Pagi ini
Doaku yang tak pernah putus
Sebagian telah terlihat
Di mata rumput-rumput yang berkilau
Pun di mata-mata liar serigala
Yang resah
Yang cemas
Akan tertusuk panah-panah kebenaran
Dari busur seorang kesatria paninggit
Sebagian masih mengepul
Mencapai pelataran langit
Yang selalu tersemogakan
Oleh nyanyian perut-perut kosong gelandangan
Harap-harap pengangguran
Juga suara-suara sablukkan  Simbok
Yang menunggu terisi beras
Di dapur yang sudah jarang mengepul
Dan sebagian lagi
Turun ke lembah-lembah
Menyusuri kelok sungai yang sunyi
Mencari pelangi pagi
Yang tak terlihat lagi
Sejak durjana-durjana mengiris matahari
Sejak dogma-dogma mengikat dasi
Sejak reformasi tercabik materi
Pada hitungan hari
Kau akan kembali
Mengibarkan panji-panji suci
Membawa doa pagiku
Doa malammu
Doa siang kita semua
Yang terpinggirkan oleh waktu
Malang, 24 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H