Mohon tunggu...
Syam Jabal
Syam Jabal Mohon Tunggu... Human Resources - ASN

tukang burung (http://gudangjalakklaten.blogspot.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mereka yang Giat Mengumpulkan Pundi-Pundi Negara dari Wilayah Utara Indonesia

17 Agustus 2017   10:43 Diperbarui: 17 Agustus 2017   11:09 1243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini saya berkesempatan mengikuti perjalanan para pejuang APBN melakukan visit alias kunjungan kerja ke beberapa site pertambangan batu bara di salah satu wilayah di Kalimantan Utara. Lega sekali rasanya bisa menyerai mereka para pahlawan APBN ini, melakukan edukasi yang berupa bimbingan dan konsultasi kepada wajib pajak.

Hari itu selama tiga hari saya mengikuti rombongan visit bapak-bapak petugas pajak dari Kantor Pratama Tanjung Redeb ke wajib pajak untuk melakukan edukasi langsung di lapanagn, berupa bimbingan dan konsultasi kepada pengelola tambang. Saya berkesempatan  untuk mengetahui para fiskus ini terjun ke lapangan.

Rombongan yang saya ikuti terdiri atas Kepala Seksi Bimbingan dan Konsultasi Tiga sebagai ketua tim dengan anggota satu orang Acount Representative (AR), dan dua orang Appraisal (penilai pajak) dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Redeb yang berkedudukan di Tarakan Kalimantan Utara.

Pagi itu rombongan yang dikomandoi oleh bapak Anuri selaku kepala seksi Pengawasan dan Konsultasi Tiga melaju ke Pelabuhan Tengkayu Tarakan. Kami berencana naik speed boat menuju lokasi Objek Pajak yang terletak di desa Salim Batu Kecamatan Tanjung Palas Tengah Kabupaten Bulungan. Di wilayah ini sebagaimana umumnya wilayah kalimantan moda paling populer long boat, speed boat atau perahu ketinting. Kami memilih untuk naik long boat.

Setelah membelah laut dan sekitar satu jam menyusuri sungai kami sampai di pelabuhan salim batu Kecamatan Tanjung Palas Tengah. Kecamatan yang memiliki tiga desa yaitu Salim Batu, Silva Rahayu dan Tanjung Buka ini memiliki pPotensi alam adalah perikanan, pertanian, perkebunan dan tambang. Di sektor perkebunan kelapa sawit ada PT Sanggam Kahuripan Indonesia yang juga memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit sendiri. Sedangkan di sektor pertambangan ada penambangan batu bara yang dilakukan oleh PT Pesona Khatulistiwa Nusantara. Dua pabrik inilah yang menjadi stake holder KPP Prata Tanjung Redeb dalam mengusi pundi-pundi negara.

Dari pelabuhan salim batu kami naik mobil Ranger menuju salah satu site batu bara. Perjalanan hanya sekitar tiga puluh menit, namun meski hanya setengah jam karena jalanan yang kami lalui berupa jalan tanah yang berkontur perbukitan, bahkan tak jarang melalui perbukitan yang cukup tajam, tak ayal perjalanan ini cukup memberi saya kesan.

Jalan tanah yang banyak lobang di sana sini, di ruas jalan berbukit ini, membuat goncangan-goncangan di mobil yang kami naiki layaknya menunggang kuda liar di perbukitan. Asyik juga buat mengocok perut.

Bertempat di emperan salah satu bangunan di area tambang rombongan dari kantor pajak dan crew tambang melakukan rapat. Mereka berdiskusi saling berbagi data dan informasi.

Pak Anuri selaku ketua tim maupun Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi memberikan gambaran umum tentang kewajiban pajak, tentang jatuh tempo dan urgensi pajak bagi penyediaan dana pembangunan Indonesia kini dan ke depan. Seperti yang sering diulang-ulang oleh Ibu Menteri Sri Mulyani bahwa APBN tahun 2017 sebesar 2.080,5 triliun terdiri atas :

Penerimaan pajak perpajakan sebesar 1.498,9 triliun

Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar 250 triliun

Hibah 1,4 triliun

Pembiayaan sebesar 330,2 triliun

Sumber : https://www.kemenkeu.go.id/alokasipajakmu

Tak mau kalah dengan ketua tim, Mas Jenar Rahaji Resmi Wijati selaku Account Representative (AR) yang mengampuni persoalan pajak dari perusahaan pertambangan tersebut menggali informasi yang lebih detail. Berapa jumlah karyawannya, pihak ketiga yang terlibat dalam usaha pertambangan ini siapa saja, baik menyangkut proses produksi, pengangkutan darat dari tambang sampai ke jetty (pelabuhan), dari jetty ke vessel di tengah laut, siapa saja yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Pasar batu baranya untuk konsumsi luar negeri atau di ekspor. Tongkangnya sewa atau jasa kepada perusahaan apa. Termasuk masalah penyedia tenaga kerja, ketersedian alat berat milik sendiri atau sewa, catteringnya di kerjakan oleh siapa dan lain-lain.

Nampak sekali Account Representative yang satu ini memang profesional sekali dalam bekerja. Alur pertanyaannya runtut, detail dan lengkap. Maklum karena mas Jenar ini adalah satu di antara ribuan konsultan resmi (AR) yang dibentuk oleh Ditjen pajak untuk kemudian dihibahkan kepada wajib pajak agar dimanfaatkan sebesar-besar dalam rangka pengawasan dan konsultasi perpajakan mereka. Para AR ini semacam konsultan resmi, tak berbayar yang dibentuk oleh negara untuk membimbing wajib pajak. Jempol untuk mas Jenar, pokoknya terbaiklah . . .

Tak kalah profesionalnya adalah bapak Atim Widodo. Sebagai petugas yang memiliki tupoksi untuk melakukan appraisal dalam rangka menghitung besarnya aset baik tanah, bangunan maupun besarnya produksi batu bara, beliau menggali data dengan detail dan sistematis.

Dengan berbekal Surat Pemberitahuan Ojek Pajak (SPOP) dan Rencana Kerja dan Angaran Biaya (RKAB) beliau melakukan penggalian data di lapangan. Data pemilik IUP, luasan area dalam IUP, data produksi bulanan, tri wulan tahunan, data cadangan tambang. Termasuk proses pengupasan, pengambilan dan pengangkutan dari site ke jetty sampai ke vessel. Melakukan pendataan asset tambang yang tidak bergerak, baik kantor, workshop, hauling, conveyor, jetty dan lain-lain. Semuanya dilahap oleh bapak penilai yang ramah, baik hati dan tidak sombong ini.

Begitulah mereka para pahlawan APBN itu menjalanakan tugasnya. Mereka melakukan edukasi langsung ke lapangan sekaligus mengumpulkan informasi dan data. Tak bosan-bosannya mereka mengingatkan kewajiban perpajakan para wajib pajak di tempat-tempat terpencil pinggiran Utara Indonesia, karena wilayah kerja KPP Pratama Tanjung Redeb ini berada di utara Pulau Kalimantan. Mereka berempat rela meninggalkan keluarganya di tanah jawa, untuk mengisi pundi-pundi negara, menjaga ketersediaan stok dana APBN kita demi keberlangsungan pembangunan negara kita. Wouw luar biasa mereka itu. Terbaiklah pokoknya . . .

Berjam-jam mereka duduk lesehan saling tukar informasi sebelum akhirnya kami turun ke site batu bara untuk melihat proses pengambilan batu bara dari kedalaman sekitar empat belas meter dari permukaan tanah. Alat-alat berat semacam bego, dam truck gede segede gajah bengkak meraung-raung di bukit dan kedalaman galian. Tak lupa juga kami menengok jetty tempat tongkang bersandar untuk memulai pengangkutan batu bara menuju vessel (perahu angkutan besar) di tengah laut menuju pasar batu bara. Semua proses diamati, semua informasi diserap dan semua data dicatat sedetail-detailnya. Seharian mereka berada di area tambang ini.

Sore hari kami turun menuju pelabuhan boat Salim Batu. Kembali kami menyusuri jalan berbukit itu. Kembali kami merasakan hentakan pacuan kuda liar itu mengguncang perut-perut kami. Asyik sih meskipun agak ngeri. Ngeri-ngeri asiyik lah ya . . .

Kami mesti melanjutkan perjalanan ke site tambang berikutnya lewat sungai. Ini jalan tercepat. Menurut informasi kalau melalui darat kami membutuhkan waktu sekitar dua jam. Dua jam menyusuri jalan berbukit dengan kendaraan berguncang mirip kuda liar bukanlah pilihan yang tepat. Sebenarnya jaraknya gak jauh sih, tapi karena jalurnya memutar maka waktu tempuhnya jadi panjang.

Maka kami memutuskan untuk mengambil jalur sungai dengan mencarter speed boat kecil berkapasitas empat orang. Sore itu dengan diiringi goncangan yang tak kalah dahsyatnya dengan kuda liar di jalanan berbukit tadi.  

Akibat ombak yang datang silih berganti, (terutama jika bersimpangan dengan long boat) kami melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Tanjung Selor. Alhamdulillah tidak sampai setengah jam kami merampungkan etape kedua ini.

Hari sudah sore ketika kami tiba di Tanjung Selor. Waktu ashar sudah mau menghilang, maghribpun sudah menjelang,  maka perjalanan mesti diistirahatkan. Kami memutuskan untuk bermalam di Tanjung Selor saja.

Mas Jenar mengontak anggota di Kantor Penyuluhan, Pelayanan dan Konsuktasi Pajak (KP2KP) Tanjung Selor untuk menjemput dan mengantar kami ke mess. Ini masih sepertiga perjalanan. Hari esok masih ada perjalanan. Esok hari kami punya janji dengan pengelola tambang batu bara di desa Tengkapak Kecamatan Tanjung Palas Utara. Yang penting malam ini pulas dululah, itu saja target mereka. Esok pagi kami berpacu lagi . . .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun