Suatu senja, di musim yang lalu . . .
Seorang penangkar burung jalak bali memanggil anaknya,”Nak sinilah anakku. Lihatlah di lantai kandang itu,” kata sang ayah sambil menunjuk ke lantai kandang yang dia maksud. “Cangkang telur jalak bali yang berserakan itu pertanda bahwa burung kita sudah menetas.” Sang anak yang masih duduk di Sekolah Dasar itupun mengangguk tanda mengerti.
Bulan berikutnya, di senja yang sama, sang anak berteriak memanggil ayahnya,”Ayah . . .ayah sini dong. Burung jalak bali kita sudah menetas lagi. Lihat itu ayah, cangkang telur burung jalak bali berserakan di lantai kandang,” kata sang anak sambil menunjuk ke lantai kandang yang dia maksud. “Cangkang telur jalak bali yang berserakan, itu pertanda bahwa burung kita sudah menetas kan Ayah ?” kata sang anak meyakinkan ayahnya dengan kalimat tanya.
Sang ayah terdiam. Rupanya dia sedang berfikir untuk memilih kalimat yang tepat, agar kata ‘bukan’ yang akan dia ucapkan, tidak sampai mematahkan semangat anaknya untuk mengerti lebih dalam tentang hakikat kehidupan dalam sebutir telur.
Namun sampai maghrib menjelang sang ayah belum menemukan kalimat yang tepat. Adzan mangrib berkumandang, dan iqomatpun pelan-pelan suaranya menghilang. Setelah merampungkan dzikir dzikir petang (ma’tsurot) beliau mengambil sebuah papan kayu. Dengan sebuah batu kapur ditulislah beberapa wejangan untuk anaknya kelak jika sudah besar.
Jika telur jalak bali ini pecah karena terjatuh dari gelodok sarangnya, maka kehidupan dalam telur berakhir, tidak ada piyik jalak bali yang menetas. Itulah akhir kehidupannya di dunia.
Tapi jika telur burung jalak bali dipecahkan oleh kekuatan dari dalam, yakni oleh kekuatan si piyik jalak bali sendiri, maka ini berarti kehidupan baru telah lahir. Itulah tradisi di alam, di mana hal-hal besar selalu dimulai dari dalam dirinya sendiri.
Memang Allah tidak pernah menjanjikan bahwa langit itu selalu biru, awan selalu putih, mendung selalu berarti hujan, bunga selalu mekar, mentari selalu bersinar, telur selalu menetas.
Tapi camkan dalam hatimu wahai anakku, Allah selalu memberi peluang bahkan di amuk badai sekalipun, megirimkan benih senyuman di setiap butiran air mata kita, menyelipkan pelajaran di setiap cobaan yang menimpa kita dan memberi jawaban di setiap doa kita.
Dalam hidup ini sebesar apapun badai yang menerpamu, di sana selalu ada ibroh dan peluang. Karena itu langgengkanlah doamu dan lanjutkanlah perjuanganmu. Yakinlah bahwa Dia sudap siap untuk menjawab do’amu, semuluk apapun pintamu.
Nak ke sinilah nak, mendekatlah kepadaku. Akan ku bisikkan kata-kata pengajaran Tuhanmu. Sekarang lihatlah kandang burung jalak bali kita itu . . .
Dunia tempat kita berpijak ini tak ubahnya sebuah kandang burung jalak bali. Kita semua ini adalah para burung itu . . .
Di kandang burung jalak bali kita, kau akan menemukan banyak tantangan maka hadapilah
Di kandang burung jalak bali kita,juga banyak anugerah maka terimalah
Menangkarkan burung jalak bali itu ibarat pertandingan sepak bola maka ciptakan gol-gol indah
Dan jangan kau remehkan di kandang burung jalak bali kita, itu ada tugas untuk membiayai kebutuhan keluargamu, maka selesaikanlah
Di kandang burung jalak bali kita, ada cita-cita yang bisa kau gantungkan maka capailah
Di kandang burung jalak bali kita, kau akan temukan banyak filsafat kehidupan maka singkaplah
Di kandang burung jalak bali kita, kau akan temukan banyak kesempatan maka ambillah
Di kandang burung jalak bali kita, ada banyak keindahan maka bersyukurlah
Di kandang burung jalak bali kita, ada banyak teka-teki maka pecahkanlah
Menangkarkan burung jalak bali itu hanyalah hiburan, maka nikmatilah
Tak terasa adzan isya’ segera berkumandang. Sang penangkar burung jalak bali menggandeng tangan anaknya menuju masjid untuk menunaikan panggilanNya.
Diperjalanan, sepulang dari masjid, tiba-tiba di benak sang penangkar burung jalak bali terselip kalimat hikmah “Satu hal yang membuat kita terus maju adalah kegigihan kita dalam berusaha, dan yang terus membuat kita kuat adalah harapan yang tak putus-putus kita dengungkan lewat doa-doa kita”
(Dijumput dari hikmah yang berserakan (pak Syam penangkar burung jalak bali klaten, 081280543060)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI