Jika Megawati berbesar hati, ia seharusnya rela seluruh kursi kabinet diisi oleh non-partai yang cakap. Parpol pendukunganya yang melihat teladan Megawati bahkan tidak berani meminta jatah. Kita mengetahui banyak para pemimpin yang cakap berada di luar partai. Mereka mengetahui partai politik masih enggan melakukan revolusi mental. Selalu ada “mahar” jika ada pileg dan pilkada.
Jokowi yang berdaulat penuh menjadi presiden hanya utopia jika parpol pendukung tidak tulus. Jika mustahil mengharapkan parpol mengubah tabiat politiknya, amandemen UU pemilihan presiden adalah solusi. Hadirkan calon independen dalam pilpres. Masyarakat Indonesia tleah merasakan calon independen yang tulus mengabdi bagi kesejahteraan umum seperti bupati Batang, Jawa Tengah bernama Yoyok.
Parpol sulit mengintervensi segala kebijakannya karena dia tidak lahir sebagai pemimpin transaksional. Namun, saya yakin calon independen hanya sampai tingkat pilkada karena partai pun tidak rela kecolongan untuk kedua kalinya. Namun, saya tetap optimis lambat laun Jokowi akan berani tegas kepada parpol pendukungnya karena waktu akan mendewasakannya.***(Pagar Sianipar)
[1] Arbi Sanit dalam program acara Indonesia Lawyer Club 2015. Penulis lupa edisi dan tanggal penayangannya. Namun, dapat ditelusuri melalui youtube. Namun, penulis belum sempat melakukan penelusuran lebih mendalam.
[2] Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Ed. Revisi. Cet.ke-5 (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), hal.63.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H