Mohon tunggu...
pais kemenag kabblitar
pais kemenag kabblitar Mohon Tunggu... Lainnya - Instansi Kementerian Agama Kabupaten Blitar Seksi PAIS

Membaca, Membuat Berita

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tiga Peristiwa Besar Sebelum Isra' Mi'raj

31 Januari 2025   09:37 Diperbarui: 31 Januari 2025   09:37 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Drs. H. Moh. Rosyad, M.Si

Minimal ada tiga peristiwa yang terjadi sebelum Nabi Muhammad saw di Isra' Mi'rajkan oleh Allah Swt., dua peristiwa diantararanya sudah sangat masyhur dikalangan kaum muslimiun, sedang satu peristiwa lagi tidak kalah familier dalam sejarah Islam.

Pertama; Kesedihan Nabi Muhammad saw. karena ditinggal  wafat oleh pamannya "Abu Thalib", seorang paman yang selalu membersamai Nabi, melindungi dan membelanya, paman yang selalu siaga dalam memberikan dukungan, fasilitas keamanan serta prisai dari ancaman-ancaman dan serangan kaum musyrikin Quraisy Mekkah.

Kedua; Kesedihan yang mendalam pada diri Rosulullah. karena ditinggal wafat oleh istri tercintanya, yaitu Sayyidah Siti Khadijah, isteri yang selalu setia, mendampingi dikala suka maupun duka, istri yang rela mengorbankan hartanya untuk mendudung keperluan dakwa Nabi, isteri yang selalu memberikan ketenangan, kesejukan dan kedamaian jiwa.

Kedua peristiwa tersebut membuat hati Rosulullah sangat terpukul dan bersedih, sehingga dikenal dengan sebutan tahun duka cita (Amul Huzni) karena di tahun itu, Nabi kehilangan dua orang pelindung dakwanya sekaligus orang yang sangat dicintainya.

Sehingga disaat Nabi keluar rumah untuk berdakwah, sudah tidak ada lagi orang yang melindunginya, dan disaat kembali pulang kerumah, tidak ada lagi sosok isteri yang selalu memberikan keteduhan hati.

Kepedihan yang dialami oleh Rosulullah semakin bertambah parah, karena sepeninggal AbubThalib dan Sayyidah Siti Khodijah, orang-orang kafir Quraisy semakin berani menekan, mengganggu dan menyakiti Nabi. Kondisi ini yang membuat Nabi berinisiatif hijrah ke Thaif untuk menghindari kekejihan dan kekejaman kaum musyrikin Quraisy Mekkah.

Ketiga : Hijrah  Nabi Muhammad saw ke Thaif. Sebelum Hijrah ke Madinah di tahun 622 M, Nabi Muhammad saw pernah hijrah ke Thaif, yang saat itu menjadi kota terbesar ke-dua setelah kota Mekkah, yaitu pada sekitar bulan syawal tahun ke-10 kenabian, atau sekitar tahun 620 M.

Nabi Muhammad berhijrah ke Thaif dengan harapan mendapatkan perlindungan dan bantuan dalam menyebarkan agama Islam dari Bani Tsaqif yang masih mempunyai hubungan kekerabatan  dengan Ibunya, di kota Thaif ini juga paman-paman Nabi Muhammad berasal.

Ditemani seorang budak yang telah menjadi anak angkatnya bernama Zaid bin Haritsah, Rasulullah berangkat hijrah ke kota Thaif, Namun setibanya di Thaif, harapan Nabi tidak menjadi kenyataan,  alih-alih mendapatkan perlindungan, apa yang dialami oleh Nabi di kota Thaif jauh lebih berat daripada yang diterimanya dari orang-orang kafir Quraisy di Mekkah.

Masyarakat Thaif menolak, meneriaki, mencaci maki, mengusir dan melempari Nabi Muhammad dengan batu hingga kakinya berdarah dan kepala bagian belakang Zaid bin Haritsah juga terluka.

Penduduk Thaif menolak kehadiran Nabi, disamping untuk menghindari konflik dengan masyarakat kafir Quraisy Mekkah, juka karena mereka telah termakan fitnah Abu Jahal dan para pembesar kafir Quiraisy yang memberitakan bahwa apa yang diajarkan oleh Muhammad adalah kebohongan yang menyesatkan.

Melihat Nabi Muhammad bisa terluka dan bercucuran darah, tidak kebal sebagaaimana Nabi-Nabi sebelumnya, seperti Nabi Ibrahim yang tidak mempan saat dibakar,  mereka semakin beringas meneriaki Rasulullah sebagai Nabi palsu.

Kejadian ini menjadi salah satu peristiwa yang sangat berat bagi Nabi, beliau terpukul, bingung dan bersedih, tidak tahu kemana harus pergi. Dengan pakaian yang berlumuran darah dan penuh luka, Nabi Muhammad meninggalkan Thaif, untuk menghindari kejaran penduduk, akhirnya Nabi beristirahat di sisi kebun anggur milik dua bersaudara Uthbah dan Syaibah. Nabi Muhammad menengadakan muka ke langit seraya berdo'a, mengadukan penderitaan dan beban berat yang telah dialami baik secara fisik maupun psikis kepada Allah.

Ketiga penderitaan berat tersebut, terjadi sebelum Nabi mendapatkan tasliyah (hiburan) dari Allah dengan di Isra' Mi'rajkan oleh Allah Swt, untuk memperlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya, agar tekad Nabindalam berdakwah semakin mantab, kesabaran dalam menjalankan perintah semakin bertambah, dan dapat mempertebal ketabahan dalam menghadapi tipu daya kaum musyrikin Quraisy Mekkah, serta tidak lagi mengantungkan harapan selain kepada Allah Swt. Karena semuanya akan sirna

Karena itu, biarpun peristiwa Isra' Mi'raj bersifat tasliyah (hiburan), namun menjadi perjalanan suci yang selalu diperingati oleh kaum muslimin setiap tanggal 27 rajab, yang tahun ini bertepatan dengan tanggal 27 Januari 2025.

*Penulis adalah Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam (Kasi PAIS) pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Blitar

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun