Pada semester kedua, untuk membayar SPP kami terpaksa harus berhutang. Lah jika untuk membayar SPP di semester dua sudah berhutang, bagaimana dengan semester ke tiga dan terusnya nanti ? Padahal adiknya, kini sudah kelas XI. Berarti dua tahun lagi dia sudah kuliah. Ini artinya kami memiliki beban ganda. Bagaimana kalau ternyata dia juga meminta ijin untuk mendaftar di jurusan kedokteran ?????
Di tengah serta tidak ada kepastian itu tiba-tiba cling . . .Saya bersyukur karena saya memiliki beberapa pasang burung dalam kandang penangkaran. Allah maha mengerti dengan persoalan hambanya. Alhamdulillah semester tiga dan seterusnya kami tidak pernah lagi gali lobang, karena setiap kali kami membutuhkan biaya untuk kuliah anak-anak kami, Allah selalu mengirimkan uang melalui piyik-piyik burung yang menetas di penangkaran kami sebelum jatuh tempo pembayaran.
Dan ketika anak kedua kami kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan mengambil program Sekolah Bisnis dan Managemen (SBM ITB) di mana besarnya uang kuliah di sana melebihi biaya kuliah di Fakultas Kedokteran, kami bisa mencukupi dari piyik-piyik burung yang selalu Allah kirimkan sebelum jatuh tempo pembayaran SPP. Hal ini berlangsung sejak putri kami duduk di semester ke tiga sampai wisuda. Alhamdulillah . . .
Saya pribadi sudah cukup lama mengenal om Yoewono. Beliau adalah putra asli Krakitan Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. Orangnya hitam manis, semanis tebu ... he he he . . . beliau adalah motor utama di P2BN APCR, sebuah organisasi yang menghimpun para penghobi perburungan di blok barat (depok, bogor, cibinong dan sekitarnya).
Beliau dikenal sebagai penangkar burung yang bertangan dingin. Berbagai burung baik burung kicauan maupun burung hias alhamdulillah sudah berhasil beliau tangkarkan dengan baik. Di samping itu beliau juga dikenal sebagai jagoan dalam hal menjinakkan burung liar. Beliau pernah bercerita bahwa burung gereja yang terkenal sangat liar itu, telah berhasil beliau jinakkan juga. Weleh . . . weleh . . . Mungkin ilmu hipnotis Om Yoewono ini telah melebihi Romy Rafael, wong burung gereja saja bisa beliau hipnotis kok . . . he . . . he . . . he.
Kesibukan beliau akhir-akhir ini adalah menjadi nara sumber penangkaran burung di berbagai forum di berbagai daerah. Dalam beberapa tahun terakhir, di samping menjadi nara sumber dan tenaga ahli di dinas kehutanan Kabupaten Subang, beliau juga menjadi pembina penangkar burung di Taman Hutan Rakyat (Tahura) Bandung. Karena itu memang tepat jika panitia menghadirkan beiau di Kopdar ke 6 KPCRI kali ini.
Nara sumber yang kedua adalah om Afiat. Walaupun dari sisi usia masih muda, namun beliau tergolong penangkar burung yang sudah senior. Berbagai acam burung berhasil beliau tangkarkan dengan baik di rumahnya yang asri di Kartosuro. Di samping keahlian dalam hal menangkar burung, beliau memiliki keahlian yang spesifik di mana beliau dikenal sebagai pakarnya herbal burung. Berbagai burung yang sakit berhasil beliau bikinkan ramuan herbalnya sehingga burungnya kembali sehat. Di samping meramu herbal untuk menyembuhkan penyakit burung, beliau juga meramu obat untuk menjaga dan meningkatkan stamina burung. Semacam obat kuatnya burunglah . . . tapi ini khusus untuk burung beneran bukan untuk bukan burung yang lain ya. Kalau untuk burung yang lain serahkan mak Erot saja he he he . . .
Maka melihat rekam jejak kedua nara sumber saya sangat optimis, bahwa Kopdar ke 6 kali ini akan mampu memberikan pencerahan buat seluruh anggota KPCRI. Insya Allah kopdar ini akan membekali kita dengan ilmu tentang kesehatan burung. Dan jika burung-burung kita sehat maka insya Allah penangkaran kitapun akan menjadi lebih produktif.
Yang pasti Kopdar ke 6 kali ini akan lebih mengencangkan ikatan paseduluran kita dalam wadah KPCRI. Selamat Kopdar KPCRI, salam klank . . .klink . . .klunk . . . lestari alamku, lestari burungku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H