Petunjuk Pembacaan:
Bagi yang menganggap tulisan ini lucu, silahkan cek lagi. Bukan tulisannya yang lucu tapi isi ceritanya. Bagi yang menganggap isi ceritanya nggak lucu, ya nggak papa juga, toh saya memang tidak butuh dianggap, saya butuhnya minum es jeruk di siang hari yang panas ini.
*#86*
Pagi hari seperti biasa Umi Ngikik berangkat kerja ke Jakarta. Dari rumahnya menuju setapsiun kereta dia melalui jalanan sempit dan berdebu di distrik Tjileboet. Ternyata hari itu bengsin yang ada di motor Umi Ngikik hamper habis. Dia minggir sebentar dan menghentikan laju motornya, bukan mau mengisi bengsin tetapi minta pertimbangan dulu ke suaminya sebaiknya bagaimana menghadapi situasi begini.
“Mas, ini bengsine arep habis, gimana enaknya? Diisi apa nggak?”
“Hla kamu bawa uang nggak?”
“Ya bawa to masak ndak bawa”
“Ya udah diisi saja bengsinnya”
“Hlo bengsin kok diisi, yang diisi itu tangki bengsin, Mas”
“SKPD lah”
“SKPD apaan, Mas?”
“Sekarepmu nDes”
Akhirnya setelah telpon-telponan dengan Suaminya eh Masnya yang menghabisnya pulsa 300 rupiah Umi Ngikik mencari pom bengsin terdekat.
Saking sayangnya Tuhan sama Umi Ngikik tak jauh dari tempat dia berhenti tadi ada pom bengsin. Umi Ngikik langsung membelokkan tunggangannya ke pom bengsin. Setelah mengantri beberapa saat akhirnya giliran Umi Ngikik diisi tangki bengsinnya.
“Dari nol ya, Bu”
“Ndak, saya dari Tjileboet”
“#@$%&*()_+!@#$$”
Disponsori dan direstui langsung tanpa perantara oleh @umi-ngikik @KoplakYoBand
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H