Bel tanda istirahat berbunyi. Tampak Bu Surti dan Bu Fika diskusi di ruang. Bu Surti tampak serius bercerita tentang muridnya di kelas saat mengajar. Bu Surti merasa kuwalahan dengan kelakuan murid-muridnya. Menurut Bu Surti banyak dari muridnya yang tak menghargainya. Hal ini dialaminya saat mengajar.Saat mengajar, banyak dari murid-muridnya yang tak memperhatikannya. Ada yang berbicara sendiri, ada yang melamun, bahkan ada yang berpindah-pindah tempat asyik dengan kegiatanya. Saat ditegur mereka tenang, namun fikiran mereka kosong.Â
Sebenarnya Bu Surti ingin berlaku keras pada siswanya, tapi dia takut terkena Undang-undang perlindungan anak jika melakukan hal tersebut. Diskusi dengan teman sejawat memang diperlukan untuk mencari solusi permasalahan di kelas.Memang benar, kita tidak bisa memaksa kehendak kita kepada siswa bahkan kepada semua orang di luar diri sendiri. Setiap orang memiliki kehendak masing-masing. Orang yang mau kita perintah itu bukan berarti kita bisa memerintah orang itu.Â
Sebenarnya orang yang kita perintah mau melakukan perintah kita karena orang tersebut memang dari hatinya/kehendaknya mau kita perintah. Jadi untuk siswa kita, sebenarnya kita hanya bisa menuntun siswa kita itu.Siswa dari rumah sudah memiliki bekal karakter dan pengetahuan masing-masing. Sebagai guru  di sekolah, kita tidak bisa menganggap siswa kita itu hanya sebagai kertas kosong. Siswa kita itu sudah memiliki potensi baik dan buruk. Tinggal tugas kita menebalkan kompetensi atau karakter baik itu sehingga siswa kita dapat tumbuh dengan selamat dan bahagia.
Seperti diketahui bahwa di kelas siswa memiliki tingkat kesiapan belajar, minat, bakat, dan gaya belajar yang berbeda satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, mereka kita perlu menyiapkan pelayanan yang berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai.Saat ini di sekolah sedang menggunakan kurikulum merdeka untuk kegiatan pembelajaran di kelas. Di kurikulum merdeka ini ada istilah pembelajaran diferensiasi.Â
Pembelajaran diferensiasi merupakan proses belajar mengajar dimana peserta didik dapat mempelajari materi pelajaran sesuai dengan kemampuan, apa yang disukai, dan kebutuhannya masing-masing sehingga mereka yang disukai, dan kebutuhannya masing-masing sehingga mereka tidak frustasi dan merasa gagal dalam pengalaman belajarnya (Breaux dan Magee, 2010; Fox & Hoffman, 2011; Tomlinson, 2017)Di dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru memperhatikan kesiapan belajar siswa, minat bakat dan gaya belajar
 Guru tidak bisa memaksa siswa, tetapi guru dapat berkuasa membuat konten, melakukan proses pembelajaran dan menentukan produk serta membuat lingkungan belajar yang nyaman bagi siswa sehingga mereka dapat belajar dengan nyaman. Dengan pembelajaran diferensiasi dapat memerdekakan siswa, karena pembelajaran tidak menuntut siswa harus sama, karena siswa memiliki keunikan sendiri-sendiri.
Dalam pembelajaran diferensisasi guru harus memahami dan menyadari  tidak ada hanya satu cara, metode, strategi yang dilakukan dalam mempelajari suatu bahan pelajaran. Guru perlu menyusun  bahan pelajaran, kegiatan-kegiatan, tugas-tugas harian baik yang dikerjakan di kelas maupun yang di rumah, dan asesmen akhir sesuai dengan kesiapan peserta didik-peserta didik.
Ciri-ciri pembelajaran diferensiasi:
Bersifat proaktif: secara proaktif dari awal sudah mengantisipasi kelas yang akan diajarnya dengan merencanakan pembelajaran.
Menekankan kualitas dibandingkan kuantitas. kualitas tugas lebih disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
Berakar pada asesmen. Guru selalu mengakses para peserta didik dengan berbagai cara untuk mengetahui keadaan mereka dalam setiap pembelajaran guru dapat menyesuaikan pembelajarannya dengan kebutuhan mereka.
Menyediakan berbagai pendekatan dalam konten, proses pembelajaran, produk yang dihasilkan dan lingkungan belajar. ada 4 unsur yang dapat disesuaikan dengan tingkat kesiapan peserta didik dalam mempelajari materi, minat, dan gaya belajar mereka.
Berorientasi pada peserta didik. banyak mengatur waktu, ruang, dan kegiatan  yang akan dilakukan peserta didik daripada  menyajikan informasi kepada peserta didik.
Merupakan campuran dari pembelajaran individu dan klasikal. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk kadang-kadang belajar bersamasama secara klasikal dan dapat juga belajar secara individu.
Bersifat hidup.
 berkolaborasi dengan peserta didik terus menerus termasuk untuk menyusun tujuan kelas maupun individu dari para peserta didik.
Pentingnya pembelajaran diferensiasi. Pembelajaran yang berdiferensiasi memungkinkan guru untuk memberi peserta didik dukungan yang mereka butuhkan, yang sangat mungkin berbeda-beda satu sama lain. Pertama menantang peserta didik yang cerdas. untuk menggali pembelajaran secara lebih dalam. menyediakan dukungan bagi peserta didik tingkat bawah. Kedua memberi kesempatan peserta didik. Gaya belajar timbal balik ini adalah cara guru untuk memanfaatkan kekuatan di kelas; ketiga guru perlu memahami. bahwa satu pendekatan standar untuk mengajar tidak akan memenuhi kebutuhan semua atau bahkan sebagian besar peserta didik.
Siswa memiliki keragaman masing-masing. Yang pertama kesiapan belajar. sejauh mana kemampuan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kedua minat. Minat memiliki peranan yang besar untuk menjadi motivator dalam belajar. Keriga Profil (gaya) Belajar, mengacu pada pendekatan  atau bagaimana cara yang paling disenangi peserta didik agar mereka dapat memahami pelajaran dengan baik.
Elemen yang berdiferensiasi. Dalam pembelajaran berdiferensiasi empat aspek yang ada dalam kendali atau kontrol guru adalah Konten, Proses, Produk, dan Lingkungan atau Iklim Belajar di kelas. Konten, materi apa yang akan diajarkan oleh guru di kelas atau materi apa yang akan dipelajari oleh peserta didik di kelas. Proses, Â kegiatan yang dilakukan peserta didik di kelas. Produk, Biasanya produk ini merupakan hasil akhir dari pembelajaran untuk menunjukkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman peserta didik setelah menyelesaikan satu unit pelajaran. Lingkungan belajar, susunan kelas secara personal, sosial, dan fisik.
Merdeka Belajar merupakan visi yang dibangun berdasarkan  pemikiran Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, yang menyatakan bahwa kemerdekaan adalah tujuan pendidikan sekaligus paradigma pendidikan yang perlu dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan. Makna merdeka dalam merdeka belajar, dengan demikian, mengisyaratkan kebebasan, kemampuan, serta keberdayaan, untuk mencapai kebahagiaan. Keselamatan dan kebahagiaan ini pun tidak saja diperoleh dan dirasakan oleh individu, tetapi juga secara kolektif.
Merdeka Belajar dalam Perspektif Kurikulum, sentralitas pembelajaran peserta didik, kurikulum yang terbentuk oleh kebijakan Merdeka Belajar akan berkarakteristik fleksibel, berdasarkan kompetensi, berfokus pada pengembangan karakter dan keterampilan lunak, dan akomodatif terhadap kebutuhan dunia usaha/dunia kerja. dalam hal pedagogi, kebijakan Merdeka Belajar akan meninggalkan pendekatan standarisasi menuju pendekatan heterogen yang lebih paripurna menuju  memampukan guru dan peserta didik menjelajahi khasanah pengetahuan yang terus berkembang.
contoh Diferensiasi konten
contoh Diferensiasi proses
contoh Diferensiasi produk
Diferensiasi lingkungan belajar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H