Ramadan memanglah istimewa. Di bulan itu, Allah tidak saja mengobral banyak rahmat, ampunan maupun perlindungan terhadap azab neraka melalui ibadah puasa di siang harinya, namun Allah juga mengobral di malam-malamnya. Bahkan ada beberapa malamnya di mana Allah mengobral lebih banyak lagi rahmat, ampunan maupun perlindungan terhadap azab neraka tersebut, tepatnya di sepuluh terakhir bulan tersebut. Sampai-sampai di malam tertentu Allah mengobralnya dengan kelipatan sampai beribu-ribu jumlah. Yaitu di satu malam yang di namakan malam qodar. Sungguh di malam qodar itu Allah menampakkan kemurahannya yang amat sangat dengan tiada tara.
Anugerah Allah semacam itulah rupanya yang memotivasi kaum muslimin untuk berlomba-lomba menyempurnakan amalan Ramadonnya. Mulai dari amalan yang berupa puasa, sholat berjamah, sholat lail, sedekah dan i'tikaf. Semua itu mereka lakukan dengan bersunguh-sungguh. Maka jangan heran jika di beberapa masjid tampak benar kesunguhan jamaahnya untuk menghidup malamnya dengan berbagai aktifitas ibadah tersebut. Tak terkecuali di masjid perkantoran semacam masjid as Salam Kantor Pajak Tarakan dan Tanjung Redeb ini. Horeee . . .tepuk tangan dong . . .
Fenomena hidupnya masjid perkantoran semacam ini bukanlah cerita baru. Karena di masjid-masjid perkantoran yang berada di kota-kota besar, bahkan gairah aktivitasnya tidak kalah di banding masjid-masjid populer semacam masjid Istiqlal atau Masjid Sunda Kelapa dan masjid al Azhar di Jakarta. Pun majlis taklimnya juga tidak kalah agresifnya dibanding dengan masjid-masjid tersebut. Saya adalah saksi mata atas hal itu. Masjid-masjid di berbagai kantor dan pusat perbelanjaan di Jakarta, sebutlah Telkom, Ramayana Departemen Store, Tiki JNE, komplek perkantoran Thamrin, Sudirman dan lain-lain adalah sebagian diantaranya. Mereka begitu aktif, mereka begitu produktif. Mereka bersungguh-sungguh dalam memproduksi berbagai amal sholih.
Walaupun begitu hidupnya malam di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan di masjid as Salam Kantor Pajak Tarakan dan Tanjung Redeb ini buat saya cukup menarik. Saya sempat bertanya kepada saudara Benny, salah seorang jamah yang aktif mengurus masjid ini, " Apakah tahun kemarin di masjid ini juga dilaksanakan i'tikaf ?" Beliau menjawab," Tidak. Baru tahun ini pak, yaitu sejak hadirnya generasi pak ES itu pak,". Ooo . . . begitu ya . . Â jawab saya manggut-manggut, tanda mengerti.
Kini tinggal merawat bagaimana caranya agar oase iman tersebut agar tetap mengalirkan air jernih bagi para jamah yang hendak meminumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H