Mohon tunggu...
Syam ibnu Ram
Syam ibnu Ram Mohon Tunggu... Human Resources - ASN

Pegiat Keayahan (https://www.ayahkeren.com/search/label/Kolom%20Ayah?&max-results=6)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Mau Menangkarkan Burung, Jangan Tunggu Dapat Bibit yang Ideal!

11 Januari 2017   16:24 Diperbarui: 11 Januari 2017   17:57 1901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
cantiknya burung jalak bali, dok pribadi

“Iya om... sekarang saya sedang berencana menangkarkan burung jalak suren dan jalak bali,” kata Budi. “We la dalah... aku ini ahlinya cucak rawa kok ditanyain burung jalak,” sela Om Mudzakir.

“Kan pengalaman Om banyak. Saya ingin mengetahui pengalaman Om tentang bagaimana caranya mendapatkan bibit burung jalak suren dan jalak bali yang super. Burung jalak suren dan jalak bali terbaik, yang kelak produktivitasnya tinggi. Dan seratus prosen antigagal,” kata Budi dengan sangat yakin.

“O... gampang itu. Besok Ahad wage kamu pergi ke Pasar Satwa dan Tanaman Yogyakarta (PASTY) di Jogjakarta atau ke pasar burung Depok Solo. Telusuri semua kios burung yang ada di sana. Berjalanlah dari satu kios ke kios burung berikutnya. Masuki kios-kios tersebut. Cari dan seleksi burung-burung yang ada di sana. Pilih yang terbaik. Biar kamu yakin bahwa itu yang terbaik, kamu jangan sekali-kali pingin balik ke kios yang pernah kamu masuki. Ngerti kamu?” begitu saran Om Mudzakir.

Hari ini, Hari Ahad Wage. Pagi-pagi sekali si Budi segera berangkat menuju pasar burung Depok di Solo. Tepat pukul tujuh pagi, Budi sudah berada di tempat parkiran pasar burung Depok Solo. Suasana masih sepi. Kios-kios burung belum pada buka, hanya beberapa beberapa pemilik kios pakan yang sudah mulai sibuk menyiapkan dagangannya.

Budi melihat-lihat lingkungan pasar. Letak kios dan gang-gang pasar dia petakan. Hal ini dia lakukan dengan tujuan agar nanti ketika dia menelusuri kios-kiosnya tidak ada satu kios pun yang terlewati. Agar efisien waktu dan tenaga. Prinsipnya adalah bagaimana dengan waktu yang sesingkat-singkatnya dan dengan tenaga yang sesedikit mungkin, semua kios sudah bisa dirambah, dimasuki dan dicari bibit indukan terbaiknya. Dengan demikian, nanti tengah hari sudah mendapatkan beberapa pasang bibit indukan burung jalak suren dengan kualitas terbaik. Budi tidak mau main-main, pokoknya harus mendapatkan bibit yang terbaik, jangan sampai mendapatkan bibit indukan kelas dua, bisa rugi nanti. Begitu prinsip yang dipegang Budi dalam membeli bibit burung jalak suren dan jalak bali untuk ditangkarkan.

Matahari sudah mulai meninggi. Jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Semua kios sudah dibuka. Mulailah Budi menelusuri kios demi kios sesuai dengan peta telusur yang sudah dia persiapkan tadi pagi.

Lima belas kios sudah dia jelajahi dalam satu jam pertama. Namun, dia belum mendapatkan bibit burung jalak yang dia inginkan. Dia masih melanjutkan pencariannya. Di jam kedua dia menyelesaikan seluruh kios yang tersisa di blok pertama. Namun sayangnya dia belum juga mendapatkan burung yang memuaskan untuk dibeli. Tadi sih sudah ketemu ada beberapa ekor burung jalak suren yang bagus, tapi si Budi masih kurang sreg. Ini buat indukan maka harus yang terbaik, katanya dalam hati. Budi belum memutuskan untuk membelinya, dan melanjutkan ke kios berikutnya. Namun, di kios-kios selanjutnya ternyata tidak ditemukan burung yang lebih bagus. Pantangan baginya untuk balik ke kios yang tadi.

Tengah hari seluruh kios di pasar burung Depok Solo sudah habis dia masuki. Dengan sisa-sisa tenaga dia duduk di warung. Segelas es teh manis, menamani kecapekannya siang ini. Semua pikiran berkecamuk di kepalanya, “Tak ada sepasang burung jalak suren pun yang memenuhi kriteria untuk menjadi indukan yang produktif. Ada yang bagus, sehat dan lincah tapi kelaminnya kurang jelas dia jantan apa betina. Ada yang jelas jantan tapi napsu makannya tidak kuat. Ada yang badannya bongsor tapi bulunya rusak. Tadi ada juga sih yang masuk kriteria, burungnya sehat lincah, makannya lahap, tapi usianya terlalu kecil.”

Akhirnya selepas sholat Dzuhur si Budi pulang ke Klaten. Tangannya hampa, tak seekor burung pun yang dia bawa pulang. Semuanya tidak memenuhi kriteria. Ada beberapa burung yang cukup bagus sebenarnya, namun kiosnya sudah terlanjur dia tinggal dan berharap di kios berikutnya ada yang lebih bagus. Tapi ternyata sampai kios terakhir dia tidak menemukan.

Sore hari ketika Budi leyeh-leyeh di rumah, HP-nya berbunyi... telolet... telolet.... Oh, rupanya ada pesan dari Om Mudzakir. “Gimana, dapat jalak suren dan jalak bali berapa pasang, Mas Budi?" begitu tulis beliau di WA. “Gak dapat. Gak ada yang bagus,” jawab Budi singkat.

“Sebenarnya tadi saya sudah mau menemukan, tapi saya tidak jadi membelinya. Karena akau pikir mungkin yang di kios berikutnya ada yang lebih bagus bahkan sempurna sesuai kriteria saya. Tapi tanpa sadar ternyata di depan tinggal beberapa kios. Dan setelah sampai di kios yang terakhir, saya baru sadar ternyata yang saya temukan tadi adalah bibit jalak suren terbaik, dan saya sudah capek untuk mencari tadi adanya di kios mana.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun