Mohon tunggu...
Syam ibnu Ram
Syam ibnu Ram Mohon Tunggu... Human Resources - ASN

Pegiat Keayahan (https://www.ayahkeren.com/search/label/Kolom%20Ayah?&max-results=6)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Ketenteraman Hati Seorang Penangkar Burung Jalak Bali

1 Maret 2016   20:51 Diperbarui: 1 Maret 2016   21:34 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah . . . di suatu pagi yang cerah, pak Syam si penangkar burung jalak bali nDeso, pergi ke kota. Tepatnya pergi ke kota Surakarta Hadiningrat alias kutho Solo. Di pagi yang cerah tersebut pak Syam sudah macak dengan nyelithit karena akan pergi ke kota untuk plesir yaitu pergi melihat-lihat keindahan yang ada di kota.

Dari kota Klaten (bagian nDeso) pak Syam penangkar burung jalak bali nDeso naik bis antar kota jurusan Solo Jogjakarta, yag tentu saja dengan mengambil arah yang sebaliknya yaitu dari arah Yogyakarta menuju Solo.

Setelah perjalanan berlalu sekitar tiga perempat jam, sampailah bis yang dia tumpangi di daerah Manahan Kota Solo. Pak Syam penamgkar burung jalak bali nDeso pun turun dan berganti naik becak menuju pasar burung Depok.  Ealahhh . . . dasar Pak Syam ini penangkar burung jalak bali nDeso, sekali-kalinya pergi ke kota ya mung mau ke pasar manuk . . .

Pak Syam si penangkar burung jalak bali nDeso sengaja naik kereta tak berkuda itu agar bisa nyambi menikmati keindahan yang ada. Becak-becak tolong bawa saya . . . katanya dalam rengeng-rengeng sambil duduk di jog becak.

Sekitar sepuluh menit kemudian, keramaian kicau beburungan membuyarkan lamunan Pak Syam penangkar burung jalak bali nDeso tentang keindahan kota. Ooo . . . sudah sampai, itu suara burung kemriyek ramai banget. Itu suara burung-burung bernyanyi riang gembira, para menghuni kioas-kios Pasar Burung Depok Solo.

Pasar depok Solo adalah pasar burung terbesar di Jawa Tengah, bahkan mungkin terbesar di Indonesia setelah Pasar Burung Pramuka di Jakarta dan Pasar PASTY di Yogjokarto Hadiningrat.

Di sana banyak pengunjungnya. Kadang-kadang pada hari Minggu digelar latihan bersama burung kicauan atau kadang juga lomba burung beneran. . .

Berbagai macam spesies burung tersedia di sana. Ada kenari, sikatan, kacer dan murai. Ada burung dara, tekukur, kutut dan terucukan. Ada ayam, kalkun dan tupai. Ada iguana, ayam, burung hantu dan kelelawar. Pokoknya di sana lengkap sekali . . .

Setelah puas melihat-lihat burung, Pak Syam penangkar burung jalak bali nDeso berkeliling pasar untuk mencari pisang kepok, jangkrik alam dan ulat hongkong. Sampai di satu kios pak masuk dan bertanya,”Pisangnya sesisir berapa ya mas ?”. Sang penjaga kios tampak tidak memperhatikan kedatangan pak Syam. “Pisangnya sesisir berapa mas ?” tanya pak Syam lagi “Lima belas ribu,” jawab sang penjaga sekenanya. “Kalau jangkrik berapa mas satu onnya ?” tanya pak Syam. Kembali sang penjaga asyik nyemproti jalak surennya tanpa sedikitpun menghiraukan pembeli. “Mas jangkrik satu on berapa ?” kembali pak Syam bertanya. “Ooo . . . jangkrik ... sebelas ribu mas,” jawabnya singkat. “Wuuiihh . . . mahal amat !” bisik hati pak Syam.

“Pisang satu sisir, jangkrik setengah kilo ya mas . . .” kata pak Syam. Sang penjual masih asyik dengan semprotannya, sesekali mengisap rokok kreteknya yang tinggal sak umprit itu.

Masih dengan ketelatenan tingkat tinggi pak Syam mengambil sendiri pisang sambil disodorkan ke penjaga kios.” Mas pisang satu sisir, jangkrik setengah kilo dan ulat hongkong seperempat kilo.” Kata pak Syam. “Iya sabar ya pak !” kata penjaga kios masih asyik dengan burung jalak surennya.

Kang Bonang yang sedari tadi menemani pak Syam, sangat heran, kok mau-maunya pak Syam membeli pakan burung di kios seperti ini. Memang sih pisangnya bagus-bagus, jangkriknya jangkrik alam yang sehat-sehat. Tapi kalau pelayanannya seperti ini kalau saya jelas ora sudi. Beberapa kali mas Bonang protes kepada pak Syam.

“Kok pak Syam betah to sama bakul pakan kayak gitu. Kalau aku ra sudi. Wong kios pakan burung di sini juga banyak kok, pelayanan mereka juga ramah-ramah !” protes kang Bonang.

“Lo ya jangan begitu. Pisang di sini terkenal paling bagus. Dia gak mau kulakan pisang sembarangan. Pisangnya tua, bahkan sebagian ada yang sudah mateng di pohon. Coba bandingkan dengan kios lain . . . nanti lak beda” jawab pak Syam santai. “Dan jangkriknya.... jangkrik alam mas.” tambahnya

“Iya aku tahu, tapi pelayanannya itu lo... kayak orang lagi kebanyakan utang saja, merengut terus, tidak ada senyumnya sama sekali, apa bisu dia itu... kayak kacer kembang macet... gak ada suaranya. ! ujar kang Bonang ketus.

“Heh . . .kok malah kamu yang emosi...emosimu melebihi ...manyunnya dia, berarti kamu tidak lebih baik dari dia. Kamu gampang ketularan emosi negatif orang lain” jawab pak Syam.

“Kalau aku jelas gak mau. Aku tidak mau orang lain menjajah pikiranku. Yang manyun biarlah dia sendiri saja. Keperluanku ke sini adalah mencari pisang kepok yang tua dan mateng, jangkrik alam yang sehat-sehat. Aku tidak ada urusan dengan pelayanan yang tidak ramah, dicueki dan lain-lain,” jawab pak Syam panjang lebar.

“La gimana saya geregeten banget, jualan kok begitu,” jawab kang Bonang masih dengan wajah cemberut.

“Lo itu kan dia. Kenapa kita mesti ketularan emosi dia. Dia tidak sopan, cuek, cemberut itu urusan dia. Gak ada kaitannya dengan kita. Biarin saja, kita gak usah ikut-ikutan berakhlaq negatif seperti itu. Kalau kita sampai terpengaruh berarti kita telah mempersilakan dia untuk menjajah emosi kita. Gitu kang Bonang. Dan itu jangan sampai terjadi. Pikiran kita mesti merdeka, kita sendiri yang mengaturnya. Sebagai penangkar burung merdeka kita tidak boleh dijajah oleh penjual burung yang belum merdeka. Oke kang Bonang . ..karena kita sendiri yang bertanggung jawab terhadap diri kita.”

Kata-orang-orang bijak, tindakan kita sangat rentan untuk dipengaruhi orang lain. Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa tindakan orang lain sangat potensial mempengaruhi perilaku kita. Misalnya ketika ada orang lain yang berlaku buruk kepada kita, kadang kita cenderung untuk membalasnya dengan perbuatan serupa atau bahkan kadang lebih buruk lagi. Mereka cuek, kita cuekin berlipat, mereka tidak sopan kita balas dengan dijagul bokonge . . . misalnya lo ya . . .

Coba sekarang mari kita kritisi tindakan tersebut. Apa untungnya kita ikut-ikutan berlaku buruk. Gak ada. Apa jadinya kalau untuk berbuat baik kita harus menunggu ada orang yang berbuat baik kepada kita. Mengapa tidak justru kita yang mengawali berbuat baik agar orang lain terinspirasi untuk melakukan kebaikan ? Misalnya seperti pengalaman pak Syam seperti di bawah ini.

Pak Syam penangkar burung jalak bali nDeso ini beberapa kali hampir tertipu pembeli burung jalak bali yang berniat tidak baik. Tapi alhamdulillah dari beberapa kali percobaan penipuan itu berkedok pembelian burung jalak bali, “baru” satu kali pak Syam mengalami transaksi penjualan burung jalak bali yang tidak mengenakkan. Di mana setelah burung jalak bali pesanan si pembeli diantar ke rumahnya, ternyata janji pelunasan hanya tinggal janji. Bahkkan sampai tulisan ini dibuat janji orang yang bersangkutan belum juga terpenuhi. Sudah sekitar lima bulan belum dilunasi. Apakah pak Syam kecewa ? Ya tentu saja kecewa ? Apa pak Syam tidak melakukan penagihan aktif ke rumahnya. Ya melakukan penagihan aktif tapi hanya melalui telepon, WA dan telegram, namun hasilnya sampai hari ini masih nihil

Namun ada satu hal yang patut di catat; di tengah kekecewaan itu, pas umroh Bulan Desember kemarin, di masjid Nabawi persisnya di dekat Rhoudhoh pak Syam masih menyempatkan diri untuk memanjatkan doa kepada si pembeli burung dari Bandung itu agar kiranya Allah berkenan memberikan kesuksesan pada bisnis distro yang dimilikinya, dan karir di perusahaan IT di sebuah perusahaan yang dimiliki oleh Prof DR Dimitri Mahayana tersebut.

Sudah gitu, pada waktu thowaf di Baitullah pak Syam masih menyempatkan untuk mengulang doa yang sama. Di tengah kekecewaan itu pak Syam masih tidak tega untuk berdoa yang jelek-jelek bagi dia, mengingat dua tempat yang saya sebutkan tadi adalah dua tempat yang cukup istijabah untuk berdoa.

Beberapa hari setelah pulag dari umroh pak Syam mendapatkan kiriman WA dari yang bersangkutan, memintqa ijin untuk membayar dengan cara mencicil. Pak Syam menyetujui, walaupun sebenarnya pak Syam lebih senang memilih agar burungnya di kembalikan saja kemudian pak Syam memberi ganti rugi atas biaya pakan perawatannya selama ini. Sayang yang bersangkutan tidak bisa dihubungi lagi

Namun begitu pak Syam tidak mau larut dalam persoalan orang tersebut. Walau dengan hati yang berat dan belum bisa mengikhlaskan, pak Syam tidak mau terbawa dalam persoalan orang tersebut. Dan ini adalah kejadian pertama sepanjang pengalaman pak Syam dalam menanagkarkan burung di mana burung dilepaskan ke pembeli sebelum burung dilunasi . sebelumnya pak Syam tidak pernah melepas burung jalak balinya berpindah tangan ke pembeli sebelum burung jalak bali tersebut dilunasi. Pengalaman pertama yang pahit . . .

Tetap jaga hati dalam kejernihannya agar fikiran kita tak terkontaminasi elemen negatif orang lain . . .begitulah cara menjaga ketenteraman hati ala tukang burung jalak bali. Bagaimana cara anda ?

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun