Mohon tunggu...
Syam ibnu Ram
Syam ibnu Ram Mohon Tunggu... Human Resources - ASN

Pegiat Keayahan (https://www.ayahkeren.com/search/label/Kolom%20Ayah?&max-results=6)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anaknya Tukang Burung Itu Akhirnya Wisuda Menjadi Dokter

21 Februari 2017   15:46 Diperbarui: 21 Februari 2017   15:57 1155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mengambil paket burung di Stasiun Jakarta Kota (dok.Pribadi)

Sisa-sisa capek akibat perjalanan semalam masih terasa. Pun rasa kantuk saya, sebagian masih menggelayut di mata. Rasa berat meninggalkan tempat tidur, masih menyelimuti badan.

Ku raih hangphone. Sebuah pesan terpampang di layarnya,  dari Om Joko Sadono ketua KPCRI. Rupanya pesan ini sudah masuk sejak tadi malam, namun baru pagi ini baru sempat saya buka. Isinya mengabarkan tentang perkembangan terbaru mengenai rencana Kopdar KPCRI ke 6. Ini adalah perhelatan para anggota Komunitas Pencinta Cucak Rawa Indonesia (KPCRI) yang rencananya digelar di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah pada tanggal 25 Februari 2017 besok. Persis sepekan lagi.

Saya masih ber malas-malasan di salah satu penginapan di ITC Mangga Dua Jakarta Pusat. Rasa capek perjalanan dan kurangnya tidur semalam belum sepenuhnya hilang.

Besok pagi, hari Minggu tanggal 19 Februari saya akan menghadiri  wisuda putri kami di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tepatnya di Ciputat. Alhamdulillah anak tukang burung ini di wisuda menjadi dokter muda.

Menghadiri undangan wisuda di Ciputat kok nginepnya di Mana Dua, apa gak salah pak Syam ? Bukannya lebih dekat kalau mencari penginapan di daerah Kemang atau blok M, Pondok Indah, Mayestik, Cipulir, Cileduk, Cipondoh, Cibeunying, Cicaheum, Cihampelas, Cibaduyut . . . he he he . . . emangnya mau beli sepatu . . . ???

Nah keanehan itulah yang ingin saya ceritakan, yaitu kenapa saya bersama istri saya memilih menginap di dekat Stasiun Jakarta Kota ?Sengaja saya memilih untuk terlebih dahulu menceritakan kisah ini sebelum membahas tentang Kopdar ke 6 KPCRI. Hal ini semata-mata saya maksudkan  untuk memberikan motivasi kepada teman-teman penangkar burung. Dengan cerita ini sebenarnya saya hanya ingin mengatakan bahwa penangkaran burung memiliki prospek ekonomi yang cukup besar. Sektor penangkaran burung ini memiliki prospek ekonomi yang sama dan sejajar dengan sektor lainnya seperti industri, perdagangan, jasa, perkebunan, pertambangan dan lain-lain. Yang membedakan hanya skalanya saja; masuk kategori besar, menengah atau kecil. Adapun mengenai prospeknya; sama.

Baiklah saya mulai ceritanya ya. Awalnya kami menerima undangan wisuda dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pekan lalu. Saat itu kami menerima undangan untuk menghadiri wisuda sarjana Strata Satu dan Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang ke 103. Acaranya Hari Minggu tanggal 19 Februari 2017 bertempat di Ciputat.

Bagi kami, undangan wisuda sarjana ini menandai berakhirnya pergulatan putri kami dengan modul dan berbagai diktat di bangku kuliahnya selama sembilan semester. Alhamdulillah akhirnya dinyatakan lulus dari di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) jurusan Kedokteran Umum. Maka kami menyambut undangan itu dengan rasa syukur. Akhirnya anak tukang burung itu menjadi dokter muda.

Selama sepekan menanti hari wisuda putri kami, sebagai tukang burung saya asyik bergelut dengan tetek bengek perburungan. Seperti biasa saya menerima banyak telepon, Whats App, maupun SMS dari para kicau mania berbagai daerah. Beragam isi pembicaraan dengan mereka terlontar dalam percakapan akrab khas tukang burung. Ada kicau maniac yang menanyakan kenapa burung miliknya selalu pacok telur. Yang lain bertanya kenapa burungnya belum bertelur padahal sudah memasuki usia produktif. Ada yang bertanya apakah ada stok murai batu apa tidak, terus  berapa harga cucak rawa dan seabreg pertanyaan lainnya.

Menjelang siang ada telepon dari Pak Andi. Beliau memesan dua pasang dari penangkaran kami. Dan kabar baiknya alamat beliau ada di jalan Panjang Kelurahan Sukabumi Selatan Kebun Jeruk. SSSttt . . . jangan bilang-bilang beliau ini shohibnya Haji Lulung seteru Ahok. Jangan kenceng-kenceng, soalnya ane buta politik bang . . .

 Besoknya ada juga pak Mukhlis di Cilandak Jakarta Selatan. Beliau adalah santri kota alumni Pesantren Tebu Ireng Jombang . . . mantab dah. Beliau minta dibawakan sepasang. Alhamdulillah keduanya ada di Jakarta.

Kami deal bahwa burung akan kami antar ke alamat masing-masing padahari Sabtu Tanggal 18 Februari.

Namun sayang seribu sayang, saat hari pengiriman burung sudah semakin dekat saya saya tidak berada di Klaten. Saya sedang ada urusan di luar Jawa. Maka saya mengontak istri saya untuk ngirim burungnya kepada kedua pembeli di atas. Maka hari Jumat sore tanggal 17 Februari 2017 keenam burung tersebut dengan kereta tua melaju menuju Stasiun Jakarta Kota.

Malamnya istri saya menyusul terbang ke Jakarta dengan mengambil penerbangan pukul 20.00 dari Bandara Internssional  Adi Sucipto di Yogykarta. Tujuan utama penerbangan ini adalah untuk menghadiri wisuda anak kami, sampingannya mengantar burung ke pembeli. Di waktu yang hampir bersamaan, dari Borneo saya menyusul terbang. Akhirnya kami bertemu di Bandara Soekarno Hatta.

Dari Bandara Soekarno Hatta, harusnya kami melanjutkan perjalanan ke Ciputat, karena tujuan utama kami adalah menghadiri wisuda putri kami. Namun kami masih tertahan oleh tanggungjawab untuk mengantarkan burung pesanan pembeli. Posisi burung saat ini masih dalam perjalanan dari Klaten ke Jakarta. Di perkirakan, besok subuh dini hari masuk Jakarta. Maka kami melaju menuju ITC Mangga Dua, untuk beristirahat di hotel yang sudah kami booking tadi siang.

Badan capek dan kurang istirahat, membuat tidur kami pulas, tanpa sedikitpun terganggu hiruk pikuk suasana malam di Mangga Dua.

Dan pagipun datang. Suasana jakarta begitu ramai. Kuambil handphone. Sebuah pesan dari Om Joko Sadono tentang perkembangan terbaru rencana Kopdar KPCR terpampang di layar HP saya, seperti yang telah saya singgung di atas.

Pukul 09.00 kami menuju Stasiun Jakarta Kota untuk mengambil burung. Tak lupa selfy dulu tentunya. Setelah itu dengan taksi kami melaju menuju Jalan Panjang Kelurahan Sukabumi Selatan Kebun Jeruk Jakarta Barat. Tengah hari kami melanjutkan menuju Cilandak Jakarta Selatan untuk mengantarkan burung ke tempatnya pak Mukhlis. Sekitar pukul 14.00 kami melanjutkan perjalanan menuju Ciputat, karena besok pagi akan mengikuti prosesi wisuda di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Ciputat. Inilah penalaman pertama kami berangkat menghadiri wisuda dengan membawa burung . . . asyik juga sih . . .

Ini kiriman burungnya (dok Pribadi)
Ini kiriman burungnya (dok Pribadi)
Sekali lagi cerita ini saya maksudkan untuk memotivasi teman-teman kicau mania, terutama teman-teman yang menekuni penangkaran burung, wabil khusus para penangkar burung cucak rawa yang tergabung dalam wadah KPCRI ini.

Menangkarkan burung itu secara ekonomi cukup prospektif. Saya mengenal beberapa penangkar burung di mana mereka memiliki taraf ekonomi yang cukup mapan. Mereka tersebar di berbagai kota. Mulai dari Malang, Surabaya, Kertosono, Klaten, Solo, Bogor, Depok, Cilegon dan lain-lain. Salah satu dari penangkar itu adalah Om Yoewono nara sumber kita di acara Kopdar tanggal 25 Februari ini. Beliau sudah malang melintang di duna penangkaran burung. Tentu beliau sudah merasakan manisnya gula-gula di kandang penangkaran. Demikian juga dengan om Afiat, nara sumber kita yang kedua. Beliau sangat faham soal itu.

Saya pribadi sebagai tukang burung yang masih yunior juga turut merasakan manisnya gula-gula di kandang penangkaran. Saya memiliki hobi touring yang ternyata touring dan breeding itu nyambung banget.

Maka jika ada pembeli burung dari luar kota dan kebetulan saya memiliki waktu, saya selalu mengajak istri saya untuk mengantar burung pesanan tersebut sampai di alamat pembeli. Hal ini saya lakukan karena saya sangat menikmati perjalanan, apa lagi ditemani istri. Sungguh perjalanan santai seperti itu bisa memberikan suasana baru dalam kehidupan keluarga kami yang sudah tidak muda lagi. Itulah berkah dan manisnya menangkarkan burung. Bisa touring ke berbagai kota di Pulau Jawa. Sekaligus menambah paseduluran di berbagai daerah. Touring ala tukang burung . . .

mengambil paket burung di Stasiun Jakarta Kota (dok.Pribadi)
mengambil paket burung di Stasiun Jakarta Kota (dok.Pribadi)
Terus berkah yang kedua menangkut financial. Ceritanya begini . . . Sejak kami mengijinkan putri kami untuk mendaftar SNMPTN dan mengambil jurusan kedokteran, kami sadar bahwa kami membutuhkan back up dana yang tidak sedikit.

Dan hal itu memang benar adanya. Misalnya pada waktu mendaftar ulang, ternyata besarnya uang gedung dan SPP semester pertama, biaya asrama dan tetek bengek kebutuhan kuliah lainnya sudah menguras seluruh tabungan kami.

Pada semester kedua, untuk membayar SPP kami terpaksa harus berhutang. Lah jika untuk membayar SPP di semester dua sudah berhutang, bagaimana dengan semester ke tiga dan terusnya nanti ? Padahal adiknya, kini sudah kelas XI. Berarti dua tahun lagi dia sudah kuliah. Ini artinya kami memiliki beban ganda. Bagaimana kalau ternyata dia juga meminta ijin untuk mendaftar di jurusan kedokteran ?????

Di tengah serta tidak ada kepastian itu tiba-tiba cling . . .Saya bersyukur karena saya memiliki beberapa pasang burung dalam kandang penangkaran. Allah maha mengerti dengan persoalan hambanya. Alhamdulillah semester tiga dan seterusnya kami tidak pernah lagi gali lobang, karena setiap kali kami membutuhkan biaya untuk kuliah anak-anak kami, Allah selalu mengirimkan uang melalui piyik-piyik burung yang menetas di penangkaran kami sebelum jatuh tempo pembayaran.

Dan ketika anak kedua kami kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan mengambil program Sekolah Bisnis dan Managemen (SBM ITB) di mana besarnya uang kuliah di sana melebihi biaya kuliah di Fakultas Kedokteran, kami bisa mencukupi dari piyik-piyik burung yang selalu Allah kirimkan sebelum jatuh tempo pembayaran SPP. Hal ini berlangsung sejak putri kami duduk di semester ke tiga sampai wisuda. Alhamdulillah . . .

p-20170219-114811-58abfb8cc6afbd6706b40290.jpg
p-20170219-114811-58abfb8cc6afbd6706b40290.jpg
Sekali lagi saya sampai cerita ini bukan untuk berbuat riya’ ( pamer ). Saya tuliskan kisah ini sebagai sarana berbagi motivasi dari kita untuk kita. Saya merasa saat ini adalah momen yang tepat, di mana dalam kopdar nanti kita akan berkumpul di mana kita bisa saling berbagi ilmu dan pengalaman masing-masing. Ditambah lagi dengan hadirnya dua nara sumber, di mana keduanya sudah malang melintang di dunia penangkaran burung cucak rawa. Maka hal ini insya Allah akan menambah semangat dan keberkahan bagi penangkaran kita. Apa lagi panitia sudah mendesign acara di mana kedua nara sumber akan mengupas tuntas tentang  seluk beluk penangkaran burung cucak rawa dari A - Z yang dilengkapi dengan cara perawatan kesehatan burung. Tema ini memang klop dengan keahlian kedua nara sumber. Mantablah pokoknya . . .

Saya pribadi sudah cukup lama mengenal om Yoewono. Beliau adalah putra asli Krakitan Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. Orangnya hitam manis, semanis tebu ... he he he . . . beliau adalah motor utama di P2BN APCR, sebuah organisasi yang menghimpun para penghobi perburungan di blok barat (depok, bogor, cibinong dan sekitarnya).

Beliau dikenal sebagai penangkar burung yang bertangan dingin. Berbagai burung baik burung kicauan maupun burung hias alhamdulillah sudah berhasil beliau tangkarkan dengan baik. Di samping itu beliau juga dikenal sebagai jagoan dalam hal menjinakkan burung liar. Beliau pernah bercerita bahwa burung gereja yang terkenal sangat liar itu, telah berhasil beliau jinakkan juga. Weleh . . . weleh . . . Mungkin ilmu hipnotis Om Yoewono ini telah melebihi Romy Rafael, wong burung gereja saja bisa beliau hipnotis kok . . . he . . . he . . . he.

Kesibukan beliau akhir-akhir ini adalah menjadi nara sumber penangkaran burung di berbagai forum di berbagai daerah. Dalam beberapa tahun terakhir, di samping menjadi nara sumber dan tenaga ahli di dinas kehutanan Kabupaten Subang, beliau juga menjadi pembina penangkar burung di Taman Hutan Rakyat (Tahura) Bandung. Karena itu memang tepat jika panitia menghadirkan beiau di Kopdar ke 6 KPCRI kali ini.

Nara sumber yang kedua adalah om Afiat. Walaupun dari sisi usia masih muda, namun beliau tergolong penangkar burung yang sudah senior. Berbagai acam burung berhasil beliau tangkarkan dengan baik di rumahnya yang asri di Kartosuro. Di samping keahlian dalam hal menangkar burung, beliau memiliki keahlian yang spesifik di mana beliau dikenal sebagai pakarnya herbal burung. Berbagai burung yang sakit berhasil beliau bikinkan ramuan herbalnya sehingga burungnya kembali sehat. Di samping meramu herbal untuk menyembuhkan penyakit burung, beliau juga meramu obat untuk menjaga dan meningkatkan stamina burung. Semacam obat kuatnya burunglah . . . tapi ini khusus untuk burung beneran bukan untuk bukan burung yang lain ya. Kalau untuk burung yang lain serahkan mak Erot saja he he he . . .

Maka melihat rekam jejak kedua nara sumber saya sangat optimis, bahwa Kopdar ke 6 kali ini akan mampu memberikan pencerahan buat seluruh anggota KPCRI. Insya Allah kopdar ini akan membekali kita dengan ilmu tentang kesehatan burung. Dan jika burung-burung kita sehat maka insya Allah penangkaran kitapun akan menjadi lebih produktif.

Yang pasti Kopdar ke 6 kali ini akan lebih mengencangkan ikatan paseduluran kita dalam wadah KPCRI. Selamat Kopdar KPCRI, salam klank . . .klink . . .klunk . . . lestari alamku, lestari burungku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun