7.Sering-seringlah bertengkar di hadapan anak Anda. Dengan demikian mereka tidak akan terkejut apabila di kemudian hari keluarganya berantakan.

8.Berilah uang yang mereka butuhkan. Jangan pernah membiarkan anak menabung untuk dirinya sendiri.

9.Puaskan segala keinginan makanan, minuman, dan   kesenangannya. Lihatlah, apakah segala keinginan nafsunya telah terpenuhi?

10.Pada waktu ia sungguh-sungguh dalam kesulitan, maafkanlah diri Anda sendiri dengan mengatakan, “Aku tak dapat berbuat apa-apa lagi.”

Itulah sepuluh kiat mencetak anak nakal. Jika masih ada orang tua yang melakukan salah satu atau beberapa poin dari sepuluh kiat di atas, berarti telah menanam saham untuk mencetak anak yang nakal. Apalagi, kalau semuanya masih dilakukan, jangan menyalahkan anak jika ia sulit diatur dan cenderung nakal. Orang tua harus bersikap waspada dari hal-hal yang membuat anak-anaknya menjadi manja dan nakal. Lebih baik memulai dengan awal yang baik dan dengan proses yang baik, agar akhirnya didapatkan hasil yang lebih baik lagi.

Ibu Adalah Madrasah Terbaik

Telah diyakini bahwa ibu merupakan madrasah terbaik bagi anak-anaknya. Indah Sri Sulanjari dalam tulisannya tentang “Kemuliaan Ibu dan Peningkatan Kualitasnya” menyatakan, ibu mempunyai peran yang sangat vital dalam proses pendidikan anak sejak dini. Ibulah sosok yang pertama kali berinteraksi dengan anaknya, sosok pertama pula yang memberikan rasa aman dan nyaman serta sosok yang dia percaya. Karena itu, ibu menjadi sekolah petama bagi anak-anaknya. Peran ibu dalam mendidik anaknya ini sangat penting karena dapat menentukan kualitas generasi masa depan suatu masyarakat dan negara.

Salah satu aspek penting keberhasilan dalam pendidikan anak adalah adanya kedekatan fisik dan emosional antara seorang ibu dengan anaknya. Secara alami, kedekatan fisik dan emosional ibu dengan anaknya sudah terjalin sejak anak berada dalam kandungan, menyusui dan masa pengasuhan. Kasih sayang seorang ibu merupakan jaminan awal untuk tumbuh kembang anak dengan baik dan aman.

Karena itu, ibu mempunyai peran yang penting dan mulia dalam mendidik anak sejak usia dini. Untuk bisa menjalankan peran ini, Allah telah memberikan konstruksi yang khas pada diri ibu berupa kemampuan untuk hamil, menyusui serta naluri keibuan. Allah juga menetapkan anjuran kepada para ibu untuk menyusui anaknya selama dua tahun, mengamanahkan para ibu untuk mengasuh anaknya selama masa pengasuhan (hadhanah), yaitu sampai anak bisa mengurus dirinya.

Agustin Erna dalam tulisannya tentang “Dinamika Kedekatan Ayah-Ibu dan Anak” menyatakan, remaja di Mexico merasakan kedekatan yang lebih besar dengan ibu dibandingkan dengan ayah. Remaja di Eropa juga merasa lebih dekat dengan ibu dibanding dengan ayahnya. Remaja juga lebih percaya kepada ibu dibandingkan dengan ayah. Remaja akan datang jika membutuhkan sesuatu serta lebih mempercayakan rahasia pada ibu.

Silvi Ariyanti dalam penelitiannya tentang “Pengaruh Wanita Karier terhadap Peningkatan Kenakalan di Kalangan Remaja” menyarankan, para ibu hendaknya menjadi teman mengobrol yang baik bagi anak-anak remaja, sebagai suatu usaha untuk membantu perkembangan anak-anak remaja. Komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak dapat menimbulkan hubungan yang nyaman sehingga dapat terbina persahabatan yang kuat antara orang tua dengan anak, yang akan berlangsung seumur hidup. Menjadi sahabat yang baik bagi anak remaja membuat ibu bisa mempersiapkan anaknya menjadi seorang yang salih dan hebat.

Setiap ibu hendaknya mengetahui kegiatan yang dilakukan anak-anaknya agar dapat mengontrol dan memberikan arahan terhadap kegiatan yang dilakukan anak. Dengan menjalin komunikasi yang baik, ibu dapat mengetahui semua kegiatan anaknya. Selalu meluangkan waktu pada sore atau malam hari pada saat istirahat untuk berbagi cerita  tentang kegiatan yang telah dilalui pada hari tersebut merupakan suatu moment yang sangat baik bagi ibu untuk dapat mengarahkan anaknya menuju kemuliaan.

Silvi juga menyatakan, bahwa secara umum, anak merasa tidak nyaman ketika ia pulang mendapati ibunya tidak berada di rumah. Perasaan ini menunjukkan adanya kedekatan hubungan antara anak dan ibunya. Anak-anak ketika pulang ke rumah selalu berharap dapat bertemu ibunya untuk mendapatkan kasih sayang dan perhatian. Tetapi bila anak pulang tidak pernah bertemu ibu, rumah selalu dalam keadaan sepi, hal ini dapat membuat anak mencari pelarian  untuk melampiaskan perasaannya. Lambat laun perasaan tidak nyaman itu akan hilang karena keberadaan ibu sudah tidak lagi diharapkan karena dapat digantikan oleh teman-teman pergaulannya.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Child Development, para ilmuwan dari Wayne State University, Oklahoma State University, University of Pittsburgh, University of Montreal, dan University of Oregon, meneliti 265 keluarga yang berpenghasilan rendah di Pittsburgh, Pennsylvania. Mereka meneliti hubungan ibu dan anak laki-laki, dimulai ketika anak-anak itu berusia 5 tahun dan terus berlanjut sampai remaja.

Studi itu memberikan informasi, ibu dari anak yang ‘bertemperamen sulit’ saat balita cenderung memiliki hubungan yang penuh konflik dengan anaknya dan tingkat kedekatannya cenderung rendah. Anak-anak yang mengalami banyak konflik dengan ibu mereka, cenderung terlibat dengan perilaku nakal saat remaja. Di sisi lain, anak laki-laki yang memiliki hubungan dekat dengan ibu mereka cenderung memiliki hubungan lebih baik dengan sahabat mereka selama masa remaja.

"Hasil ini menunjukkan, untuk berhasilnya adaptasi pada transisi dari masa kanak-kanak dan remaja mungkin memerlukan orangtua dan anak akan mempertahankan kedekatan ke tingkat yang tinggi dengan meminimalkan konflik dalam hubungan mereka," kata Christopher Trentacosta, asisten Profesor Psikologi di Wayne State University. "Program keluarga hendaknya berfokus mengatasi konflik orangtua dan anak jika tujuannya ingin mengurangi perilaku nakal dan harus mendorong kedekatan yang lebih besar antara orang tua dan anak-anak jika tujuannya ingin meningkatkan hubungan dengan teman sebayanya," imbuhnya.

Ibu adalah madrasah pertama dan utama anak sejak masih dalam kandungan. Sembilan bulan janin bersama ibu, mendapat asupan nutrisi dan kasih sayang dari ibu. Dilahirkan dan disusui oleh ibu, maka setiap anak akan selalu lekat dengan sosok ibu. Hingga anak menjadi dewasa akan selalu terikat perasaannya kepada ibu. Maka sebagai ibu, para istri salihah harus menyadari sepenuhnya beban dan tanggung jawab besar ini dalam dirinya. Bersama dengan suami, melaksanakan tugas peradaban mendidik dan menyiapkan calon pemimpin masa depan.

Semua dimulai dari peran seorang ibu.

Bahan Bacaan :

Cahyadi Takariawan, Pernik-pernik Rumah Tangga Islami, Era Intermedia, Solo, 1997.

Hirotada Ototake, No One’s Perfect, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001

Reaching for The Best, Menggapai yang Terbaik, Intisari, Jakarta 2005

Abrianto Nugraha, 10 Orang Pengusaha Cacat Yang Sukses, 2012, dalam https://abriantonugraha.wordpress.com/2012/10/29/10-orang-pengusaha-cacat-yang-sukses/

Agustin Erna, Dinamika Kedekatan Ayah-Ibu dan Anak, Kompasiana, 2013, dalam http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2013/03/24/dinamika-kedekatan-ayah-ibu-dan-anak-545477.html

Indah Sri Sulanjari, Kemuliaan Ibu dan Peningkatan Kualitasnya, 2007, dalam https://baitijannati.wordpress.com/2007/02/02/kemuliaan-ibu-dan-peningkatan-kualitasnya/

Silvi Ariyanti, Pengaruh Wanita Karier terhadap Peningkatan Kenakalan di Kalangan Remaja, Fakultas Teknik, Universitas Islam Sumatera Utara, 2012, dalam http://silvisarah.blogspot.com/2012/01/pengaruh-wanita-karier-terhadap.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun