Namun ada satu hal yang patut di catat; di tengah kekecewaan itu, pas umroh Bulan Desember kemarin, di masjid Nabawi persisnya di dekat Rhoudhoh pak Syam masih menyempatkan diri untuk memanjatkan doa kepada si pembeli burung dari Bandung itu agar kiranya Allah berkenan memberikan kesuksesan pada bisnis distro yang dimilikinya, dan karir di perusahaan IT di sebuah perusahaan yang dimiliki oleh Prof DR Dimitri Mahayana tersebut.
Sudah gitu, pada waktu thowaf di Baitullah pak Syam masih menyempatkan untuk mengulang doa yang sama. Di tengah kekecewaan itu pak Syam masih tidak tega untuk berdoa yang jelek-jelek bagi dia, mengingat dua tempat yang saya sebutkan tadi adalah dua tempat yang cukup istijabah untuk berdoa.
Beberapa hari setelah pulag dari umroh pak Syam mendapatkan kiriman WA dari yang bersangkutan, memintqa ijin untuk membayar dengan cara mencicil. Pak Syam menyetujui, walaupun sebenarnya pak Syam lebih senang memilih agar burungnya di kembalikan saja kemudian pak Syam memberi ganti rugi atas biaya pakan perawatannya selama ini. Sayang yang bersangkutan tidak bisa dihubungi lagi
Namun begitu pak Syam tidak mau larut dalam persoalan orang tersebut. Walau dengan hati yang berat dan belum bisa mengikhlaskan, pak Syam tidak mau terbawa dalam persoalan orang tersebut. Dan ini adalah kejadian pertama sepanjang pengalaman pak Syam dalam menanagkarkan burung di mana burung dilepaskan ke pembeli sebelum burung dilunasi . sebelumnya pak Syam tidak pernah melepas burung jalak balinya berpindah tangan ke pembeli sebelum burung jalak bali tersebut dilunasi. Pengalaman pertama yang pahit . . .
Tetap jaga hati dalam kejernihannya agar fikiran kita tak terkontaminasi elemen negatif orang lain . . .begitulah cara menjaga ketenteraman hati ala tukang burung jalak bali. Bagaimana cara anda ?
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H