Mohon tunggu...
Tanjung Painan
Tanjung Painan Mohon Tunggu... -

"Kita telah melihat terbitnya Sang Matahari (Kelahiran). Sekarang kita sedang menghabiskan energi Sang Mentari (Pelapukan). Sang Mentari akan segera terbenam (Kematian). Aku pun akan segera menghadapi terbenamnya Sang Matahari. Sebelum itu terjadi, aku ingin membangun Pagoda didalam hatiku"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menguraikan Limbah Elektronik Secara Alami

1 Juli 2015   08:18 Diperbarui: 1 Juli 2015   08:18 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan teknologi, sedikit banyak telah mempengaruhi gaya hidup manusia, menjadikannya lebih modern, lebih praktis, lebih mudah, lebih cepat, lebih nyaman, dan kata lebih yang masih banyak lagi. Namun setiap entitas atau segala sesuatu di dunia ini pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, tidak ada yang memiliki nilai mutlak 100 persen untuk salah satunya. Begitu pula dengan teknologi, disamping berbagai kelebihan yang telah disebutkan di atas, terdapat juga kekurangan kerugian yang dihasilkannya, yaitu di antaranya adalah masalah limbah elektronik terhadap lingkungan.

Sebagian besar pengguna teknologi berbasis elektronika, khususnya yang portable atau mobile, di era modern ini cenderung untuk terus melakukan peningkatan-peningkatan (upgrade) terhadap piranti-nya secara berkala, dalam tuntutannya untuk memperoleh teknologi yang lebih maju, yang menawarkan tingkat efisiensi, fungsi feature, dan kenyamanan yang lebih tinggi daripada teknologi sebelumnya. Walaupun, tentu saja, dengan harga yang lebih mahal.

Kecenderungan ini, pada akhirnya memberikan dampak kepada meningkatnya limbah elektronik di linglungan sekitar. Berdasarkan data yang didapat dari U.S. Environmental Protection Agency (EPA), pada tahun 2012 lalu, menunjukkan bahwa jumlah perangkat mobile yang dibuang ke tempat pembuangan khusus adalah mencapai 152 juta perangkat, per tahunnya, dan hanya 10 persennya saja yang mampu untuk diproses daur ulang.

Dari data tersebut, limbah yang paling banyak ditemukan, dan yang paling susah diuraikan, serta paling mahal pengolahan limbahnya adalah yang berbahan material silikon murni, dimana sebagian besar komponen penyusun peralatan elektronik adalah dari material tersebut, karena beberapa faktor yang diantaranya adalah mudah dicampur dengan bahan lain untuk membentuk alloy dan memiliki daya hantar yang baik. Komponen elektronik yang memanfaatkan bahan silikon murni ini antara lain adalah transistor, Printed Circuit Boards (PCB), dan Integrated Circuit (IC).

Dalam menanggapi isu lingkungan tersebut, belum lama ini, tim peneliti dari University of Wisconsin-Madison, yang dipimpin oleh Zhenqiang Ma, berhasil menemukan solusi baru dalam mengatasi masalah limbah elektronik non-biodegradable ini. Solusi tersebut adalah dengan mengganti penggunaan transistor silikon konvensional dengan transistor model baru, yang berbahan material Cellulose Nanofibrillated Fiber (CNF), yang dapat terurai secara alami di lingkungan. Sebelum berlanjut, transistor adalah perangkat semi konduktor, yang berfungsi untuk memperkuat atau mengubah sinyal elektronik, yang biasanya berbahan material silikon murni.

Berbeda dengan transistor silikon konvensional, yang mahal dalam proses pemurnian silikon-nya, bersifat rigid, non-renewable, dan tidak dapat diuraikan secara alami di lingkungan, transistor CNF ini lebih low cost, karena berasal dari selulosa yang banyak terkandung di dalam bagian batang tumbuh-tumbuhan, pun transistor jenis ini juga ramah lingkungan karena dapat terurai secara alami dengan bantuan jamur pengurai. Zhenqiang Ma, pemimpin penelitian ini, mengatakan juga bahwa, transistor CNF ini memiliki koefisien ekspansi thermal yang rendah, sehingga tidak mudah untuk memuai di dalam kondisi operasi yang bertemperatur tinggi.

Untuk menghasilkan transistor CNF yang memiliki performa tinggi, tim peneliti ini tetap akan menggunakan silikon nanomembran, yang berukuran nano, sangat tipis bahkan lebih tipis dari rambut manusia, yang kemudian diletakkan di dalam media selulosa nanofibrill pada transistor ini. Untuk menghasilkan transistor yang lebih fleksible dan tidak rigid seperti transistor konvensional.

Namun demikian, penelitian ini masih akan terus berlanjut, terutama dalam peng-ujian kompatibilitas frekuensi gelombang pendek, yaitu untuk memenuhi jarak kerja frekuensi sebagian besar perangkat mobile saat ini di gelombang pendek (microwave), jika dibandingkan dengan yang masih menggunakan transistor silikon konvensional. Menurut penulis sendiri, dengan ditemukannya perangkat elektronik berbahan organik ini merupakan suatu terobosan besar, sebuah langkah awal menuju teknologi masa depan yang lebih hijau dan lebih ramah lingkungan.

 

Semoga bermanfaat,

 

Salam,

TP

 

Referensi :

  1. Jung-Hun Seo, Tzu-Hsuan Chang, Jaeseong Lee, Ronald Sabo, Weidong Zhou, Zhiyong Cai, Shaoqin Gong, and Zhenqiang Ma. Microwave Flexible Transistors on Cellulose Nanofibrillated Fiber Substrates. Applied Physics Letters, June 30, 2015
  2. http://www.thomasnet.com/articles/plastics-rubber/Silicon-Electronics-Casting-Applications
  3. https://en.wikipedia.org/wiki/Transistor

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun