Hari demi hari berlalu, arah tujuan dari kedekatan kami semakin terbentuk. Aku sudah mulai cukup terbuka dengan Clar mengenai kehidupan pribadiku, termasuk kebiasaanku sehari-hari dan hal-hal yang menyangkut kesibukan lainnya. Karena rasa penasaran dalam hati mulai terurai menjadi sebuah bentuk baru yang indah, aku sendiri seakan dibutakan oleh cinta mekipun sebenarnya aku tidak merasa seperti itu, itu semua Fazri yang bilang.
"Giin... Agin..., katanya nggak mau diporotin cewek, toh sekarang malah kejadian juga ujung-ujungnya." Omel Fazri. "Nggak lah, ini bukan dia yang minta juga. Mau Motor, Hp, sampe perhiasan sekalipun dia nggak pernah minta. Gua aja yang mau ngasih." Jelasku. "Dih, udah gila ya, pokoknya gua angkat tangan sama lu berdua. Udah nggak ngerti lagi gua sama lu Gin, aneh."
Fazri marah dan pergi begitu saja. Memang orang yang aneh, cintaku yang tulus malah dibilang buta.
Tak ada yang berubah dari Clar hingga saat ini, akan tetaoi dimataku ia tampak semakin anggun hingga membuatku sangat bersemangat hanya dengan memikirkannya saja. Hingga pada suatu ketika, dalam obrolan, ku ajak Clar untuk menginap di salah satu apartemen di Jakarta. Tak kusangka, Clarrissa mengiyakan ajakan untuk bermalam itu.
Betapa gembiranya aku di petang hari saat hendak berdandan untuk datang ke apartemen yang sudah ku sewa untuk kami berdua. Singkat cerita, sesampainya didepan pintu, Clar dengan senyumnya membukakan pintu dengan manis. Ternyata ia telah sampai lebih dulu, lebih lama sebelum aku hendak bersiap-siap di rumah.
Di dalam ruangan kami duduk diatas ranjang dan mengobrol kesana-kemari dengan ditemani dengan minuman anggur. Tak ada yang lebih bahagia dari waktu kala itu. Kami tertawa, bersenda gurau atas hal-hal yang sama sekali tidak penting. Hingga pada akhirnya kami saling merebahkan badan di ranjang, dan kami pun berhubungan badan saat itu juga.
Ditengah-tengah hal itu, tiba-tiba penglihatanku buram seketika. Wajah cantik Clar hilang dalam redup yang berasal bukan dari gelapnya kelopak mata. Ada sesuatu yang menghantamku dengan keras tepat di belakang kepala, sehingga terasa ada darah yang mengalir keluar, ikut menutupi sebagian penglihatan yang mulai samar.
Lalu, kesadaran perlahan hilang dan rasa sakit terasa sangat hebat saat darah mengalir dengan kentalnya. Setidaknya, itulah ringkasan skenario ajal yang tuhan ciptakan spesial untukku. Agaknya memang pantas aku diberi model kematian semacam ini, dibunuh oleh batu bata sisa bekas kuli proyek. Orang bilang, yang seperti ini namanya karma atas peristiwa terdahulu. Aku jadi teringat banyak dosa pada istriku, Dewi. Sesekali ku sebut namanya terbata-bata dengan penyesalan dan taubat pada tuhan yang sudah tidak berarti lagi....
Feature dibuat berdasarkan sebuah artikel dari:
Vina Oktiani. 2020. Kisah Pria Jakarta Kenal Wanita Dari Aplikasi Kencan, Berakhir Dimutilasi diunduh pada Jum'at, 01-07-2022 (19:17 WIB).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H