Konon kata orang-orang bijak, kebesaran sebuah bangsa bisa ditilik dari besarnya rasa hormat anak-anak bangsanya kepada para pahlawannya. Jika anda sepakat dengan pandangan ini, maka anda juga akan sepakat kalau saya katakana bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Karena anak-anak bangsa ini begitu hormat dengan para pahlawannya.
Lihatlah berbagai peringatan yang digelar oleh anak-anak bangsa ini. Tujuh belas Agustus sebagai hari kemerdekaan selalu dipenuhi dengan antusiame yang tinggi. Berbagai lomba digelar; lomba makan krupuk, panjat pinang, sepak bola sarung, gaple dan lain-lain. Begitu meriah.
Demikian juga peringatan hari pahlawan yang jatuh pada tiap tanggal 10 November. Pada peringatan itu tabur bunga di makan para pahlawan dilakukan oleh pejabat negara baik sipil maupun militer, terutama pada level puncak pimpinan mereka.
Demikian juga dengan hari ini saat kita memperingati hari kelahiran RA Kartini. Kita tahu beliau adalah tokoh besar dan pahlawan Bangsa Indonesia. Beliau adalah pejuang yang membebaskan kaum perempuan dari belenggu yang mengikat kaki dan lehernya. Dari perjuangan beliau maka perempuan Indonesia bisa melepaskan belenggu tersebut. Rawe-rawe rantas, malang-malang tuntas. Dan hasilnya, kini wanita sudah setara dengan pria.
Sebagai pahlawan dari sebuah negara besar sudah tentu hari kelahiran Kartini juga diperingati secara meriah. Anak sekolah sejak dari level TK sampai Sekolah Menengah Umum memperingati mereka dengan cara mengenang jasa-jasanya, dengan menapak tilasi perjuangannya melalui baju tradisional jawa sebagai model baju yang konon dulu di pakai oleh RA Kartini. Berbagai kantor pemerintah disamping mewajibkan pegawainya memakai busana daerah mereka juga menggelar berbagai lomba. Sangat meriah . . .
Bahkan sebuah direktorat jenderal dari kementerian yang cukup mentereng menginstruksikan seluruh kantor mulai dari pusat hingga ke pelosok daerah untuk menyambut peringatan hari kelahiran Kartini dengan full semangat. Maka atas inisiatif kantor masing-masing digelarlah berbagai lomba mulai dari memasak nasi goreng, lomba makan nasi goreng, merangkai bunga dan lain-lain. Di tempat lain digelar sepak bola sarung, lomba gaple, membuat busana dari koran dan lain-lain. Suasana lomba benar-benar meriah karena mereka sadar bahwa mereka sedang memperingati pahlawan bangsanya.
Â
Â
Salah satu pejabat Pemerintahan Kota Surabaya saat mengikuti lomba makan kerupuk di Taman Surya (foto diambil dari kompasiana)
Sekarang keyakinan anda bertambah bukan, bahwa Bangsa Indonesia ini memang benar-benar sebuah bangsa yang besar ? Dari sedikit paparan di atas terlihat bahwa, anak-anak bangsa ini dari berbagai lapisan mulai dari pegawai pemerintah biasa sampai ke pejabatnya, begitu antusias dalam memperingati momen-momen yang berkaitan dengan sejarah perjuangannya. Itu bukti bahwa bangsa Indonesia memang bangsa besar. Iya to ?
Lihatlah mereka begitu bersemangat saat melaksanakan lomba memasak nasi goring, lomba makan kerupuk, membuat baju dari koran, merangkai bunga, memasukkan potlot dalam botol, panjat pinang, gaple dan sejenisnya itu saat memperingati hari kemerdekaan, hari pahlawan maupun peringatan hari kelahiran Kartini seperti hari ini.
Memang benar bangsa ini adalah bangsa besar, karena para pahlawannya yang dulu mati-matian merebut kemerdekaan itu, kini di peringati dengan lomba makan kerupuk dengan meriah. Horeee . . . !!!
Memang benar bangsa ini adalah bangsa besar, karena para pahlawannya yang dulu mati-matian merebut kemerdekaan kini di peringati dengan lomba makan nasi goreng dengan gegap gempita. Horeee . . .!!!
Memang benar bangsa ini adalah bangsa besar, karena para pahlawannya yang dulu mati-matian merebut kemerdekaan kini di peringati dengan lomba gaple dengan antusias. Horeee . . .!!!
Memang benar bangsa ini adalah bangsa besar, karena para pahlawannya yang dulu mati-matian merebut kemerdekaan kini di peringati dengan memakai busana daerah yang berwarna-warni sebagai tanda cinta tanah air. Horeee . . .!!! Tepuk tangan dooonnnggg . . . !!!
Tapi dari berbagai kemeriahan peringatan tersebut rasanya kok ada yang aneh ya . . .???
Apa ya kira-kira relevansi antara nilai yang di perjuangkan RA Kartini dengan menggelar lomba masak nasi goring ? Mungkin karena dalam keduanya ada perjuangan. Jangan sangka lo bahwa menggoreng nasi itu gak perlu perjuangan . . .
Apa ya kira-kira relevansi antara nilai yang di perjuangkan para pahlawan yang merebut kemerdekaan dengan menggelar lomba panjat pinang ? Mungkin karena dalam keduanya ada perjuangan. Jangan sangka lo bahwa memanjat pinang itu gak perlu perjuangan . . .
Apa ya kira-kira relevansi antara nilai yang di perjuangkan para pahlawan saat bertempur di Surabaya tanggal 10 November 1945 dengan menggelar lomba sepak bola pakai sarung ? Mungkin karena dalam keduanya ada perjuangan. Jangan sangka lo bahwa main bola sarung itu gak perlu perjuangan . . .
Kira-kira begitu pola pikir mereka barang kali ya . . .
Kalau begitu pola pikirnya, saya membayangkan betapa sedihnya para pahlawan itu di alam baka, begitu mereka melihat bahwa anak-anak bangsa ini memperingati hari kemerdekaannya dengan cara seperti itu.
Â
foto dokumen pribadi
Dan ibu kita Kartini, karena beliau seorang perempuan mungkin beliau akan lebih banyak menangis. Menangis karena melihat kenyataan bahwa bangsa ini mewarisi nilai-nilai perjuangannya dengan cara menggelar lomba bikin nasi goreng, makan kerupuk, main gaple, tabur bunga dan lain-lain . . .
Mau di bawa ke mana arah bangsa ini, jika makan nasi goring saja sudah dianggap menghormati jasa pahlawan bangsanya . . .sepak bola pakai sarung sebagai bagian dari memulyakan pahlawan bangsanya . . . panjat pinang sebagai tanda cinta tanah air . . . gaple untuk meneruskan cita-cita para pahlawan . . .
Ibu . . .
Ibu Kartini . . .
Saya hanya ingin minta tolong sama Ibu . . .
Penjenengan saya mohon untuk menangis mewakili para pahlawan kita . . .
Bahkan saya mohon ibu untuk menangis lebih lama lagi bu . . .
Mau ya bu . . .
Karena jika Ibu tahu, di kedalaman pikiran anak-anak bangsa ini, lebih parah lagi bu . . .sering kali yang ada dalam benak mereka hanya hura-hura, jauh dari nilai yang dulu ibu dan para pahlawan itu perjuangkan bu . . .
Â
Walaupun Jenderal Sudirman, Bung Tomo, Pangeran Diponegoro dll juga sangat sedih . . .
Saya mohon Ibulah yang harus mewakili kesedihan hati para pahlawan itu . . .
Karena Jenderal Sudirman, Bung tomo, Pangeran Diponegoro, sebagai lelaki, sesedih apapun hati mereka melihat ekspresi anak bangsa ini, beliau pantang untuk menangis . . .
Â
Dan tolong bu . . .jangan sampai Pangeran Diponegoro mencabut kerisnya kembali . . .
Ibu . . .
Menangislah sepuas hati ibu . . .
Bahkan kalau perlu sekeras-keras suara tangis yang ibu mampu . . .
Agar mereka mengerti bahwa para pahlawan bangsa ini sangat bersedih, karena nilai-nilai yang mereka perjuangkan, kini dilanjutkan dengan panjat pinang, lomba bikin nasi goreng, gaple dan semacamnya . . .
Â
Lebih parah lagi, mereka merasa tidak bersalah sama sekali dengan itu semua . . .
Maafkan kami yang masih waras ini bu . . .
Karena kami tidak mampu berbuat apa-apa  . . .hik . . .hik . . .hik . . .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H