Gerhana matahari total berlangsung besok pagi. Fenomena alam yang jarang terjadi. Bumi, bulan, dan matahari berada dalam posisi segaris, membuat bulan menutupi matahari. Sejenak bumi akan gelap selayaknya malam hari. Benturan kekuatan gravitasi bumi dan bulan berpengaruh pada segarisnya matahari, akan membuat lubang jalan menuju dimensi lain.
Fenomena alam ini memicu mitos atau legenda. Seperti penganut 'ilmu hitam', sangat yakin bila pada saat tersebut akan membuka jalan ke dunia gaib. Raja Di Raja Kegelapan, 'iblis' akan mencari tumbal, dan siap menebarkan angkaranya di bumi.
Barang siapa yang memanggilnya, dengan upacara dan tumbal yang sudah ditetapkan, dan juga mantar-mantra pemanggilannya, Raja Di Raja Kegelapan pasti datang dan mengabulkan permintaan yang memanggilnya.
Kesempatan ini dimanfaatkan Tarjo sebaik mungkin. Ia yang mempelajari ilmu abadi 'rawa rontek' dan 'pancasona', akan melaksanakan upacara penyerahan tumbal tepat saat terjadinya gerhana matahari.
Ia dibantu muridnya, Adi, akan melaksanakan upacara ritual itu di puncak Gunung Arjuno. Tumbal seorang perjaka dan seorang perawan sudah disiapkan. Altar sesembahan dan segala sesuatunya sudah siap. Mereka hanya tinggal menunggu waktunya tiba.
"Jangan sampai ada yang tertinggal, Di," kata Tarjo sambil meneliti semua peralatan yang dibutuhkan.
"Semua sudah siap dan lengkap, Mbah."
"Bagus... tumbalnya jangan sampai lepas, besok pagi waktunya kita mendapat ilmu yang membuat kita tak bisa mati. Dengan ilmu itu, kita bisa menguasai dataran pulau jawa dengan mudah. Karena kita tak mungkin terkalahkan."
"Beres, Mbah... nanti malam akan saya atur agar besok pagi semua sudah siap."
Menjelang pagi, saat mentari masih engan menampakan diri, Tarjo memeriksa perlengkapan upacara.
Pukul 07.30 gerhana mulai terjadi. Tarjo dan Adi menjalankan ritual pemujaan dan pemanggilan Raja Kegelapan. Tumbal yang tersalip, diambil darahnya. Dua cawang darah segar perjaka dan perawan tersaji di atas altar.