Dulu..., engkau disebut Pahlawan
Walau tanpa tanda jasa
Karena pengabdianmu memberantas kebodohan
Yang tercecer di sekitar mata
Sebagai panggilan jiwa
Engkau iklas tanpa imbalan harta
Hidup sederhana
Tapi ragamu dibalut sahaja
Ilmu yang kau miliki
Tersemai sebagai benih surgamu
Di ladang yang luas dan abadi
Sebagai tempat persinggahan terakhirmu
Kini..., pemanggil jiwa itu sekarat
Terlantar dalan nurani yang mengkarat
Hingga tak ada lagi rasa kasih di hati
Tinggal ego menguasai diri
Kini..., jubahmu lusuh dan ternoda
Kusam oleh kemilau dunia
Tinggal satu-dua
Yang mampu menjaga
Di antara jiwa yang tersesat
Kini..., masih pantaskah gelar itu tersemat?
Malang, 24 Juli 2016