Mohon tunggu...
Syam ibnu Ram
Syam ibnu Ram Mohon Tunggu... Human Resources - ASN

Pegiat Keayahan (https://www.ayahkeren.com/search/label/Kolom%20Ayah?&max-results=6)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masjid As Salam Tarakan, Oase Baru di Bumi Paguntaka

20 Juni 2017   14:30 Diperbarui: 20 Juni 2017   14:34 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhamdulillah tahun ini saya bisa menikmati bulan ramadhan di Tarakan Kalimantan Utara lagi. Tahun lalu saya juga berkesempatan untuk menikmati kesyahduan ramadhan di kota yang terletak di pulau kecil ini. Sholat tarawihnya yang berbilang dua puluh tiga rakaat dan berbaur dengan riuh rendahnya lantunan sholawat atas nabi Muhammad dan para Khulafaur Rasyidin mengingatkan pada syahdunya ramadhan di kampung halaman saya nun jauh di Banyuwangi sana. Ritual ibadah dengan nuansa khas kaum nahdhiyin begitu terasa di kota berjuluk bumi Paguntaka ini, persis dengan suasana Ramadhan di kampung yang saya rasakan puluhan tahun lalu.

Oiya sebelumnya saya ingin memberikan sedikit gambaran tentang kota Tarakan ini, agar pembaca tidak merasa asing dengan kota ini. Menurut cerita Tarakan berasal dari Bahasa Tidung, memang menjadi penduduk asli pulau ini dan pulau-pulau sekitarnya. Dalam bahasa Tidung, Tarakan berasal dari kata Tarak dan Ngakan. Tarak bermakna bertemu sedangkan Ngakan memiliki makna makan. Rupanya di masa lampau Pulau Tarakan menjadi tempat bertemunya para nelayan untuk istirahat melepas lelah dan makan, di samping barter hasil tangkapan mereka.

Saat ini kota Tarakan menjadi kota terbesar dan satu-satunya wilayah yang berstatus kota di Propinsi Kalimantan Utara.. Kota dengan luas wilayah 250,80 kilometer persegi dan menjadi kota dagang paling ramai di propinsi termuda di Indonesia ini juga merupakan kota terkaya nomor tujuh belas di Indonesia.

Ada banyak objek wisata yang menarik yang layak anda kunjungi di kota ini. Anda penggemar kuliner berbasis hasil laut, lidah anda akan sangat di manjakan di kota sini. Kepiting soka siap menjepit dan mengunci kepuasan kuliner anda hingga mematri kenangan sampai tak bakal lekang di makan waktu. Bandeng bakarnya yang khas (bebas bau lumpur) akan terus memanggil-manggil anda untuk kembali ke sini sesering mungkin, dan segudang daya tarik lainnya. Oh iya ada satu lagi. Jika anda berkesempatan untuk mengunjungi Tarakan jangan lupa untuk menengok saudara tua berhidung mancung yaitu Bekantan. Kera cantik berhidung mancung ini bisa anda temui di hutan yang berlokasi di dalam kota Tarakan. Mereka lucu-lucu sekali

Itulah sekelumit cerita tentang kota Tarakan, semoga bisa sedikit mengakrabkan anda dengan kota ini. Dan jangan lupa bagi anda pengemar traveling, catatlah kota Tarakan dalam agenda traveling anda. Traveling di kota ini, di jamin anda bakal menemukan banyak pengalaman baru. Saya yang sudah berkali-kali mengunjungi daerah ini, sampai saat ini masih saja terus berkelana ke sini . . . walaupun tak ada orang yang tahu apa yang ku cari, gunung tinggi kan kudaki, lautan ku seberangi -Rhoma Irama Quote-

Oke balik ke suasana Ramadan di kota Tarakan.Tahun lalu saya menyerap energi ramadan dengan i'tikaf di Masjid Nurul Islam Marconi. Masjid ini masuk kategori empat masjid tertua di Tarakan. Tiga masjid tua lainnya adalah al Marif di Sebengkok, masjid Istiqomah di Karang Balik dan Masjid al Huda di komplek perumahan Angkatan Laut.

Dalam kunjungan tahun ini, saya ingin menghidupkan lagi memori itu, tapi sayang seribu sayang aktifitas i'tikaf di masjid tersebut tidak di kelola sebagaimana tahun lalu. Akhirnya saya mencari alternatif lain untuk menyerap energi Ramadhan. Tersebutlah beberapa masjid yang menyelenggarakan i'tikaf secara berjamaah; al Hidayah Ladang, masjid at Taqwa Asrama Polisi (aspol) kampung Bugis, masjid Darul Hikmah di Juata dan masjid as Salam di komplek perkantoran pajak Tarakan.

Nah masjid yang terakhir ini yang menarik saya, karena ia posisinya berada di komplek perkantoran. Masak iya mereka para karyawan kantor pajak itu siang hari berkantor seharian, malam harinya akan bermasjid semalaman ? Sungguh hal ini sedikit mengundang penasaran.

Untuk menghilangkan rasa penasaran, akhirnya saya memutuskan untuk mengintip kegiatan i'tikaf di masjid mungil berwarna hijau imut tersebut.

Hari pertama i'tikaf tepatnya di malam ke dua puluh satu bulan Ramadan ini, saya lihat ada tujuh orang peserta i'tikaf. Lumayan juga ada tujuh orang, melebihi jumlah ashabul kahfi saat tertidur di goa, pikir saya. Hari kedua jumlah maupun komposisi peserta i'tikaf masih belum berubah, masih berangka james bond yaitu 007.

Memasuki hari ketiga . . . habra kadabra . . . jumlahnya melonjak menjadi belasan orang . . . wouow keren !!! Belasan orang tersebut terdiri atas berbagai usia, berasal dari berbagai daerah di yang berbeda, latar belakang suku yang tak sama, namun yang jelas mereka pasti diikat dengan ikatan yang sama yaitu keyakinan. Pendek kata aqidahlah yang mengikat mereka untuk berkumpul dan bermunajat kepada Robnya di masjid ini. Sungguh ini sebuah ikatan yang sangat kuat. Ikatan yang akan menyelamatkan mereka di akhirat kelak, insya Allah. Saya acungkan jempol empat deh untuk mereka semua. Kini hilanglah rasa penasaran itu. Dan di masjid itu memang benar-benar dilaksanakan program i'tikaf.

Ramadan memanglah istimewa. Di bulan itu, Allah tidak saja mengobral banyak rahmat, ampunan maupun perlindungan terhadap azab neraka melalui ibadah puasa di siang harinya, namun Allah juga mengobral di malam-malamnya. Bahkan ada beberapa malamnya di mana Allah mengobral lebih banyak lagi rahmat, ampunan maupun perlindungan terhadap azab neraka tersebut, tepatnya di sepuluh terakhir bulan tersebut. Sampai-sampai di malam tertentu Allah mengobralnya dengan kelipatan sampai beribu-ribu jumlah. Yaitu di satu malam yang di namakan malam qodar. Sungguh di malam qodar itu Allah menampakkan kemurahannya yang amat sangat dengan tiada tara.

Anugerah Allah semacam itulah rupanya yang memotivasi kaum muslimin untuk berlomba-lomba menyempurnakan amalan Ramadonnya. Mulai dari amalan yang berupa puasa, sholat berjamah, sholat lail, sedekah dan i'tikaf. Semua itu mereka lakukan dengan bersunguh-sungguh. Maka jangan heran jika di beberapa masjid tampak benar kesunguhan jamaahnya untuk menghidup malamnya dengan berbagai aktifitas ibadah tersebut. Tak terkecuali di masjid perkantoran semacam masjid as Salam Kantor Pajak Tarakan dan Tanjung Redeb ini. Horeee . . .tepuk tangan dong . . .

Fenomena hidupnya masjid perkantoran semacam ini bukanlah cerita baru. Karena di masjid-masjid perkantoran yang berada di kota-kota besar, bahkan gairah aktivitasnya tidak kalah di banding masjid-masjid populer semacam masjid Istiqlal atau Masjid Sunda Kelapa dan masjid al Azhar di Jakarta. Pun majlis taklimnya juga tidak kalah agresifnya dibanding dengan masjid-masjid tersebut. Saya adalah saksi mata atas hal itu. Masjid-masjid di berbagai kantor dan pusat perbelanjaan di Jakarta, sebutlah Telkom, Ramayana Departemen Store, Tiki JNE, komplek perkantoran Thamrin, Sudirman dan lain-lain adalah sebagian diantaranya. Mereka begitu aktif, mereka begitu produktif. Mereka bersungguh-sungguh dalam memproduksi berbagai amal sholih.

Walaupun begitu hidupnya malam di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan di masjid as Salam Kantor Pajak Tarakan dan Tanjung Redeb ini buat saya cukup menarik. Saya sempat bertanya kepada saudara Benny, salah seorang jamah yang aktif mengurus masjid ini, " Apakah tahun kemarin di masjid ini juga dilaksanakan i'tikaf ?" Beliau menjawab," Tidak. Baru tahun ini pak, yaitu sejak hadirnya generasi pak ES itu pak,". Ooo . . . begitu ya . .  jawab saya manggut-manggut, tanda mengerti.

dok.pribadi
dok.pribadi
Bener kalau begitu, kini telah lahir satu lagi oase baru di kota Tarakan. Masjid as Salam Tarakan telah benar-benar menjilma menjadi oase iman bagi ummat muslim di Tarakan. Dia telah turut menambah jumlah oase-oase lama yang telah muncul sebelumnya. Syukurlah kalau begitu.

Kini tinggal merawat bagaimana caranya agar oase iman tersebut agar tetap mengalirkan air jernih bagi para jamah yang hendak meminumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun