Mohon tunggu...
Syam ibnu Ram
Syam ibnu Ram Mohon Tunggu... Human Resources - ASN

Pegiat Keayahan (https://www.ayahkeren.com/search/label/Kolom%20Ayah?&max-results=6)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menjual Burung Jalak Bali dengan Hati

12 Februari 2015   15:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:21 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa bersalah itu semakin terasa menyelusup ke dalam hati ini. Rasa bersalah yang timbul akibat dari salah duga. Saya menduga Mas Rizal Hamada ( begitu nama profil di BB-nya) sedang ada tugas kantor dari Bali ke Purwokerto untuk urusan proyek di perusahaannya. Sementara mas Rizal menduga saya hari ini ada di rumah sedang mengurusi penangkaran burung jalak bali milik saya.

Dugaan saya bahwa mas Rizal sedang ada tugas kunjungan kerja ke Purwokerto muncul karena keseharian beliau bekerja di sebuah perusahaan di Pulau Bali sedangkan sejak kemarin posisi beliau ada di Purwokerto. Seketika timbul dugaan bahwa beliau sedang ada tugas kerja ke Purwokerto. Layaknya seorang yang sedang melakukan perjalanan dinas maka dia pergi bersama teman satu kantornya, tidak bersama keluarga.

Sementara mas Rizal menduga saya sedang berada di rumah, karena layaknya sebagai seorang penangkar burung jalak bali, maka saya akan selalu merawat kandang penangkaran saya setiap hari. Padahal hari ini saya sedang tidak ada di rumah, saya sedang berada di luar kota sampai jum’at besok, hari sabtunya saya baru ada di rumah.

Terus apa masalahnya sehingga kesalahan dugaan itu sampai menyebabkan rasa bersalah yang menyelinap di hati seperti dalam kalimat pembuka di atas ? Begini ceritanya.

Semalam sekitar pukul 19.06 saya menerima permintaan dari Mas Rizal Hamada yang masuk di BB agar invite pin-nya di setujui. Setelah saya setujui akhirnya kami terlibat obrolan di BB tentang jalak bali. Intinya beliau berminat untuk membeli anakan burung jalak bali dari hasil penangkaran saya.

Sebenarnya permintaan untuk membeli anakan burung jalak bali dari hasil penangkaran saya, adalah hal yang sering saya terima, karena memang banyak sekali orang yang berminat membeli burung jalak bali baik untuk dijadikan koleksi maupun untuk ditangkarkan. Sayangnya memang akhir-akhir ini saya sering kehabisan stok anakan burung jalak bali.

Di rumah sih memang masih ada 6 pasang anakan jalak bali, tapi semuanya berstatus pesanan orang. Yang 2 pasang pesanan pak Syahrum dari Medan, 1 pasang pesanan pak Vijay dari Semarang, 1 pasang pesanan Bahrul Ulum dari Gresik yang 2 pasang pesanan orang bali yaitu pak Agung dan pak Sutarma.

Dari bbm semalam Mas Rizal nampak ingin sekali memiliki burung jalak bali. Dengan niat untuk membantu agar segera bisa memiliki burung jalak bali maka saya janjikan kepada beliau bahwa saya akan melakukan negosiasi ulang dengan para pemesan tersebut.

Foto : dokumen pribadi

Maka negosiasipun saya lakukan. Tapi ternyata negosiasi saya tidak berhasil karena pemesan tidak setuju. Mereka tidak ingin terlalu lama menunggu untuk bisa menikmati keindahan burung jalak bali pesanannya.

Dengan berat hati, akhirnya saya sampaikan ke Mas Rizal bahwa saya gagal melakukan negosiasi. Dan kepada beliau saya minta untuk tetap mampir bersilaturahim dengan maksud sebagai survey awal untuk lebih mengenal bagaimana cara menangkarkan burung jalak bali. Saya menawarkan untuk melihat kandang, karena biasanya para calon penangkar banyak yang tidak tahu kandang jalak bali itu seperti apa ukurannya berapa, property yang dibutuhkan dalam kandang apa saja dan lain-lain. Saran saya disetujui oleh Mas Rizal. Kemudian saya meminta agar mampirnya nanti agak sorean saja.

Siang hari sebelum dhuhur saya kontak “Kira-kira sampai klaten jam berapa mas ?” Terus dijawab kira-kira jam 7 atau 8 malam sampai di klaten.

Menjelang jam 14.00 siang hp saya drop, baterainya habis sama sekali. Kemudian saya charge sampai sekitar jam 16.00 sore dalam kondisi hp saya matikan.

Rupanya pada jam ketika hp mati ini mas Rizal berkali-kali menelepon dan ngontak lewat bbm. Karena hp saya sedang tidak aktif maka panggilan-panggilan tersebut tentu saja tidak tersambung. Sedangkan saya tenang-tenang saja wong saya kira mas Rizal sampai klaten sekitar jam 7 malam.

Namun betapa terkejutnya saya ketika sekitar jam 16.31 saya menghidupkan hp, kemudian kirim bbm “Mas nanti kalau sudah sampai di Klaten, bbm saja “. Ternyata bis yang beliau tumpangi sudah melaju melewati Klaten.

Beliau tidak jadi mampir ke rumah saya karena ketika bis yang ditumpangi sampai di klaten beliau mengontak saya tapi tidak nyambung, karena memang hp saya sedang saya charge dan kondisinya mati. Sementara beliau belum tahu alamat saya, ditambah kondisinya hujan dan sudah menjelang maghrib pula. Karena itu kemudian beliau memutuskan untuk tidak jadi mampir, dan langsung mengikuti bis arah ke Surabaya. Saya merasakan pasti ada perasaan yang “tidak enak” dalam hati beliau.

Hal inilah yang menyebabkan timbulnya rasa bersalah sebagaimana saya sebutkan di awal tulisan ini.

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana mas Rizal besok akan bercerita kepada orang tua / metua serta istrinya di Banyuwangi. Sore hari saya baru tahu kalau beliau sedianya akan pulang dari Purwokerto ke Banyuwangi dengan naik kereta api bersama mertua / orang tua dan istrinya. Dan rencananya naik kereta api pagi, sehingga sore harinya bisa sampai di rumah di Banyuwangi.

Tetapi karena ada rencana mampir ke tempat saya, maka beliau memutuskan untuk naik bis sendirian, sementara mertua / orangtua bersama istrinya tetap naik kereta api sesuai dengan rencana semula. Mengubah rencana perjalanan yang semula berombongan menjadi terpecah ini tentu bukan hal yang gampang, ditambah lagi adanya “insiden” yang menyebabkan beliau tidak bisa mampir. Sekali lagi hal ini tentu bukan hal yang gampang untuk diterima. Apa lagi ini perjalanan jauh.

Saya bisa merasakan betapa tidak enaknya kondisi ini. Saya berkali-kali melakukan perjalanan Solo - Banyuwangi yang bisa makan waktu lebih dari 15 jam. Saya dulu sering merasakan kebosanan di atas bus PO Sumber Kencono, saat mudik ke Banyuwangi, terutama saat masih bujang.

Saat masih bujang dulu dan masih bekerja di Solo saya setiap lebaran mudik ke Banyuwangi. Perjalanan yang panjang dan memakan waktu lama itu saya lakukan setiap tahun, pas lebaran.

Saya hanya bisa berharap semoga tulisan ini kelak bisa membantu mas Rizal dalam menerangkan kepada mertua / orang tua serta istrinya bahwa pengalaman yang terjadi kali ini memang sesuatu yang di luar kemampuan. Namun sudah kadung terjadi. Maaf saya yang sebesar-besarnya semoga bisa mengobati rasa kecewa karena tidak bisa mampir.

Semoga lebaran tahun ini pas saya mudik ke Banyuwangi, saya berkesempatan untuk mampir di rumah beliau di Muncar Banyuwangi, Aamiin. Sekali lagi mohon maaf juga untuk mertua / orang tua dan istrinya mas Rizal.

Semua akan terasa indah pada saatnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun