Mohon tunggu...
PAERAN BJTI
PAERAN BJTI Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kendala Kultur Budaya pada Pengembangan Dunia Usaha

14 Juli 2016   11:08 Diperbarui: 14 Juli 2016   11:12 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap perusahaan besar yang sudah mapan selalu ingin melebarkan sayap, sebagai bentuk usaha mengembangkan bisnis dan sekaligus bukti eksistensi atau keberadaan mereka. Pengembangan bisnis tersebut selain dalam bentuk menambah bidang usaha, ada juga yang tertarik membuka kantor cabang. Agaknya pilihan terakhirlah yang paling familiar dilakukan oleh banyak perusahaan. Memang membuka kantor cabang baru atau melakukan penambahan bidang usaha, menjadi tanda bahwa bisnis yang sedang kita geluti sedang bertumbuh dan dalam kondisi terbaiknya.

lembar-4-57870550379773d70498ef7d.jpg
lembar-4-57870550379773d70498ef7d.jpg
Ketika sebuah perusahaan membukan kantor cabang di kota yang sama, mungkin tantangannya akan lebih ringan, jika dibandingkan dengan membuka kantor cabang di kota lain, di luar pulau atau bahkan di luar negeri. Sebab saat sebuah perusahaan membuka kantor cabang di kota yang sama, mereka tinggal copy paste kinerja dikantor lama ke kantor cabang baru. Tentu hal ini tidak bisa serta merta kita lakukan, saat pengembangan bisnisnya justru kita lakukan di luar pulau atau daerah terpencil lainnya.

lembar-6-57870602f09273350e337d8f.jpg
lembar-6-57870602f09273350e337d8f.jpg
Yang paling jelas terlihat tentu perbedaan kultur budaya, yang harus kita taklukkan dengan cara yang smart dan lebih bijaksana. Seperti ibarat pepatah: lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Butuh strategi khusus dan penanganan yang serius, agar kita bisa meminimalisir bahkan menghindari benturan yang mungkin terjadi, selama dalam proses kegiatan atau operasioanal kantor cabang baru tersebut.

lembar-11-578706843e23bdf5038b4567.jpg
lembar-11-578706843e23bdf5038b4567.jpg
lembar-13-57870830527a61660ea8c81a.jpg
lembar-13-57870830527a61660ea8c81a.jpg
Saat atmosfir lingkungan kerja di kantor pusat berusaha kita copy paste ke tempat yang baru, pasti akan ada gesekan yang muncul di lapangan. Regulasi dan aturan baku yang berlaku di kantor pusat yang coba kita terapkan ke tempat yang baru, tidak akan semulus yang dibayangkan dalam meja rapat. Disadari atau tidak, kultur budaya ikut membentuk karakter dan kepribadian masyarakat disuatu tempat. Efek karambolnya kualitas SDM masyarakat yang ada disana akan jadi tanda tanya dan teka teki besar di benak kita. Sebab kultur budaya sebuah tempat ternyata ikut membentuk kualitas SDM masyarakatnya.

lembar-8-57870a93f09273010f337d65.jpg
lembar-8-57870a93f09273010f337d65.jpg
lembar-3-57870dfc367b61900437de3d.jpg
lembar-3-57870dfc367b61900437de3d.jpg
Jika kultur budaya masyarakat ditempat yang baru justru lebih baik dan lebih maju, tentu perkembangan kantor cabang tersebut seperti anak panah yang terlepas dari busurnya. Melezat. Karena hal itu terkondisi oleh kualitas SDM karyawan/pegawai yang sangat bagus. Bahkan bukan mustahil jika prestasi kinerja di kantor cabang baru nantinya akan lebih ‘menjanjikan’, jika dibandingkan dengan kantor pusatnya sendiri.

Tapi coba bayangkan jika kondisi yang terjadi justru sebaliknya. Pasti sangat menguras energi dan kemampuan kita dalam mengendalikan situasi yang ada. Transfer ilmu dan pengetahuan yang kita lakukan akan butuh waktu lama dan sangat menyita energi, sebab kualitas SDM di tempat yang baru kurang mumpuni. Tak heran kalau banyak perusahaan mengambil kebijakan melakukan pelatihan bagi karyawan/pegawai di kantor cabang yang baru, untuk mensejajarkan kapasitas dan kemampuan semua karyawan/pegawai di perusahaan tersebut, baik yang ada di kantor pusat maupun di kantor cabang baru. Begitu juga halnya dengan etos kerjanya.

Memang dalam prakteknya di lapangan, banyak sekali hal-hal yang di kantor pusat dianggap sepele, tapi begitu terjadi di kantor cabang baru justru jadi masalah yang besar dan masuk dalam kategori serius. Contohnya kemampuan dalam menghandle kerusakan mesin atau alat bantu bongkar muat barang, kedisiplinan kerja, ketaatan pada aturan yang berlaku, dan kecemburuan sosial yang tinggi. Butuh pendekatan dari hati ke hati, person to person, agar mereka mau bekerja sama dan memberikan kontribusi terbaiknya pada perusahaan. Jika strategi yang kita lakukan tidak tepat, tidak heran kalau mereka sangat sulit diajak bekerja kerja sama dan cenderung kurang respek. Kalau sudah begitu, jangan harap geliat di kantor cabang baru tersebut mampu mencetak prestasi terbaiknya.

lembar-7-57870afd367b61850437de4c.jpg
lembar-7-57870afd367b61850437de4c.jpg
Saat kita dipercaya bertugas di kantor cabang baru untuk mewakili kepentingan kantor pusat, sesungguhnya merupakan sebuah pengalaman baru yang sangat berharga bagi kita. Sulitnya medan dan kondisi kultur budaya yang ada disana, membuat kita lebih bijaksana dalam bersikap, bertindak dan bertutur kata. Sebab apapun yang kita lakukan di tempat kerja baru tersebut, imbasnya akan langsung menyentuh tiga hal tersebut diatas. Jangan lupa banyak aset-aset perusahaan di kantor cabang baru tersebut, yang keselamatan serta keberlangsungannya menjadi tanggung jawab kita sepenuhnya. Jadi perfikirlah secara smart sebelum bertindak dan melakukan sesuatu. 

lembar-1-57870b664d7a618b06a2a5d7.jpg
lembar-1-57870b664d7a618b06a2a5d7.jpg
lembar-5-57870bba349373f00f357388.jpg
lembar-5-57870bba349373f00f357388.jpg
Sesungguhnya masih banyak hikmah yang bisa kita ambil, saat menghadapi masa-masa sulit di tempat kerja kita yang baru. Semuanya tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Jika yang terbersit dibenak kita hanya sisi ‘sulitnya’ saja, maka yang akan muncul hanya kesan negativenya belaka. Dan kita tidak akan mendapatkan 'apa-apa', kecuali suara 'keluhan' sebagai tanda keputus asaan belaka.

lembar-12-57870c0bf092739e0e337d6e.jpg
lembar-12-57870c0bf092739e0e337d6e.jpg
lembar-10-57870d3c367b61850437de50.jpg
lembar-10-57870d3c367b61850437de50.jpg
Tapi kalau kita lihat semua itu dari sudut pandang yang lebih bijaksana, sesungguhnya semua ‘keterbatasan’ itu merupakan cara alam untuk membentuk kita menjadi manusia dan pribadi-pribadi yang lebih berkualitas kedepannya. Dan itu adalah aset berharga bagi kemajuan perusahaan di tempat kita bekerja. Whatever you are, be good one.

unnamed-57870c70379773f80498ef6b.png
unnamed-57870c70379773f80498ef6b.png
domestik1-57870cb007b0bdc604c19b6e.jpg
domestik1-57870cb007b0bdc604c19b6e.jpg
 Catatan: Semua image/foto penunjang merupakan dokumen pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun