Mohon tunggu...
Syam ibnu Ram
Syam ibnu Ram Mohon Tunggu... Human Resources - ASN

Pegiat Keayahan (https://www.ayahkeren.com/search/label/Kolom%20Ayah?&max-results=6)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Menangkar Burung Jalak Bali dengan Instan, Maunya Tiga Bulan Menjadi Jutawan

28 Januari 2017   14:09 Diperbarui: 28 Januari 2017   18:19 2568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak burung jalak bali usia satu pekan (dok pribadi)

Sebagai penangkar burung jalak bali yang sudah lama bergelut dengan tetek-bengeknya kandang penangkaran, saya sudah bertemu dengan penghobi burung dari banyak kalangan, baik pertemuan yang sifatnya langsung tatap muka maupun yang hanya berkomunikasi lewat handphone. Mereka terdiri dari aneka macam profesi, mulai dari seorang pedagang keripik usus yang tinggal di sebuah desa di pelosok Boyolali sana sampai seorang mantan pejabat nomor satu di Kabupaten Brebes yang sekarang tinggal di Jakarta Timur.

Dari yang berpenghasilan per bulannya kembang-kempis, sampai yang berpenghasilan berjuta-juta dalam seharinya. Dari anak remaja muda usia sampai pensiunan pertamina yang memelihara burung jalak bali hanya untuk klangenan di hari tua. Dari yang sekadar hobi di mana burung jalak bali hanya difungsikan untuk mempercantik beranda rumahnya semata-mata sampai yang mengebu-gebu ingin menjadi jutawan dari penangkaran burungnya. Dari penangkar senior yang sudah jatuh-bangun belasan tahun baru menghasilkan uang berjuta-juta di kantong sakunya sampai penangkar yunior yang pinginnya serbainstan, cepet menghasilkan uang berjuta-juta dalam sebulan.

Dari sekian macam kicau maniak yang saya sebut di atas, saya tertarik untuk mengomentari salah satu di antara mereka, yaitu para penghobi burung yang berniat menangkarkan jalak bali, namun mereka menginginkan hasilnya secara instan. Calon penangkar burung jalak bali yang dalam masa tiga bulan sudah bisa menghasilkan dua belas juta rupiah. Mereka yang pingin menjadi jutawan dalam waktu tiga bulan.

"Lho, memangnya ada ya, Pak Syam, penangkar yang pinginnya instan seperti itu?"

"Ada. Banyak malah," jawab Pak Syam.

"Kirain cuma mie goreng yang bisa instan...."

"Ya nggaklah. Penangkar burung yang pinginnya instan juga banyak," jawab Pak Syam

Dari pengamatan selintas terhadap mereka para penangkar instan ini, ternyata mereka memiliki ciri-ciri utama tidak sabaran dan bertipe otak kiri. Wesss, tidak sabaran dan bertipe otak kiri, apa ini maksudnya? Mari mengenali apa dan siapa mereka. Kita telusuri dari cara komunikasi mereka.

Pertanyaan mereka biasanya begini, “Pak Syam, saya berminat menangkarkan burung jalak bali. Berapa harga burung jalak bali yang sudah produksi?"

"Waduh, maaf. Indukan yang produktif tidak saya jual, Pak. Saya hanya menjual anakan hasil penangkaran. Jadi, saya tidak menjual indukannya," terang pak Syam.

"O... begitu.... Anakan usia berapa, Pak Syam?"

"Usia sekitar tiga bulan," jawab Pak Syam.

"O... masih muda ya. Burung jalak bali produksi pada usia berapa bulan, Pak Syam?"

"Kalau pemeliharaannya bagus dalam usia delapan belas bulan atau paling lama dua tahun insya Allah dia akan bertelur," terang Pak Syam.

"Waduh, masih nunggu lama ya, Pak Syam?"

"Iya, Mas, masih lama. Biasanya begitu," jawab Pak Syam.

Begitulah sebagian cuplikan percakapan yang sering terjadi antara Pak Syam dengan calon penangkar burung jalak bali. Mereka inginnya membeli indukan yang sudah produktif dengan harapan tiga bulan lagi mereka sudah bisa menjual hasil produksinya. Karena dalam perhitungan mereka, jika dia hari ini membeli burung dengan cara bedol kandang, harapannya dua pekan lagi burung sudah bertelur. Ini berarti sebulan sejak dia beli, burungnya sudah menetas.

Dari menetas sampai anakan burung siap dijual butuh waktu sekitar dua bulan. Ini berarti tiga bulan sejak dia membeli indukan produktif dengan cara bedol kandang tersebut dia sudah bisa menghasilkan uang. Enak to... sweger pastinya... he he he.... Jadi, ibarat orang akan merintis usaha kuliner, dia membeli franchise. Dengan cara ini, dia tidak perlu ribet membeli peralatan masak, merekrut karyawan, mencoba menu, promosi, dan lain-lain. Praktis memang. Dan enak... iya to? Sweger... pastinya.... he he he....

Tapi sayangnya pola seperti itu tidak cocok diterapkan dalam bidang penangkaran burung. Itu masalahnya!

Karena dalam banyak kasus, ternyata adaptasi sepasang indukan burung di kandang yang baru bukan perkara yang mudah. Hal ini tidak terlepas dari sifat burung yang sangat sensitif dengan lingkungannya. Suasana kandang seperti bentuk dan ukuran kandang, suhu di dalam kandang, pencahayaan kandang, sirkulasi udara sangat berpengaruh terhadap kemampuan adaptasi si indukan burung tersebut.

Demikian juga dengan suasana lingkungan seperti tingkat kebisingan, jauh-dekatnya kandang dengan aktivitas manusia, terutama yang lalu lalang di depan kandang juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan adaptasinya. Padahal, adaptasi inilah kunci keberhasilan penangkaran burung berbasis bedol kandang. Jika adaptasinya bagus, dia akan cepat berproduksi. Sebaliknya, jika penanganan adaptasinya tidak berhasil dengan baik, sampai lebaran anak kuda pun burungnya tetep ogah bertelur.

Adaptasi yang berhasil biasanya dipengaruhi oleh tiga aktor utama, yaitu kandang, perawatan harian, dan lingkungan. Jika ada kemiripan kandang, perawatan maupun lingkungan antara yang lama dan yang baru, kemungkinan adaptasi di tempat yang baru akan berjalan mulus. Jika keadaannya jauh berbeda, untuk bisa beradaptasi dia masih menunggu anak kuda untuk berlebaran he he he....

Kemiripan kandang menyangkut beberapa hal, seperti ukuran, bentuk, suhu ruangan, sirkulasi udara, dan pencahayaan. Adapun perawatan harian berkaitan dengan pakan, minum, dan jadwal pemberian pakan dan air mandinya. Terus yang ketiga berkaitan dengan lingkungan ini menyangkut tingkat kebisingan, ada tidaknya orang lalu lalang di depan kandang, adanya predator semacam ular, tikus, atau kucing.

Semakin mirip faktor-faktor tersebut dengan tempat yang lama, maka biasanya penyesuaian di tempat yang baru semakin baik. Namun, jika pemilik baru tidak bisa mengondisikan kemiripan kandang, kebiasaan perawatan maupun keadaan lokasi dengan segenap faktor-faktornya tersebut maka kegagalan penangkaran sangat potensial untuk muncul.

Makanya sering kali saya sarankan kepada calon penangkar burung jalak bali yang menghubungi saya adalah hendaknya mereka membeli bibit burung jalak bali yang berusia muda. Bibit burung jalak bali yang kita tangkarkan sejak usia muda biasanya relatif lebih bagus dibandingkan dengan membeli burung yang sudah dewasa. Hal ini bisa dinalar dengan beberapa alasan.

Pertama karena bibit burung yang masih muda, dia memiliki tenggang waktu yang relatif cukup untuk beradaptasi dengan kandang dan lingkungan yang baru. Dan dalam hal menangkarkan burung, adaptasi adalah kunci.

Kedua, dengan membeli bibit yang masih berusia muda, kita bisa merawat burung dengan sebaik-baiknya. Rawatan berupa pemberian makan, minum, kebersihan kandang, dan lain-lain bisa kita berikan secara maksimal. Jika perawatan kita baik, burung akan sehat dan bisa berproduksi dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan burung yang dirawat dengan asal-asalan.

Ketiga membentuk mental wirausaha perburungan. Dalam dunia wirausaha mental serbainstan itu tidak baik, apalagi wirausaha perburungan di mana tingkat kegagalannya lumayan tinggi. Jika kita bermental instan, akan sangat gampang untuk menyerah sebelum burung bertelur.

Faktor mental ini sama sekali tidak boleh dipandang remeh. Mental wirausaha sangat berpengaruh terhadap keberhasilan menangkarkan burung. Coba perhatikan mereka yang sudah berhasil menangkarkan burung, mayoritas mereka telah mengalami jatuh bangun di dunia penangkaran burung. Hanya mereka yang bermental tangguh, ulet, dan tak kenal menyerah yang akan mampu bertahan dalam wirausaha perburungan ini. Jika mental mereka lembek, maunya instan dan cepat berhasil maka dia rentan dengan rintangan.

Dan di lapangan burung lepas kandang, tidak mau bertelur, telurnya dibuang yang jantan itu adalah hal yang sangat biasa. Jika mental kita pinginnya yang serbainstan, rintangan-rintangan semacam ini akan memupus keberhasilan penangkaran kita.

Terus yang juga penting dimiliki oleh seorang penangkar burung, adalah mental otak kanan. Maksudnya? Jadikan diri Anda seorang penangkar burung yang tidak terlalu mengandalkan hitung-hitungan matematika. Karena kita tidak sedang berhadapan dengan benda mati. Kita memiliki empati terhadap burung, maka memiliki kepekaan sebagaimana seorang seniman, harus kita miliki. Singkatnya jadilah manusia otak kanan. Dan tampaknya memang dunia wirausaha perburungan tidak cocok ditekuni oleh mereka yang berotak kiri, yang serba hitungan-hitungan dan bersifat pasti, harus begini harus begitu.

Sebaliknya, dunia perburungan paling cocok didekati dengan model otak kanan, yang sifatnya spekulatif, tidak rigid dalam berhitung dan bertindak, easy going, tidak gampang panik, santai dan enjoy. Tampaknya model pendekatan semacam inilah yang disukai oleh burung dalam kandang. Jika antara penangkar dan burungnya sudah saling menyukai, menemukan kesamaan, maka burung akan merasa betah di kandang. Jika mereka betah, maka mereka akan bisa bertelur dengan tenang, mengerami telur dengan betah sampai menetas dan kelak dia juga akan telaten memelihara anaknya sampai siap untuk kita panen. Asyiikk.... Begitu kira-kira.... 

(Pak Syam Penangkar Burung Jalak Bali Klaten)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun