Kami deal bahwa burung akan kami antar ke alamat masing-masing padahari Sabtu Tanggal 18 Februari.
Namun sayang seribu sayang, saat hari pengiriman burung sudah semakin dekat saya saya tidak berada di Klaten. Saya sedang ada urusan di luar Jawa. Maka saya mengontak istri saya untuk ngirim burungnya kepada kedua pembeli di atas. Maka hari Jumat sore tanggal 17 Februari 2017 keenam burung tersebut dengan kereta tua melaju menuju Stasiun Jakarta Kota.
Malamnya istri saya menyusul terbang ke Jakarta dengan mengambil penerbangan pukul 20.00 dari Bandara Internssional  Adi Sucipto di Yogykarta. Tujuan utama penerbangan ini adalah untuk menghadiri wisuda anak kami, sampingannya mengantar burung ke pembeli. Di waktu yang hampir bersamaan, dari Borneo saya menyusul terbang. Akhirnya kami bertemu di Bandara Soekarno Hatta.
Dari Bandara Soekarno Hatta, harusnya kami melanjutkan perjalanan ke Ciputat, karena tujuan utama kami adalah menghadiri wisuda putri kami. Namun kami masih tertahan oleh tanggungjawab untuk mengantarkan burung pesanan pembeli. Posisi burung saat ini masih dalam perjalanan dari Klaten ke Jakarta. Di perkirakan, besok subuh dini hari masuk Jakarta. Maka kami melaju menuju ITC Mangga Dua, untuk beristirahat di hotel yang sudah kami booking tadi siang.
Badan capek dan kurang istirahat, membuat tidur kami pulas, tanpa sedikitpun terganggu hiruk pikuk suasana malam di Mangga Dua.
Dan pagipun datang. Suasana jakarta begitu ramai. Kuambil handphone. Sebuah pesan dari Om Joko Sadono tentang perkembangan terbaru rencana Kopdar KPCR terpampang di layar HP saya, seperti yang telah saya singgung di atas.
Pukul 09.00 kami menuju Stasiun Jakarta Kota untuk mengambil burung. Tak lupa selfy dulu tentunya. Setelah itu dengan taksi kami melaju menuju Jalan Panjang Kelurahan Sukabumi Selatan Kebun Jeruk Jakarta Barat. Tengah hari kami melanjutkan menuju Cilandak Jakarta Selatan untuk mengantarkan burung ke tempatnya pak Mukhlis. Sekitar pukul 14.00 kami melanjutkan perjalanan menuju Ciputat, karena besok pagi akan mengikuti prosesi wisuda di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Ciputat. Inilah penalaman pertama kami berangkat menghadiri wisuda dengan membawa burung . . . asyik juga sih . . .
Menangkarkan burung itu secara ekonomi cukup prospektif. Saya mengenal beberapa penangkar burung di mana mereka memiliki taraf ekonomi yang cukup mapan. Mereka tersebar di berbagai kota. Mulai dari Malang, Surabaya, Kertosono, Klaten, Solo, Bogor, Depok, Cilegon dan lain-lain. Salah satu dari penangkar itu adalah Om Yoewono nara sumber kita di acara Kopdar tanggal 25 Februari ini. Beliau sudah malang melintang di duna penangkaran burung. Tentu beliau sudah merasakan manisnya gula-gula di kandang penangkaran. Demikian juga dengan om Afiat, nara sumber kita yang kedua. Beliau sangat faham soal itu.
Saya pribadi sebagai tukang burung yang masih yunior juga turut merasakan manisnya gula-gula di kandang penangkaran. Saya memiliki hobi touring yang ternyata touring dan breeding itu nyambung banget.
Maka jika ada pembeli burung dari luar kota dan kebetulan saya memiliki waktu, saya selalu mengajak istri saya untuk mengantar burung pesanan tersebut sampai di alamat pembeli. Hal ini saya lakukan karena saya sangat menikmati perjalanan, apa lagi ditemani istri. Sungguh perjalanan santai seperti itu bisa memberikan suasana baru dalam kehidupan keluarga kami yang sudah tidak muda lagi. Itulah berkah dan manisnya menangkarkan burung. Bisa touring ke berbagai kota di Pulau Jawa. Sekaligus menambah paseduluran di berbagai daerah. Touring ala tukang burung . . .
Dan hal itu memang benar adanya. Misalnya pada waktu mendaftar ulang, ternyata besarnya uang gedung dan SPP semester pertama, biaya asrama dan tetek bengek kebutuhan kuliah lainnya sudah menguras seluruh tabungan kami.