Mohon tunggu...
Tanjung Painan
Tanjung Painan Mohon Tunggu... -

"Kita telah melihat terbitnya Sang Matahari (Kelahiran). Sekarang kita sedang menghabiskan energi Sang Mentari (Pelapukan). Sang Mentari akan segera terbenam (Kematian). Aku pun akan segera menghadapi terbenamnya Sang Matahari. Sebelum itu terjadi, aku ingin membangun Pagoda didalam hatiku"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hujan Es, Awan Cumulonimbus, dan Kitab Suci

6 Januari 2018   22:42 Diperbarui: 6 Januari 2018   23:32 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam kitab suci Al-Qur'an terdapat ayat yang menjelaskan mengenai hubungan antara awan cumulonimbus, terjadinya petir, dan hujan es yang merupakan fenomena alam yang sering kita dengar dan saksikan di bumi ini.

Qur'an surah An-Nur (Cahaya) [24] ayat 43, Allah Ta'ala berfirman, "...dan Allah  (juga) menurunkan hujan es dari (awan) yang bergunung-gunung (tumpukan-tumpukan awan seperti gunung) dari langit, maka diturunkan-Nya  hujan es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari  siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat (lightning) dari awan itu  hampir-hampir menghilangkan pandangan."

Awan Cumulonimbus

Dikenal juga  dengan sebutan 'The King of Clouds', awan Cumulonimbus berada di  ketinggian troposfer, biasanya ditandai dengan bagian atas yang berwujud  es, terlihat bertumpuk-tumpuk (multi-level), menjulang tinggi ke langit  biasanya berbentuk seperti menara, bulu-bulu, atau gunung. Lebih umum  dikenal sebagai awan petir (thunderclouds).

Awan Cumulonimbus terbentuk melalui proses konveksi, berawal dari awan cumulus yang kecil di atas permukaan yang panas, berkembang menjadi tinggi dan lebih tinggi lagi sampai menjadi awan yang sangat besar yang menyimpan energi setara dengan 10 kali bom atom Hiroshima. Awan ini juga dapat terbentuk pada permukaan yang dingin, melalui konveksi paksa (forced convection) dimana udara yang lebih ringan dipaksa naik ke atas udara yang dingin.  

NASA
NASA
Cumulonimbus adalah satu-satunya jenis awan yang bisa menghasilkan hujan es, guntur dan kilat. Bagian dasar awan sering berbentuk datar dengan dinding yang sangat gelap seperti fitur yang menggantung di bawahnya, dan  mungkin hanya terbentang beberapa ratus kaki di atas permukaan bumi.

Awan Cumulonimbus biasa dikaitkan dengan cuaca ekstrim seperti hujan lebat, badai hujan es, petir, dan bahkan tornado. Sebuah cellcumulonimbus biasanya akan menghilang dalam waktu satu jam setelah hujan mulai turun, menciptakan hujan lebat yang sebentar. Namun multicell bahkan supercell cumulonimbusmengandung banyak awan cumulonimbus  dan curah hujan yang lebat dapat berlangsung lebih lama. 

Referensi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun