Sosok Lina Novita, istri Calon Wakil Walikota Depok, tengah menjadi sorotan warga Depok. Pasalnya, pasangan dari Chandra Rakhmansyah itu ternyata pernah menjadi legal corporate atau Juru Bicara Hotel Alexis, Jakarta.
Sebagaimana diketahui, Hotel Alexis sempat menjadi kontroversi karena ditutup oleh Gubernur DKI Jakarta tahun 2017. Sebab penutupan itu karena adanya prostitusi dan perdagangan orang.
Kontan saja hal itu membuat berbagai tokoh agama, baik Islam maupun agama lain, bereaksi. Karena mereka tidak rela kota yang dikenal religius ini dipimpin oleh calon yang punya rekam jejak buruk.
Dari Pendeta hingga Ulama BersuaraÂ
Pendeta Gereja Protestan Maluku (GPM), Marvietha. C. Soplely mengaku sangat terkejut saat mendengar Lina Novita pernah menjadi pengacara Hotel Alexis. Jika hal itu benar, baginya, Lina Novita tak memiliki standart etika moralitas yang baik.
Sebab, Hotel Alexis terang benderang menyajikan praktik prostitusi hingga akhirnya ditutup oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu. Membela praktik kotor itu tidak dibenarkan oleh agama apapun, ibarat seperti bersekongkol dengan setan.
Respon senada juga disampaikan oleh Anggota Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Depok, Ust. Muhammad Hussen. Menurutnya, masyarakat perlu melihat rekam jejak calon pemimpin, termasuk pada keluarganya.
Membela praktik prostitusi ini tidak dibenarkan dalam syariat Islam. Jika ada pemimpin yang pernah bersangkutan dengan hal itu, maka akan menjadi masalah karena warga Depok terkenal dengan religiusitas dan adat ketimurannya.
Lebih dari itu, Ketua Umum Aliansi Masyarakat Maluku (AMMAL) Kota Depok, H Moren, justru bersyukur apabila kasus ini terbongkar sebelum Pilkada Depok 2024. Artinya, Tuhan masih sayang kepada warga Depok.
Hal itu membuka tabir siapa calon yang akan memimpin Depok. Ia tak bisa membayangkan jika Depok yang terkenal religius ini ternyata memiliki pemimpin yang dulunya pernah membela Hotel Alexis.
Sementara itu, Ketua Forkabi Pancoran Mas bereaksi lebih keras lagi. Menurutnya, meski menjadi lawyer Hotel Alexis tidak melanggar hukum negara, tetapi membela Alexis Hotel sama dengan membela praktik-praktik yang ada di dalamnya.
Saat hotel prostitusi itu hendak ditutup, masyoritas warga Jakarta mendukung. Karena praktik prostitusi terbukti merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat ketimuran. Karena itu, dirinya sangat meragukan pemimpin yang memiliki kaitan dengan pembelaan terhadap prostitusi.
Menariknya, semua tokoh tersebut memiliki benang merah yang sama, yaitu mengajak masyarakat untuk melihat rekam jejak calon pemimpin sebelum memilih dalam Pilkada Depok 2024.
Masyarakat harus tahu latar belakang setiap calon, termasuk keluarganya, agar tak salah pilih di bilik suara. Jangan sampai Kota Depok dipimpin oleh tokoh yang tidak kompeten dan memiliki rekam jejak buruk. Menjadi juru bicara Hotel 'prostitusi' Alexis, contohnya.
Sah-sah saja warga Depok bersuara atas kasus tersebut. Bagaimanapun mereka tidak membenarkan praktik prostitusi di masyarakat, oleh karenanya mereka juga tak menghendaki adanya calon pemimpin yang keluarganya masih 'terkait' dengan hal itu.
Kekhawatiran mereka juga valid. Toh, rekam jejak memang hal yang harus dikuliti dari seorang calon pemimpin. Dan perlu ditegasan, upaya mencari informasi masa lalu dari seorang calon bukanlah julid membongkar aib, tetapi itu bagian dari pemilih yang rasional dan kritis.
Kita rasa demokrasi justru menghendaki demikian. Siapa saja yang maju dalam kontestasi politik harus siap dan berani dikuliti luar dan dalam oleh masyarakat.
Setuju?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI