Sejak sesal dan beberapa detik ingatan sempat merekam kebencianmu.
Kendaraan pengangkut gelisah yang aku tumpangi ini seperti tak pernah berhenti melaju di sebuah perjalanan menuju maafmu.
Sejak serenceng bencimu yang sengaja kau jatuhkan di dekat mata kakiku, kemudian aku pungut. Tetapi setelah ingin aku kembalikan.
Dan sejak saat itu sesalku kehilangan jejak maafmu.
Tidak, sepertinya aku yang sedang kehilangan caranya membuatmu tersenyum kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!