Mendongakkan wajah dengan melihat gemintang yang berkerlap-kerlip, lelaki paruh baya bergeming walau semilir angin dingin menusuk kulitnya.
"Apa yang kau pikirkan, Ayah?"
"Tidak ada, Anakku," jawab lelaki itu tanpa memalingkan wajahnya.
"Lantas, apa yang membuat Ayah murung?"
Han, lelaki paruh baya itu tidak langsung menjawab. Ia masih asyik menikmati gemerlapnya bintang di angkasa raya.
"Ayah?"
Perlahan Han mengalihkan pandang. Ia menatap lekat anak-anaknya.
"Sebuah keterpaksaan, Anakku," dengan wajah semakin gundah, Han menjawab dengan lirih.
"Ayah menyerah?"
"Andaikan ayah mampu."
"Bukankah kita berhasil menjadi sebuah team? anak-anakmu ini selalu menari dengan sebaik mungkin mengambarkan apa yang Ayah tuliskan."