Ihsan, yakni beribadah kepada Allah seolah-olah melihat-Nya atau merasa diawasi oleh-Nya, menjadi inti dari praktik spiritual. Ihsan ini diungkapkan dalam hadis Jibril yang terkenal.
Penekanan pada Keimanan dan Ketaqwaan
Tasawuf pada masa ini erat dengan penguatan iman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, dan qadha-qadar. Hal ini diperkuat dengan pengamalan amal saleh yang konsisten.
Zikir dan Kontemplasi
Nabi dan para sahabat sering berzikir, baik secara individu maupun berjamaah. Zikir menjadi sarana untuk membersihkan hati dan mendekatkan diri kepada Allah.
Keteladanan Para Sahabat
 Beberapa sahabat terkenal dengan kezuhudan dan kedalaman spiritualnya, seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Mereka menunjukkan kehidupan yang penuh ketaatan dan keikhlasan kepada Allah.
Pada dasarnya, tasawuf di masa Nabi dan sahabat adalah bentuk pengamalan Islam yang sempurna dalam dimensi iman, islam, dan ihsan, tanpa ritual-ritual tambahan yang berkembang pada masa berikutnya. Fokus utama mereka adalah tauhid, keikhlasan, dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah Swt
KesimpulanÂ
Tasawuf pada masa Nabi Muhammad Saw dan para sahabat adalah praktik penghayatan agama yang murni, berlandaskan pada tauhid, keimanan, dan ihsan. Ciri utamanya meliputi kehidupan sederhana, zuhud, hubungan langsung dengan Allah, serta penekanan pada akhlak mulia dan keikhlasan. Mereka mengamalkan zikir, doa, dan ibadah dengan penghayatan mendalam sebagai bentuk pendekatan kepada Allah Swt. Tasawuf pada masa ini belum terstruktur secara formal, tetapi sudah mencerminkan inti spiritualitas Islam yang menekankan kesempurnaan iman, Islam, dan ihsan dalam kehidupan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H