Dua hari ini saya benar-benar menyaksikan dengan mata kepala sendiri militansi pegawai pajak ini. Saya sengaja membuntuti dua anak muda pegawai Kantor Pelayanan Pajak Tanjung Redeb melakukan kegiatan visit ke lapangan.Â
Saya menyaksikan mereka berdua anak-anak muda yang penuh dedikasi ini menyususri jalan-jalan di Kota Berau Kalimantan Timur untuk melakukan pengawasan pembayaran PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri (KMS).
Saya membuntuti mereka melakukan perjalanan sejak dari dari Kota Tarakan di Kalimantan Utara ke Berau di Kalimantan Timur. Untuk sampai di Kota Berau mereka membutuhkan waktu empat sampai lima jam perjalanan. Betapa berat tugas mereka ini, tapi begitulah orang-orang pajak mereka biasa bekerja keras demi mengisi pundi-pundi negara. Mereka orang-orang yang tegar dalam tugas, bahkan di medan yang tidak ramah sekalipun.
Adalah Raden Muhamad Wahid dan Ricky Dwiariya Kalew yang mendapatkan tugas untuk melakukan pengawasan di lapangan kali ini. Mereka berangkat dari Pelabuhan Tengkayu Tarakan pukul 07.40 WITA menggunakan angkutan umum berupa speed boat menuju Kota Tanjung Selor. Perjalanan membelah laut dan menyusuri Sungai Kayan ini memakan waktu sekitar satu setengah jam.
Saya sudah berkali-kali menyusuri rute ini. Saya menyebutnya sebagai rute yang ngeri-ngeri sedap. Di rute ini gelombang lautnya tak selalu ramah. Jika cuaca sedang kurang bersahabat gelombang laut bisa sampai puluhan kali menerjang speed boat. Terjangan ombak di sini lumayan ganas. Kadang bahkan sampai menimbulkan goncangan keras, sekuat hantaman sepotong balok kayu besar menghantam badan speed boat.Â
Lolos dari hantaman gelombang laut, speed boat memasuki Sungai Kayan menuju Pelabuhan di anjung Selor. Perjalanan menysusuri Sungai Kayan ini lumayan mengasikkan, dibandingkan membelah laut tadi.Â
Penampakan badan sungai yang meliuk-liuk bagaikan seekor ular raksasa yang berjalan zigzag, pohon-pohon nipah berbaris rapi sepanjang bibir sungai, burung-burung kolibri yang beterbangan di pohon-pohon bakau yang tumbuh di sana-sini menjadikan mata ini tak bosan-bosannya memandangi. Sesekali guncangan terasa jika ada speed boat yang melintas dari arah yang berlawanan, menambah asyiknya perjalanan.
Sekitar pukul sembulan pagi speed boat bersandar di Pelabuhan Kulteka Tanjung Selor. Kami menunggu bang Edwin yang semalam sudah janjian untuk mengantar kami menuju Kota Berau. Tak sampai seperempat jam kami menunggu, beliau muncul dengan mobil travelnya. Tidak pakai lama kamipun segera meluncur menuju Berau di Kalimantan Timur.
Perjalanan etape ke dua ini tak kalah ngeri-ngeri sedapnya dibandingkan dengan etape pertama yang banyak hantaman gelombang itu. Di etape ini tantangannya adalah ketahanan fisik. Karena rute yang memakan waktu kurang lebih tiga jam perjalanan darat ini, harus melewati jalan naik bukit dan menuruni lembah dengan kondisi jalan yang berbelok-kelok.Â
Karakter jalan yang seperti itulah yang menantang ketahanan fisik kita bagaimana triknya agar tidak mabuk di jalan. Saya sendiri untuk urusan mabuk di rute ini sudah cukup berpengalaman. Saya sudah beberapa kali mabuk di rute ini. Semoga hari ini kuat sampai di Berau tanpa ada mabuk di badan ini.
Mobil melaju dengan cukup kencang. Kami menyususuri jalan nasional yang menghubungkan Kota Tanjung Selor Ibu Kota Propinsi Kalimantan Utara dan Kota Berau di Kalimantan Timur. Bang Erwin cukup lincah mengendalikan laju mobil di jalan berkelok dan naik turun ini. Maklum bagi beliau jalan ini adalah makanan sehari-hari. Rute ini adalah trayek harian dari mobil travel miliknya.