ESDM) Republik Indonesia, energi listrik menjadi energi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat, mencapai lebih dari 50% dari total konsumsi energi. Pada tahun 2023, rata-rata konsumsi listrik per individu di Indonesia mencapai 1.285 kWh/kapita, dimana menunjukkan adanya peningkatan dari tahun sebelumnya, yakni 1.173 kWh/kapita. Angka ini diperkirakan akan terus mengalami kenaikan pada tahun-tahun mendatang. Hal tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah untuk memastikan pasokan listrik bagi seluruh masyarakat dapat terpenuhi, termasuk pada wilayah-wilayah yang masih belum terjangkau oleh jaringan listrik. Selain itu, pemerintah juga bertanggung jawab dalam menjaga agar biaya listrik tidak naik sehingga dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat serta untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber energi listrik terbarukan.
Menurut data terbaru dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Dalam mendukung program transisi energi yang bersih, terjangkau, dan berkelanjutan yang diusung oleh Kementerian ESDM, Kelompok Pakal 2 Belajar Bersama Komunitas (BBK) 3 Universitas Airlangga yang bertugas di Kelurahan Pakal, Kota Surabaya melaksanakan program PARYA for Green Energy, yaitu pengenalan dan praktek langsung implementasi dari penggunaan panel surya sebagai sumber energi alternatif yang terjangkau dan terbarukan. Kegiatan ini berlangsung di kantor Kelurahan Pakal pada Senin, 15 Januari 2024, dengan dihadiri oleh Pak Agus, selaku Sekretaris Kelurahan Pakal, Kepala Bhabinkamtibmas Kelurahan Pakal, dan peserta dari berbagai elemen masyarakat, termasuk perwakilan ketua RW, ketua RT, dan ketua Karang Taruna. Kegiatan dimulai dengan sesi pengenalan panel surya, dilanjutkan dengan praktik implementasi penerapan panel surya, dan diakhiri dengan sesi tanya jawab. Langkah-langkah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat tentang manfaat serta cara penggunaan panel surya sebagai opsi energi yang terjangkau dan berkelanjutan. Dengan menghadirkan berbagai elemen masyarakat, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam mendukung upaya pemerintah untuk mengadopsi energi terbarukan.
“Wilayah Indonesia terletak di kawasan tropis, sehingga hal ini menjadi suatu berkah tersendiri bagi masyarakat Indonesia karena sinar matahari yang menyinari sepanjang tahun dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan”, ungkap Bhisma Pradipta, mahasiswa Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM), selaku ketua kelompok sekaligus pemateri dalam kegiatan tersebut. Dengan meningkatnya konsumsi energi listrik setiap tahunnya, penting bagi masyarakat untuk memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai pemanfaatan energi matahari sebagai sumber daya untuk menghasilkan energi listrik. Menurut Bhisma, penggunaan panel surya sederhana untuk skala rumah tangga adalah solusi yang tepat. Panel surya ini dapat mengubah energi matahari menjadi energi listrik yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk keperluan sehari-hari, seperti mengisi daya ponsel atau perangkat elektronik lainnya, bahkan hingga menjadi sumber daya untuk kompor listrik. Dengan demikian, pemanfaatan panel surya tidak hanya memberikan akses listrik yang bersih dan terjangkau, tetapi juga memberikan solusi praktis untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga.
Sistem panel surya yang diterapkan adalah sistem off grid, di mana sistem ini bergantung sepenuhnya pada energi matahari sebagai satu-satunya sumber daya dan tidak terhubung dengan jaringan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Dengan sistem off grid, tenaga surya akan disimpan di dalam baterai sehingga dapat digunakan ketika tidak ada jaringan listrik. Namun, perlu diketahui bahwa sistem off grid tidak dapat memberikan daya untuk seluruh beban listrik dikarenakan penggunaan baterai akan berimbas pada biaya yang lebih besar. Dengan perancangan yang baik dan tepat, sistem off grid memiliki potensi untuk menghasilkan daya yang dapat memadai sepanjang tahun, bahkan pada musim hujan di mana kapasitas baterai dapat mencukupi kebutuhan energi. Cara kerja dari sistem panel surya off grid adalah ketika sinar matahari diterima, energi tersebut menghasilkan arus listrik searah (DC) yang mengalir ke regulator. Bank baterai kemudian berfungsi sebagai penyimpan energi listrik DC untuk digunakan pada saat diperlukan.
panel surya ini, dijelaskan secara rinci mengenai biaya pemasangan yang dibutuhkan serta praktik penggunaan panel surya terutama dalam perbandingan dengan listrik konvensional yang disediakan oleh PLN sebagai penyedia listrik nasional. Dapat diketahui, bahwa meskipun biaya awal pemasangan panel surya cukup besar, namun setelah berjalan kurang lebih dua tahun, penggunaan energi dari panel surya menjadi lebih terjangkau apabila dibandingkan dengan listrik konvensional. Selain sejalan dengan program pemerintah untuk mewujudkan energi bersih, terbarukan, dan terjangkau, penerapan tenaga surya yang diperkenalkan oleh Kelompok Pakal 2 BBK 3 Universitas Airlangga ini juga sejalan dengan tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) ke-7, yaitu Energi Bersih dan Terjangkau, yang dicanangkan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pada kegiatan pengenalan dan pengaplikasianMeskipun telah dilaksanakan program pengenalan panel surya sebagai sumber energi alternatif yang terbarukan, namun masih butuh lebih banyak sosialisasi yang terstruktur dan terintegrasi dari pemerintah untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat luas mengenai pentingnya teknologi bersih dan terbarukan. Hal ini dapat menjadi langkah penting untuk membantu Indonesia dalam mencapai target bebas dari energi listrik tak terbarukan pada tahun 2030 serta membentuk negara yang lebih berkelanjutan dalam hal pengelolaan energi. Sosialisasi yang efektif dapat mempercepat adaptasi teknologi ramah lingkungan dan memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam peralihan ke sumber energi yang lebih berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H